Keberuntungan?

21 3 1
                                    

Pagi hari di awali dengan Zoya yang bangun pagi dengan riangnya. Zoya merasa dia sedang mengalami jatuh cinta. Zoya benar-benar tidak pernah merasakan semangat ketika akan berangkat sekolah. Dia bahkan meminta tolong kepada bibi Yani untuk membuatkan bekal makan siang. Bagaimana bisa Zoya yang baru bertemu sekali dengan Juan langsung merasa jatuh cinta?

"Non sarapannya udah siap!" teriak bi Yani dari lantai bawah. Zoya berlari turun ke lantai bawah dengan sedikit berlari sambil menenteng tasnya.

"Hati-hati atuh non, jangan lari kayak gitu nanti jatuh!"

"Kayaknya non gak sabar buat berangkat sekolah. Sekolahnya bagus banget ya non sampek keliatan ceria cantik gitu." Zoya hanya tersenyum manis sebagai jawaban dari rasa penasaran bi Yani.

"Bibi tadi nyiapin bekel apa?" tanya Zoya.

"Bibi tadi nyiapin tumis sayur brokoli, sawi putih, sama bakso, terus lauknya bibi bawain ayam goreng, sama bibi buatin kroket kentang isi ayam, buahnya bibi bawain buah naga sama anggur, terus minumnya udah bibi siapin dua botol sesuai sama pesanan non," jelas bi Yani.

"Non suka bawa bekel ya kalau di sekolah lama? Makanya sekarang minta tolong bibi buat dibikinin bekel."

"Enggak sih bi. Cuma pengen bawa saja. makasih ya bi udah repot-repot bikinin bekel," ucap Zoya.

"Atuh non gak repot udah tugas saya mah emang bantu non disini kan."

Zoya mengacungkan jempol kepada bi Yani sambil tersenyum senang. Bi Yani yang melihat itu juga ikut mengacungkan jempolnya. Mereka bahkan akrab hanya dengan satu malam. Bi Yani yang merasa nyaman bekerja dengan Zoya dan Zoya yang merasa beruntung memiliki teman di rumah barunya ini. Mereka saling membutuhkan di sini.

"Berangkat ya bi. Makasih buat bekel sama sarapannya," ucap Zoya.

"Siap. Hati-hati ya non." Zoya keluar sambil menenteng tas dan kotak bekalnya menghampiri pak Ramto yang sedang menikmati kopi paginya.

"Ayo pak berangkat!"

Pak Ramto segera menghampiri Zoya dan mengambil alih tas dan juga kotak bekal untuk diletakkan di kursi belakang. Pak Ramto juga membukakan pintu depan untuk Zoya, karena Zoya sudah bilang bahwa dia tidak suka duduk di belakang sendirian. Zoya benar-benar diperlakukan baik oleh pak Ramto.

"Besok-besok lagi gak usah lah pak pakek di bawain tas aku sama di bukain pintu mobil segala. Aku mah juga bisa sendiri."

"Atuh non udah kewajiban saya mah buat ngelayanin non di sini jadi udah sewajarnya kalau misal cuma bawain tas sama bukain pintu mobil," terang pak Ramto.

"Akunya yang gak nyaman pak. Dari pada aku gak mau pakai supir lagi gimana?" ucap Zoya. Pak Ramto yang mendengar langsung gugup.

"Atuh non jangan lah nanti saya kerja apa kalau non gak mau pakai supir."

"Yaa makanya besok biasa-biasa saja gak usah kayak tadi yaa pak."

"Iya deh non terserah non saja. Yang penting mah saya jangan di pecat ya non."

Zoya yang mendengar nada bicara pak Ramto sedikit tersenyum karena merasa terhibur dengan kegugupan pak Ramto. Padahal Zoya hanya bercanda saja, tapi pak Ramto terlalu di bawa serius.

*****

Zoya yang sedang berjalan dari gerbang menuju kelasnya terkejut ketika di rangkul oleh seseorang secara tiba-tiba.

"Pagi Zoya cantik," sapa Nana.

"Pagi Nana."

"Bawa bekel?" tanya Nana ketika melihat bawaan Zoya.

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang