Penolakan?

15 4 1
                                    

"Zoya gimana tadi di sana? Kamu dihukum? Enggak diskorsingkan?" tanya Cika dengan buru-buru ketika melihat Zoya masuk dengan Saka ke dalam kelas. Kelas mereka sedang kosong karena pak Johni yang mengajar tadi harus mengurus masalah Zoya dan Saka diruang sidang.

"Satu-satu Cik. Zoya baru dateng, sabar kenapa," ujar Nana sambil menghela nafas ringan merasa lelah dengan Cika yang tidak bisa tenang.

"Gimana tadi Zoy?" tanya ulang Mila.

"Udah selesai kok. Tadi nyokap bokap gua sama Saka dateng jadi beres deh," jelas Zoya.

"Beneran gak di hukum kan kamu?" tanya Cika dengan masih penasaran.

"Enggak kok tenang aja," balas Zoya.

"Huuh ikut lega kalo gitu." Mila menghembuskan nafas lega di barengi juga dengan Nana dan Mila.

"Waah ini pasti bakal jadi berita heboh di angkatan kita," pekik Cika.

"Kenapa?" tanya Zoya.

"Karena cuma kalian yang berhasil menang dari Angel. Besok pasti Angel gak akan berani keluar kelas," jelas Mila.

"Angel enggak dihukum Zoy?" tanya Nana.

"Enggak. Tadi kita damai kok," jawab Zoya.

"Harusnya minta biar Angel di hukum. Biar gak ngulangin sikap dia yang seenaknya," usul Cika dengan bibir manyun tanda tidak setuju dengan Zoya yang memaafkan Angel begitu saja. 

Tidak tahu saja mereka bertiga bahwa Zoya tidak akan berhenti jika belum puas memberi pelajaran. Zoya hanya tersenyum kecil menanggapi pernyataan Cika. Itu biar urusan Zoya jadi dia tidak akan melibatkan teman-teman barunya ini.

"Juan kemana?" tanya Zoya ketika tidak melihat Juan di tempat duduknya.

"Kayaknya sih ke perpustakaan. Dia harus belajar karena bentar lagi dia ada lomba cerdas cermat seprovinsi buat wakilin Yogyakarta," jelas Mila.

"Owh gitu," jawab Zoya.

*******

"Mau langsung pulang?" tanya Saka. Mereka sedang berjalan menuju parkir tempat motor Saka.

"Mau pulang tidur tapi di rumah pasti ada mereka," ucap Zoya dengan nada sedih.

"Mau gua temenin pulang? Nanti gua minta izin buat bawa lu jalan-jalan." Saka bertanya sambil memasangkan helm ke kepala Zoya. Tindakan secara tidak sadar sering mereka lakukan.

"Enggak ahh. Mau jalan-jalan sama lu aja," putus Zoya.

"Ya udah ayo. Mau kemana?" tanya Saka.

"Mau pergi ke Kaliurang, di sana banyak kembaran lu Sak," jawab Zoya. Saka yang mendengar itu hanya mendengus dan mengencangkan motornya. Bentuk kekesalannya pada Zoya.

-Sampai di Kaliurang-

"Wah Sak ada monyet. Masuk ke dalem ya? Liat air terjun," pinta Zoya.

"Hemm." Saka hanya berdehem sambil menahan gemas pada Zoya yang bertingkah lucu.

"Monyetnya boleh dikasih makan enggak ya?" tanya Zoya sambil menunjuk ibu monyet yang sedang menggendong anaknya.

"Boleh. Orang-orang pada ngasih makan berarti boleh," jawab Saka.

"Beliin makan monyetnya ya Sak," pinta Zoya. Saka dan Zoya akhirnya berjalan menuju tempat berjualan aneka makanan. Mereka membeli kacang untuk monyet.

"Wah tangan gua kepegang monyetnya Sak. Tangan monyetnya kecil banget tapi agak tajem," jelas Zoya dengan tertawa bahagia. Saka yang melihat itu hanya diam memandang Zoya yang tidak sadar sedang menjadi pusat perhatian Saka dan orang-orang yang merasa gemas dengan tingkah Zoya.

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang