"Bi bekal aku hari ini?" Zoya menuruni tangga dan masih sibuk dengan buku-buku dan tasnya. Dia tidak menyadari bahwa bukan Bi Yani yang menyiapkan sarapan dan juga bekal.
"Sayang udah selesai siap-siapnya? Sarapan dulu yaa, mama udah buatin sarapan buat kamu. Ayo di coba dulu." Zoya hanya memandang mamanya tanpa mengatakan apa pun. Tanpa menghiraukan mamanya Zoya berlalu ke kamar belakang mencari keberadaan Bi Yani.
"Bi kenapa enggak siapin bekalku?" tanya Zoya pada Bi Yani yang sedang melipat baju.
"Owh tadi nyonya yang katanya mau siapin sarapan sama bekalnya non. Kata nyonya bibi gak boleh bantuin makanya bibi di sini sekarang," jawab Bi Yani.
"Ya udah kalo gitu. Besok-besok lagi Zoya mau bibi aja yang siapin. Aku gak mau makan kalo enggak masakan bibi," ujar Zoya tanpa menunggu jawaban Bi Yani.
Zoya langsung pergi berlalu tanpa pamit kepada mamanya yang sedari tadi melihat percakapan Zoya dan Bi Yani. Bi Yani jadi merasa tidak enak melihatnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia hanya asisten rumah tangga. Zoya bahkan tidak menghiraukan keberadaan papa dan kedua kakaknya yang baru saja turun.
"Pak Ramto anterin Zoya sekarang," teriak Zoya. Namun belum sampai ke mobil, tangan Zoya di cekal oleh Zaferino.
"Kenapa lagi sih!" tukas Zoya. Dia bahkan menghempaskan tangan Zaferino.
"Kakak yang anterin," ujar Zaferino.
"Gak mau! Pak ayo keburu siang." Zoya melangkahkan kakinya menuju mobil tanpa mendengarkan Zaferino. Pak Ramto yang bingung dengan keadaan ini hanya diam tidak tahu harus menuruti siapa.
"Mana pak kuncinya? Biar saya yang anterin Zoya." Zaferino mengadahkan tangannya berupaya meminta kunci mobil yang di pakai Zoya.
"Pak Ramto ayo!" teriak Zoya dari dalam mobil.
"Ini Den." Pak Ramto yang mendengar Zoya teriak langsung segera memberikan kunci mobilnya kepada Zaferino. Ketika tahu bahwa Zaferino yang akan mengantarnya, Zoya segera keluar dari mobil dan pergi menuju gerbang depan, bahkan belum sempat Zaferino masuk ke dalam mobil.
"Sak jemput gua ya?" ujar Zoya dari arah telfon. Saka yang tiba-tiba ditelfon pun tidak menjawab. Saka tahu pasti akan terjadi hal seperti ini.
"15 menit," jawab Saka.
Zoya menghiraukan panggilan dari Zaferino. Zoya bahkan tidak menghentikan langkahnya. Zoya akan menunggu di taman yang berada tidak jauh dari rumah.
"Dek dengerin kakak dulu coba!" Zaferino berhasil menghentikan langkah Zoya.
"Iish bisa gak sih gak usah gangguin hidup gua!" sentak Zoya masih berusaha melepaskan cekalan tangan Zaferino.
"Kamu dengerin kakak dulu," ujar Zaferino.
"Enggak mau, lepasin gak! Aku teriak nih," pekik Zoya.
"Ayo kita omongin baik-baik di dalem. Kamu gak kasian sama mama, tadi udah nyiapin sarapan sama bekel buat kamu," ungkap Zaferino dengan nada memohon.
"Gua gak minta!" protes Zoya.
"Ya setidaknya hargai mama yang udah susah payah bangun pagi buat kamu," teriak Zaferino tanpa sadar. Zaferino kehilangan kesabaran sekarang menghadapi sikap keras kepala adiknya.
"Gua gak pernah minta di buatin apa pun sama mama, jadi jangan salahin gua kalo gua gak mau ambil," teriak Zoya tidak mau kalah. Zenan datang dengan berlari menghampiri Zoya dan Zaferino yang teriakan mereka sampai ke dalam rumah. Takut di dengar tetangga tidak enak, jadi dari pada jadi bahan omongan lebih baik dihentikan.
"Udah ayo masuk dulu, kak masuk dulu aja biar Zoya gua yang ngomong." Zenan mendorong tubuh kakaknya untuk masuk ke dalam rumah. Zaferino yang mungkin sadar hanya diam tidak membalas perkataan Zenan dan berlalu masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOYA
RomanceBercerita tentang Zoya, perempuan yang pantang menyerah mengejar cinta laki-laki dingin dengan banyak rahasia. Ia yang jatuh cinta dari pertama kali bertemu di sekolah barunya. Sampai mengabaikan pernyataan cinta dari sahabatnya yang bahkan selalu...