Foto dan Jadian?

15 3 1
                                    

Senin sudah datang dan sebagai pelajar mau tidak mau Zoya harus bangun dan berangkat ke sekolah. Sebenarnya Zoya malas sekali harus ke sekolah, tapi lebih malas lagi jika di rumah. Zoya hanya sedang tidak ingin membuat hatinya terluka. Zoya takut bertemu dengan Juan karena hatinya belum siap melihat Juan lagi.

"Pak ayo berangkat!"

"Pak Ramto enggak masuk hari ini anaknya sakit, jadi kakak anterin aja ya!" ujar Zaferino.

"Cepet!" Zaferino senang karena Zoya tidak menolak ajakan mengantar meskipun ia harus terlihat seperti sopir, karena Zoya tidak mau duduk di depan.

"Nanti kakak jemput ya!"

"Gak bisa, mau latihan."

"Chat kakak aja nanti di tungguin pulangnya." Masih meyakinkan Zoya untuk mau dijemput.

"Enggak usah. Sama Saka."

"Okee kalo gitu. Tapi kalo nanti Saka gak bisa chat kakak ya! Biar kakak jemput."

"Heem."

"Sekolah kamu gimana?"

"Gak gimana-gimana." Singkat padat dan jelas. Tidak apa-apa Zaferino orang yang sabar.

"Temen-temen baru kamu?"

"Kenapa sih kepo banget!" omel Zoya merasa jenuh dengan pembicaraan yang coba kakaknya buka.

Zoya membenci basa-basi tidak berguna seperti ini. Zoya tahu kakaknya mungkin ingin membuka obrolan selama perjalanan, tapi Zoya tidak mengira bahwa kakaknya ini orang yang membosankan.

Harusnya kakaknya belajar terlebih dahulu apa yang disukai Zoya dan membuka obrolan yang menyangkut kesukaan adiknya ini, bukan membuka obrolan yang sebenarnya tidak perlu jawaban kakaknya pun sudah pasti tahu.

"Udah berhenti di sini aja."

"Enggak masuk ke dalem aja?" Zoya hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Besok-besok lagi kalo misal mau ngobrol sama gua cari topik yang asyik," ujar Zoya sebelum keluar dari mobil.

Zaferino tersenyum mendengar ucapan Zoya karena merasa mendapat lampu hijau. Adiknya ini mengkode dirinya untuk mencari topik yang asyik sebelum berbincang dengannya. Besok Zaferino akan mengantar Zoya lagi tentunya dengan topik obrolan yang lebih asyik.

Sebenarnya juga Pak Ramto itu tidak libur, hanya saja Zaferino sengaja menyuruh Pak Ramto untuk meliburkan diri dengan iming-iming akan dapat bonus lembur dari Zaferino. Pak Ramto yang mendapat tawaran tersebut tentu dengan senang hati meliburkan diri. Siapa yang akan menolak rezeki bonus lembur padahal libur.

Zoya juga tahu bahwa Pak Ramto sengaja diliburkan oleh kakaknya ini. Bagaimana tidak tahu kalau misal kakaknya itu membicarakan hal tersebut tepat di bawah kamar Zoya. dan kakaknya juga tidak memelankan suaranya. Tapi karena Zoya baik, jadi dia menghargai usaha kakaknya.

"Zoya gawat!" pekik Cika. Cika datang dari arah berlawanan dengan nafas memburu dan gurat khawatir.

"Kenapa?"

"Cek mading sekolah ayo cepet!" Zoya bahkan ditarik oleh Nana.

Tidak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya hal buruk sedang terjadi. Zoya merasa tidak melakukan kesalahan apa pun dari kemarin. Apa karena sahabat-sahabatnya yang membuat kehebohan kemarin?

Tapi belum sampai di mading dia dapat melihat Juan berdiri dengan pandangan yang memperlihatkan bahwa dia tidak baik-baik saja. Juan bahkan terlihat di cemooh oleh murid-murid yang lainnya. Merasa ada yang tidak beres Zoya segera berlari menuju mading dengan menggeser bahkan mendorong orang-orang di depan mading.

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang