Zoya masih tetap mencoba berusaha mendekati Juan. Memberinya bekal setiap hari dengan alasan yang sama yakni agar bibinya tidak sedih jika bekalnya ditolak. Dan sekarang Zoya mencoba untuk masuk di ekskul yang sama dengan Juan, yakni ekskul musik.
"Ekskul musik masih buka pendaftaran gak?" tanya Zoya sambil berbisik.
Juan yang mendapat pertanyaan tidak menjawab karena memang sekarang bukan jam kosong melainkan ada Bu Pita yang sedang mengajar di depan. Dan Juan yang terkenal dengan anak baik tidak akan menghiraukan Zoya yang mencoba membuka percakapan dengannya.
"Kalau buka aku mau daftar. Kamu bisa tolongin gak? Kan kamu juga salah satu anggotanya," imbuh Zoya.
Juan yang kesabarannya habis segera menoleh pada Zoya dan menatap mata Zoya seolah mengatakan untuk jangan mengganggu kegiatan belajarnya. Zoya yang ditatap tidak merasa takut justru malah tersenyum lebar.
Zoya sudah mengerti jika ingin mendapat perhatian Juan, Zoya harus melakukan sesuatu yang membuat Juan merasa terganggu. Maka akan membuat Juan memusatkan perhatiannya padanya.
"Nanti mau makan siang bareng gak?" ajak Zoya masih mengganggu kegiatan Juan. Zoya bahkan sudah berani mencolek lengan Juan yang sedang mencatat materi di depan. Juan benar-benar orang yang sabar yaa!
"Aku yang traktir deh, karena hari ini aku gak bawain kamu bekal. Gimana?" tanya Zoya. Juan tidak menjawab hanya diam dan tetap tidak menghiraukan Zoya.
"Ayolah. Please!!" mohon Zoya. Zoya akan berusaha terus sampai Juan mau.
"Iya iya cerewet. Udah diem jangan ganggu lagi!" Juan menatap Zoya dan mengiyakan ajakan Zoya, bertujuan agar Zoya diam dan tidak mengganggunya lagi. Juan benar-benar habis kesabarannya meladeni Zoya.
Dan Zoya yang mendengar keputusan Juan tersenyum bahagia. Zoya bahkan tidak mencatat materi di atas dan hanya menatap Juan dari samping dengan menyangga kepalanya menggunakan kedua tangannya.
*****
Dan benar saja ketika istirahat berlangsung Zoya sudah menarik Juan untuk makan siang bersama. Zoya bahkan tidak memberikan waktu Juan untuk menolaknya. Selama perjalanan menuju kantin Zoya dan Juan menjadi pusat perhatian.
Tidak ada orang seberani Zoya yang menarik sidingin Juan untuk makan di kantin. Mereka bahkan duduk bersebelahan di meja kantin. Meski penuh mereka masih mendapat meja panjang. Tapi mereka tidak hanya duduk berdua. Ada Nana, Mila, Cika, dan teman Juan yakni Ragil.
"Kalian jadi pusat perhatian dari tadi," ujar Ragil sambil melihat Zoya dan Juan bergantian.
"Biarin mereka cuma iri sama Zoya," jawab Cika.
"Iri kenapa?" tanya Zoya.
"Ya iri, karena kamu udah berani ngajak Juan makan di kantin" jawab Mila.
"Emang kenapa kalau makan di kantin? Bukannya udah biasa?" tanya Zoya lagi.
"Ya emang udah biasa kalau Juan makannya cuma sama Ragil tapi ini beda karena yang makan sama Juan kamu Zoya. Murid baru yang udah berani ngedeketin si dingin Juan" jawab Cika.
"Benerkan?" tanya Cika, dibalas dengan anggukan oleh yang lain.
"Kalian setidaknya jangan ngomongin orang di depan orangnya langsung," ucap Juan. Yang lain hanya ketawa dan merasa lucu karena dari tadi mereka membicarakan orang di depan orangnya langsung secara tidak sadar.
"Owh iya lupa ada kamu Ju. Gak sadar beneran. Hahaha." Nana masih tertawa dengan tawanya yang lumayan mengundang yang lain untuk melihat ke arah meja mereka.
"Udah woyy masih saja ketawanya." Cika menutup mulut Nana yang masih saja ketawa. Padahal yang lain sudah berhenti tertawa.
Tiba-tiba Juan mengangkat piring kotornya untuk di taruh di tempatnya dan langsung pergi meninggalkan yang lain.
"Gua nyusul Juan ya. Byee." Zoya mengejar Juan untuk ikut ke kelas. Mungkin Zoya akan mengganggu Juan belajar lagi.
"Juan yang dingin sama Zoya yang bucin bisa jadi gak ya?" tanya Cika.
"Menurutku sih bisa," jawab Mila.
"Gua gak jamin mereka bisa nyatu. Yang jelas gak ada harapan buat Zoya kalau kalian mau tahu." Ragil yang bilang seperti itu langsung berdiri dari tempat duduknya dan berlalu dari hadapan tiga perempuan yang masih bingung dengan jawaban Ragil.
"Ragil ngomongnya pinter banget yaa! Sampek IQ ku gak sampek," ujar Cika.
Tanpa mereka semua sadari bahwa sedari tadi mereka duduk di kantin ada satu orang yang benar-benar tidak suka dengan interaksi mereka, terutama kepada Zoya.
**********
"Kamu gak capek belajar terus?" tanya Zoya.
"Kamu tahu gak kalau kamu ganteng banget. Perpaduan yang pas antara ganteng sama manis." Zoya tetap mengoceh dan mencoba untuk terus mengganggu Juan.
"Kamu kalau senyum dikit kayaknya lebih manis deh. Kalau misal aku bilang aku suka sama kamu terus pengen kita lebih dari sekedar temen kira-kira apa yang bakal kamu jawab?" tanya Zoya. Juan tiba-tiba menghentikan kegiatan mari membacanya.
Juan tidak kaget jika tiba-tiba Zoya mengatakan ini, karena dia sudah tahu dari awal kenapa Zoya selalu mengganggunya dan mencoba menarik perhatiannya. Juan hanya merasa bahwa Zoya akan pergi dengan sendirinya jika Juan mengacuhkannya. Namun bukan menjauh seperti yang lain justru Zoya semakin semangat untuk mendekati Juan.
"Ayo jawab!! Kenapa cuma diem saja." Zoya merengek dengan menggoyang-goyangkan tubuh Juan.
"Aku mau ngasih tahu sesuatu sama kamu." Juan menatap mata Zoya dengan serius. Zoya yang melihatnya hanya tertegun merasa baru sekali ini Juan terlihat benar-benar serius ketika berbicara dengannya.
"Aku bukan orang yang bener-bener baik apalagi orang dengan kriteria kayak yang biasa diomongin. Ini hanya kedok untuk menutupi betapa bodohnya aku. Kurasa kalau kamu tahu semua tentang ku, kamu gak akan mau deket apalagi sampek bilang suka sama aku. Intinya aku bukan Juan yang terlihat baik dan pintar. Ini hanya kedok penutup," jelas Juan.
Juan kembali dengan kegiatan belajarnya, sedangkan Zoya masih mencerna ucapan Juan. Apa Juan menyembunyikan sebuah kejahatan di belakang kebaikan yang selalu dibangga-banggakan? Zoya masih tetap berpikir keras tentang ucapan Juan.
Zoya merasa dia bisa mendapatkan jawaban dari ucapan Juan dari teman dekatnya yakni Ragil. Haruskah Zoya menemui Ragil diam-diam agar Juan tidak tahu. Karena Cika pernah bilang kalau Ragil ini adalah dari kecil Juan.
"Juan kalau misal aku gak bakal nyerah buat dapetin kamu meskipun tahu apa yang terjadi dibalik kedok bohong mu itu gimana?" tanya Zoya secara tiba-tiba. Juan tentu terkejut dengan tidak menyerahnya Zoya.
"Aku bukan orang yang akan lupa dengan orang hanya karena satu kejahatan yang dilakukannya," imbuh Zoya.
"Aku juga bukan orang yang akan langsung menghakimi orang lain ketika mereka melakukan kesalahan. Orang yang melakukan kesalahan pasti ada penyebabnya di belakang itu. Dan aku tahu tidak semua orang melakukan kesalahan karena dia ingin, tapi mungkin bisa jadi keadaan yang memaksa," jelas Zoya dengan menatap mata Juan.
"Apa aku ada kesempatan?" tanya Zoya.
"Okeyy jangan dijawab. Aku tetep sama pendirianku buat meluluhkan kamu. Juan si dingin yang enggak tersentuh," tekad Zoya. Zoya memberikan senyum terbaiknya kepada Juan. Dan Juan yang masih diam tidak berkutik dengan ucapan Zoya karena masih terkejut. Zoya akan mencari tahu sendiri alasan Juan tidak mau membuka hati dan menjalin hubungan dengan siapa pun.
- Terima kasih -

KAMU SEDANG MEMBACA
ZOYA
RomanceBercerita tentang Zoya, perempuan yang pantang menyerah mengejar cinta laki-laki dingin dengan banyak rahasia. Ia yang jatuh cinta dari pertama kali bertemu di sekolah barunya. Sampai mengabaikan pernyataan cinta dari sahabatnya yang bahkan selalu...