chapter five semenjak itu

28 7 4
                                    

Kehilangan, iya kehilangan, membuat ragaku seakan mati tak terasa, membuat aku semakin tak bersemangat, apa yang harus dilakukan oleh perempuan bodo seperti ku, berjalan sendiri.

_
_
_
_

Aku tidak meminta padamu tuhan, untuk menjadikan diriku sosok yang sempurna, namun aku hanya ingin tuhan kau membiarkan aku tetap hidup dengan nafas yang tiada hentinya memaksa ku untuk kembali ke pelukan mu.

Aku mulai menyukai Erik entah kenapa, padahal erik selalu membuatku merasa tidak pantas , namun aku sadar diri, aku tidak boleh menyukai orang yang lebih dan lebih diatasku, aku hanya manusia biasa, aku hanya orang biasa.

Semakin dewasa semakin banyak belajar untuk lebih merelakan apapun, merelakan semua yang terasa nyesek
lalu belajar berdamai dengan keadaan dan lebih mencintai diri sendiri Mengizinkan kepergian seseorang dan berterima kasih kepada yang bertahan.
Melepaskan bila menyakitkan. Sehat mental itu perlu. Hiduplah seutuhnya kataku.

Dalam setiap binasa, orang yang menghakimi secara naif sempat-sempatnya mengekspresikan dirinya.

Orang-orang akan kuat ketika ia dapat menerima kebencian dan pukulan. Aku tidak masalah akan hal itu. Mereka bilang dunia akan berubah jika kau berubah, tapi itu bohong. Mereka berubah karena bosan atau menemukan dunia baru. Iya seperti ayahku, ia menemukan orang baru lalu melupakan ibu, agghhhhhh entahlah aku membencinya

Sulit rasanya percaya pada orang lain, saling membantu dan saling mendukung adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan. Tapi itu hanya idealistis. Kenyataannya orang-orang tidak seperti itu. Karena di setiap kelompok akan ada satu atau dua orang saja yang akan dibebankan sisanya mereka pura-pura peduli. Penyendiri berpengalaman tidak akan terjebak dalam perangkap yang sama. Itulah mengapa beralasan itu tidak ada artinya. Karena beralasan itu pun akan membuat kau terlihat dibenci.

Aku menyukai suka, namun tuhan memberikan luka.

Keesokan harinya aku lalu bersiap untuk ke perpustakaan, aku mengawali hariku dengan tangis sendu sekaligus penutup atas luka segalahnya, mencoba perlahan menerima keadaan.

Aku menikmati kesendirian yang bagaikan angin berlalu, sehingga aku tidak sadar lagi aku ini siapa.

Semenjak kejadian itu aku jadi lemah, dan tidak ingin berbicara dengan siapapun.

Sesampai di perpustakaan aku lalu menemukan buku yang menarik untuk aku baca
Anak perempuan ini sudah didewasakan oleh kehilangan. Meski patah berkepanjangan anak perempuan ini belum waktunya untuk menyerah. Sayapnya mungkin berdarah tapi ia masih punya mimpi yang harus diperjuangkan.Namun tak kalah perasaan jadi denting yang mulai rapuh, seakan mati tak bergerak.

Diriku masih kuat untuk menempuh semuanya sendirian, walaupun kadang aku tidak mengerti arah. Kerap kali jatuh tanpa tumpuan dan bangkit tanpa pegangan.

Lemah! Siapapun peluk aku. Ayo peluk Natasya. Hari ini izin aku sebenarnya udah lelah. Izin menyerah, sebentar saja.

Dunia sepertinya sudah tak lagi ramah dan berpihak pada yang lain. Orang lain hanya melihat sisi bahagiaku saja. Aku hanya tidak ingin terlihat payah.

Mau sampai sampai kapan air mata ini terus menguatkan jiwa yang rapuh. Kita yang pernah jatuh dan lebam, semesta.

Tak lama kemudian aku pulang ke kos ku, dan yang lebih kagetnya ayah berada didepan pintu masuk dengan duduk diam merenung.

Aku agak kaget prihal aku belum pernah memberitahukan ayah mengenai tempat tinggal ku.

" Eh kamu sudah pulang sayang" kata ayah dengan muka tak bersalah.aku hanya diam, dan tidak tahu lagi harus berkata seperti apa.

Apapun yang terjadi kemarin, semoga kamu tidak pernah kehilangan harapan. Mengikhlaskan masa lalu, itu adalah cara terbaik untuk terus melangkah dan melangkah Mungkin hari ini sudah saatnya untuk mencintai diri sendiri, untuk menemukan kebahagiaanmu juga dan mungkin saatnya untuk menerima kenyataan. Percayalah kepada Tuhan, semua pasti indah. Kamu adalah petarung dan jadilah pemenang.
Jadilah kuat untuk menghibur diri sendiri dan berani menerima keadaan bahwa ia tidak sepenuhnya salah.

Aku lalu membuka pembicaraan
" Kenapa ayah kesini? Dan dari mana ayah tahu tempat tinggal Natasya?"

" Ayah tahu semuanya dari ibu, ibu mu yang memberitahu ayah, kelak ibumu berpesan kalau ia sudah tidak ada, ayah yang akan menggantikan ibumu"
Kata ayah.

Aku hanya menolak perkataan itu
" Apa, apaan ayah dengan teganya meninggalkan ibu, lalu ingin kembali dengan ku ?aku tidak sudi punya ayah jahat" kataku dengan Raut wajah yang penuh emosi.

Aku menyimpan banyak rasa sakit hati kepada ayah, aku mencoba Menggenggam amarah dan kesendirian yang ku tahan di dalam dada. Perlahan mengubahku menjadi sesuatu yang tidak pernah aku tahu, menjelma sesuatu yang sama sekali tak kukenal. Aku lupa siapa aku sebenarnya karena terlalu banyak dan lama aku terus berpura-pura, aku bahkan tidak ingin ayahku jadi ayah.

Aku kasian pada diriku sendiri selalu berasa dalam ambisi dan kenakalan seperti ini, aku ingin menyerah dengan keadaan namun aku sadar si Borjuis tak lagi tertahta.

Aku hanya menyuruhnya untuk pergi, aku sangat kecewa namun ia tetap bertahan didepan pintu kos ku menunggu ku keluar.

Tahaaan Natasya, tahan sedikit lagi kamu pasti bisaa.

" Ayah silahkan masuk " ucapan ku dengan tak ikhlas.

Ayah lalu masuk ke kos ku dan duduk didepan pintu karena kos ku agak kecil dan tidak terdapat tempat untuk tamu.

Ibuu..

Ibuuu...

Ibuuu

Ibu mungkin sudah tenang dialam sana, dengan anakmu disini yang masih menunggu mu..
Bahkan tak heran jikalau engkau tak kembali sebab engkau takut menangis lagi.

Kenyataannya, tidak ada satupun dari kita dengan mudah melupakan. Kita semua menderita oleh rasa sakit dan kenangan. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk dapat berdamai dengan masa lalu? Entah bagaimana, selalu saja sulit menerima jika semuanya menyakitkan.

Harus bagaimana lagi dan berapa lama lagi menunggu untuk sembuh jika kenangan selalu saja membiarkan luka tetap utuh. Tapi sepertinya, begitulah takdir berkerja, selalu menghadirkan luka supaya hati lebih kuat dan pikiran lebih terbuka, namun sayangnya ini luka, yah luka yang amat dalam tak heran jika semua anak broken home merasakan yang namanya kehancuran.

Tak terasa aku ketiduran di kamar kos ku, aku lalu melihat makanan yang sudah siap didepan mataku, eh taunya ayah yang sudah membelikan aku makanan, tapi aku tidak ingin memakan sedikitpun sebab aku tak sudi memakan makanan dari orang yang mengkhianati ibuku.

Aku hanya keluar dan makan seadanya,itu sudah cukup bagiku, jika harus makan, makanan mewah tapi hati tak tenang. Kan percuma.

Tanpa sadar dompet aku ketinggalan, dan lebih parahnya lagi aku sudah memesan makanan.

"Bagaimana ini, aku hanya membawa uang sedikit dan tidak cukup " ucapanku

" Natasya"
"Hey Natasya'

Seperti ada suara yang memanggil ku namun aku takut menoleh, mungkin hanya halusinasi ku.

" Hey Natasya, aku dimas temannya Erik, kamu lagi apa?" ucap dimas

Aku menjawab dengan nada memalukan
" Aku lupa bawa dompet dimas, bisa nggak aku pinjem hehe"

Dimas langsung ke kasir tanpa aku minta lalu membayar semua makanan yang aku makan.

Malu oh maluunya akuu hahah.

"Nanti aku ganti yah dikampus" ucap Natasya.

"Santai aja kali kita kan juga teman" kata Dimas dengan wajah yang begitu menggoda.

Dalam hati, aku berusaha menjauhi erik eh mengapa dimas yang muncul .





hey teman-teman bisa kita bayangkan erik adalah presiden kampus yang gagah, dan kaya raya, bisa dekat begitu dengan Natasya, kamu iri pastinya hehee
..

-
-
-
-
- lanjut yah tunggu aku post selanjutnya.

_

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang