chapter nine : lalu apa lagi?

19 5 0
                                    

Tidak semua yang kita harapkan berjalan dengan baik, tidak semua orang bisa berjanji lalu menepati. Omong kosong kau hanya pandai bercanda.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Tidak terasa sudah hampir malam aku langsung beberes dan bersiap untuk pulang ke kos ku.

Sesekali ketkika aku bangun tidur aku menemukan diriku sendiri sedang menangis.Saat teringat tentang ayah, aku coba untuk tetap bersabar dan menerima kenyataan. Aku harus kuat menghadapi semuanya.Omong kosong dan kepalsuan orang-orang di sekitarku adalah alasan utama mengapa aku suka sendirian.Ini bukan kedurhakaan. Taat dan berbakti kepda ayah terdapat batasannya.Apapun yang sedang kamu cari tidak akan datang dalam bentuk yang kamu harapkan.Kadang yang jauh terasa dekat, begitu pula sebaliknya. Kusimpulkan yang berjarak ialah rasa. Bukan satuan ukur yang dapat dihitung.Tidak akan ada kekecewaan yang mendalam jika tidak ada cinta yang mendalam.

Buat kamu yang hingga saat ini tidak mengetahui di mana ayahmu berada. Kenapa ia tega meninggalkanmu dan ibumu. Pastinya rasa penasaran dan kecewa bercampur aduk di benakmu.

" Bangun Natasya, ini sudah subuh, sholat dulu sana" kata ku sembari memaksakan diri bangun

Aku dengan wajah yang masih membengkak disebabkan menangis semalaman, aku mencoba mengambil air wudhu lalu kuutarakan perasaan ku ke tuhan.

Dear ayah, hatiku memang kecewa. Tapi bukankah saling memaafkan itu lebih indah? Bukankah hidup ini akan lebih indah jika dijalani dengan kedamaian, Cintamu bagaikan bayangan air. Di tengah padang pasir. Itu bukan sebuah oasis, tapi fatamorgana berlapis.

Ayah tidak pernah menafkai. Wajibkah anak tetap berbakti?Aku menahan kecewa. Pertemuan yang harusnya penuh tawa rupanya hanya tersimpan dalam angan-angan. Ayah, kapan kau pulang? Aku sudah merindukan ayah. Aku ingin bermain dan berbagi banyak hal dengan ayah."

Aku lalu siap- siap ketempat kerja ku kebetulan aku libur kuliah hari ini, tidak ada jadwal mata pelajaran

Sambil berkhayal memikirkan masa lalu ku yang berantakan.

Aku mulai menguatkan diri mencoba menerima Kenyataan,yang membuatku yakin, yakin bahwa ada duka di setiap suka, dan naluri yang mati setiap proses yang menyenangkan.

Terkadang aku menangis ketika ada teman yang menceritakan kebahagiaan suasana keluarganya. Mungkin aku iri."
Ayah, bisakah kau luangkan sedikit saja waktumu untuk diriku yang saat ini ingin bertemu denganmu walau sebentar. Mengapa kau terus membuatku berangan dan bermimpi untuk bisa menemuimu walau kenyataannya kau tidak bisa menemuiku.aku membenci mu tapi aku rindu juga dengan perhatian mu pada saat itu

Aku selalu berusaha untuk menjadi apa yang kamu mau, menjadi seorang anak yang selalu patuh dengan perintahmu. Selalu berusaha untuk membanggakanmu dengan seluruh perjuanganku dalam hal apapun. Tidakkah kau merasa bangga padaku? Jangan katakan bahwa kau tidak bangga karena itu dapat mengecewakan hatiku." Ayah, aku kadang tersenyum memperhatikan wajah sempurnaku. Kadang aku tertawa bangga karena aku mirip denganmu. Tapi ayah, kenapa bibir yang mirip dengan bibirku itu jarang sekali tersenyum kepadaku.Bukan hal yang egois jika kamu mencintai diri sendiri, perhatian pada diri sendiri dan membuat kebahagiaanmu menjadi prioritas, itu adalah kebutuhan.


Aku terus bekerja dengan semangat, sebagai gantinya aku harus benar-benar membanggakan ibu yang sudah tiada, mencoba perlahan menerima keadaan yang membuatku sadar bahwa ibu tidak akan kembali !


Lanjut lagi yah jangan lupa vote dan komen.
-
-🍁🍁🍁

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang