chapter three : ada apa tuhann.

30 7 0
                                    

Sekali lagi aku berteriak
"Ibuuu"
" Ibuuuu""ibuuuuuuuuuuuuu"

Aku langsung melihat wajah ibu yang sangat pucat, tangan ibu begitu dingin, hingga saatnya aku tidak lagi bisa berkata-kata, hanya rintihan air mata yang ku cucurkan lewat dentingan sedikit demi sedikit, lalu aku mencoba dan memberanikan diri untuk menatap
Ibu secara perlahan kupelajari ibu sudah tiada :) ternyata ibu jatuh pingsan dan tidak sempat lagi bangun untuk memeluk dan mencium anak perempuan satu-satunya.

_
_
_

Dari mana aku harus memulai teriakan ku, dari mana aku harus membisikkan hatiku yang kacau, seketika sadarku tak lagi sadar dan intuisi ku tak lagi bercanda, mengapa demikian aku hahahahhahahahahahahahahahahhaa , aku gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa tuhaaaaannn ( sambil berteriak dengan penuh tenaga hingga badanku serasa mau terpisah ) yakin dan percaya saat ini aku menderita.

" Ibukuuuu, tolooonggg, ibuuuu" sambil menangis histeris tanpa siapapun yang bisa menolong ku hanya bisikan kepala yang seakan menyelimuti ku.

Kataku
" Mengapa ibu mengajarkan aku apa yang tidak aku ketahui, mengajarkan semua dari awal, mengajarkan segalah hal, akan tetapi mengapa ibuuuuu? Mengaapaaaa ibu tidak mengajarkan aku bagaimana cara aku bisa hidup tanpa mu? ( Aku sambil memeluk ibu, dan sesekali ingin pingsan ).

Rasanya seperti aku mati tanpa di sentuh, perlahan tubuhku serasa mati, tak bergerak sedikitpun, aku hanya bisa berterimakasih kepada tuhan, aku tidak ikut mati dalam kondisi ini.

Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku kerjakan agar ibu ku cepat di sholat i agar jenasah nya tidak membusuk.

Tak lama beberapa warga datang kerumah untuk membantu, dan tanpa seorang ayah, aku hanya bisa diam menatap ibu yang sudah tak bernyawa.

Demi Allah aku akan membuat ayah menderita, dan menangis darah didepan anak yang sudah ia buang.

######
Kalian yg egois kenapa saya yg harus jadi korban?
Lantas luka batin ini? Apa kalian peduli
Kalian membuat saya tumbuh diatas kehancuran masa remaja yg menyedihkan
Aku dilatih dewasa oleh waktu bahkan aku tersenyum ketika hal yg tidak aku inginkan membuat anda bahagia
Why? Apa salahku sebagai anak? Terserah kalian mengomentari apapun ini lapak ku tidak suka ngga usah baca

Aku adalah korban dari keegoisan orang tua
Percayalah hingga detik ini aku masih sering mengingat masa itu. saat-saat mereka berkonflik dan memutuskan untuk berpisah.
Sedih,bingung,marah bercampur menjadi satu namun apa daya
Sejak saat itu aku hidup bersama ibu, dan untuk saat ini aku benar-benar sendiriTidak terbayang bagaimana batin kami masih bergejolak. Terbayang akan kisah perselingkuhan ayah hingga sampai pada akhirnya semua terbongkar dan keluarga kecil ini hancur begitu saja.
Aku memutuskan untuk tinggal bersama nenek ibu dari ayahku.
Wanita tua yg baik sekali pada cucunya baik kepada ibuku, dia pula yg tidak setuju jika ayah ibu berpisah namun apa boleh buat ayah lebih memilih wanita itu dari pd mempertahankan keluarga kecilnya. Semua kisah pilu tersimpan jelas dimemori ku hingga saat ini. Ayahku adalah sosok lelaki yg galak ucapannya kasar nya menyayat hati percayalah sejak saat itu aku benci sekali kepada laki-laki. Aku selalu berfikir bahwa semua lelaki itu sama saja. Suka menyaktiti masa remajaku jauh dari pergaulan bebas aku lebih suka duduk terdiam dirumah setelah pulang sekolah. Bahkan aku menjadi gadis remaja yg cuek pd lelaki. Tp percayalah aku masih normal. Aku tinggal hanya bersama nenek dirumah berdinding bambu dengan atap yg rendah. Pelataran yg datar, setiap kali hujan deras maka air itu akan masuk kerumah. Sebenarnya aku anak pertama dari dua bersaudara adiku laki-laki tapi setelah ibu kerja ke luar negeri adiku tinggal dengan bude dan tanteku(kaka dari ibu)
Ya kami terpisah... Tp syukurlah kami masih satu desa hanya saja punya jarak yg sedikit jauh setiap hari jum'at sekolah ku libur aku bersepeda untuk menemui adiku. Ya itu berlangsung hingga lama bahkan sampai aku tidak ikut pramuka dan terpaksa membayar iuran karena tidak masuk. Tak apalah itu demi adik aku kangen sekali dia



Semenjak kejadian itu, Natasya tak lagi seperti dulu, Natasya yang selalu ramah, murah senyum, dan selalu bikin onar kini dia pendiam, tidak lagi senyum sapa, ia lebih suka sendiri, bahkan Erik yang sahabatnya masih bingung dengan tingkahnya, karena itu.
Erik paham Natasya baru saja kehilangan, cuman kalo berlarut begini bisa-bisa Natasya akan sakit

Dan erik belum mengetahui bahwa Natasya adalah keluarga yang broken home

Erik menghampiri Natasya yang duduk di balsid atau kantin kampus, ia bertanya

Kamu baik-baik saja kan Natasya?
Kamu kenapa sih Natasya?,kamu selalu menyembunyikan masalah mu, aku ini sahabatmu seharusnya kamu menceritakan semua yang terjadi kepada ku.
Aku ini siapa Erik?ada apa dengan dunia ku?aku ini anak siapa?aku tidak tahu aku harus mengadu ke siapa. (Kata ku ke Erik)

Erik dengan ciri khasnya yang suka bercanda lalu mengatakan
" Kamu Natasya lah " haha
Natasya langsung angkat kaki meninggalkan Erik, lalu erik terus mengejar Natasya untuk meminta maaf.

Tak lama kemudian Natasya menceritakan semua yang terjadi kepada Erik, lalu erik mulai memahami Natasya, Erik kemudian menghibur Natasya dan mengajak Natasya ke suatu tempat.

"Kita mau kemana erik??" Kata Natasya
Sambil menarik tangan Natasya erik tak lupa untuk menunjukkan jalan agar Natasya tidak salah paham.

Sesampai diatas lantai 16 gedung iqra di universitas swasta ini, Natasya melihat pemandangan yang begitu indah, Natasya mulai menikmati angin, dan juga ia melihat pemandangan yang luar biasa.mereka berdua duduk diantara gedung-gedung yang ada dikota itu, dengan cuaca yang bersahabat, dan juga keadaan yang duka menjadi suka.

"Makasih yah Erik, kamu adalah sahabat yang baik" kata Natasya.
Erik hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum ..

#######

Fix ini yang di Namakan cowo idaman wkwk.
Dalam keadaan begini masih bisa bercanda Ferguso haha..

Tak lama kemudian mereka kembali, Natasya yang diantar pulang oleh Erik tersenyum sambil menatap jalan, dia bukan jatuh cinta, tapi malah bersyukur punya sahabat seperti erik, dia yang selalu ada dalam keadaan apapun.

Lega rasanya mengeluarkan semua masalah yang ada didalam hati, meskipun pikiran tak lagi bersua, acak-acakan tapi aku bersyukur masih ada orang yang mau menguatkan ku.

Tiba di kos aku langsung istirahat, dan ketiduran dengan baju kampus yang masih aku kenakan

Secercah rasa lapar aku tutupi dengan senyum menyeringai seolah aku baru saja makan daging panggang barbeque.
suara cacing perut menyapa memukul tiap dinding perut aku. Itu Tak bisa menutupi rasa lapar yg tiada henti.
Ingin berkeluh namun pada siapa? jika berkata saja aku tak kuasa mengadu, Aku pernah mendengar suara lelaki paruh baya berkata padaku
'jangan banyak pikiran makan saja yg banyak biar cepat gemuk'
Terbesit dihati hanya bisa tertawa kecil "coba ada diposisi ku kau pasti akan mengerti apa yg aku rasakan,"
keadaan lah yg membuat aku terbiasa untuk menahan rasa lapar, bahkan jika pagi berganti malam suasana mencekam perut terus saja kesakitan, tetap saja aku tidak peduli aku tidak mengadu pada ayah perihal rasa lapar aku, sebab bagi aku tiada guna. Karena tidak lantas membuat mereka mendatangi aku membawa makanan bukan?

Ah...sudahlah aku tidak sedang akting dramatis ini kan hanya cerita hidupku
Aku tidak sedang mengajak kalian (pembaca) bersedih.
Aku hanya ingin memberi sebuah pelajaran hidup yg bisa kalian petik dari cerita aku.















Cieeeeeee yang digantung.

Bersyukurlah kamu yang digantung dengan cerita, aku yang digantung dengan perasaan, malah mau mati hahahahahhahahahahaha..apaaansiihh






Lanjut part 4 yah hehe jangan lupa vote, komen dan baca.

_
_
_

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang