이십칠

3.5K 379 2
                                    

Flashback on :

Sore itu Renjun berniat untuk berbelanja di minimarket dekat apartemennya. Selain membuat jadwal untuk Haechan, lelaki keturunan China itu juga membuat jadwal kegiatannya sendiri setiap harinya. Seperti saat ini, untuk berbelanja pun ia memiliki jadwal tersendiri. Mungkin ini yang menyebabkan Renjun tidak pernah kehabisan stok bahan makanan.

Jika di lihat secara kasat mata kehidupan Renjun seperti struktur. Ya, memang itu yang di inginkan Renjun, merencanakan kegiatannya sebaik mungkin agar waktunya tidak terbuang sia-sia dan percuma. Jika apa yang ia rencanakan tidak berjalan dengan sesuai jadwal yang ia buat  maka lelaki itu akan frustasi sendiri.

Setelah mendapat bahan belanjaan yang ia butuhkan beberapa hari ke depan, Renjun berjalan pulang dengan menenteng satu plastik besar barang belanjaan nya. Sesekali memeriksa apakah ada barang yang lupa ia beli atau tidak.

Renjun yang sibuk mengingat-ingat belanjaannya pun terpaksa menghentikan kegiatannya, dan memperhatikan lelaki asing yang berdiri di depannya, menghalangi jalannya.

"Permisi, maaf menganggu waktu mu. Aku butuh bantuan mu .. " katanya terdengar panik serta memperhatikan sekitar.

" .. Aku tersesat dan aku kehilangan teman ku. Bisa kau menunjukan dimana perempatan jalan Mangnidan, jika tidak kau bisa mengantarku ke kantor polisi"

Renjun sedikit mendongakkan kepalanya untuk memperhatikan lelaki asing tersebut. Setelah mendengar perkataannya Renjun melihat jam dari ponselnya.

"Kau ada ponsel?" tanya Renjun pelan.

"Semua barang ku terbawa oleh teman ku" katanya cemas.

Setelah berpikir sejenak, Renjun menghela nafas pelan "Baiklah, aku hanya bisa mengantar di pos penjaga" kata Renjun.

"Tidak, tidak apa aku sangat berterima kasih" ucapnya membungkuk.

Renjun memutuskan untuk mengantar lelaki asing  yang menghalangi jalannya ke pos penjaga, karena ia juga belum memasak untuk makan malamnya. Alhasil Renjun hanya bisa mengantar ke pos penjaga terdekat.

Renjun dan lelaki itu berjalan saling berisisian, tidak ada pembicaraan sama sekali di antara mereka. Renjun yang tidak ingin orang di sampingnya berpikir yang tidak-tidak pun terpaksa membuka suaranya.

"Aku memang seperti ini, jangan merasa tidak enak seperti itu" ucap Renjun melihat sekilas lelaki di sebelahnya. Ia tersenyum tipis.

Lelaki itu mengulurkan tangannya "Kita belum berkenalan" katanya dengan membalas senyuman Renjun.

Renjun menerima uluran tangan lelaki di sebelahnya "Renjun" jawab Renjun.

Lelaki yang awalnya tersenyum ramah tersebut, sedikit menyeringai. Entah Renjun menyadarinya atau tidak yang jelas Renjun masih menunggu lelaki asing itu memperkenalkan diri.

Lelaki itu mengarahkan tangannya yang bebas untuk menyelimut tangan Renjun "Selamat tidur" ucapnya pelan bersamaan dengan tangannya yang menyetuh tangan Renjun.

Renjun seketika jatuh kebelakang dan tak sadarkan diri, membuat lelaki itu tersenyum "Aku mengaturnya dengan tegangan besar?" gumamnya bertanya pada diri sendiri.

Lelaki itu segera mendekati Renjun dan memasang wajah paniknya "Hei, bangun" paniknya dengan menepuk pipi Renjun pelan.

"Apa yang terjadi, dia kenapa?" tanya seorang pejalan kaki yang melihatnya, dan beberapa orang mulai berkerumun di sekitar mereka.

"Tidak tau, tiba-tiba dia pingsan" jawabnya masih mengenakan topeng kepanikannya.

"Tolong panggilkan taksi aku akan membawanya ke rumah sakit" pinta lelaki asing itu pada pejalan kaki yang mengajaknya bicara.

[ BOOK II ] Perfect? Imperfect || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang