Setelah keluar dari rumah sakit Renjun tidak lagi sendirian tinggal di apartemen miliknya. Dengan senang hati ia meminta Jaemin untuk tinggal bersama setelah mengetahui masalah antara Jaemin dengan ayahnya, Nakamoto Yuta.
Saat ini Renjun dan Jaemin sedang duduk di ruang tamu dengan suasana hening sejak beberapa saat lalu. Renjun melirik Jaemin beberapa kali, dimana laki-laki itu hanya memainkan jari tangannya yang saling bertaut.
Melihat Jaemin yang biasanya banyak bicara, serta ceria menjadi pendiam seperti ini terlihat aneh di mata Renjun. Dan ia pun tidak tahan untuk tidak bertanya lebih lama lagi.
"Apa yang menganggu pikiran mu?" tanya Renjun memulai pembicaraan.
"Huh?" Jaemin mengangkat wajahnya, dan menatap wajah Renjun. Lantas ia tersenyum tipis "Tidak ada" lanjutnya.
"Haechan sudah memaafkan mu. Meminta maaf bukan berarti salah Jaemin, kau tidak salah" Renjun berkata dengan tegas kepada Jaemin, ia tau Jaemin masih merasa bersalah.
"Aku tidak tau, aku malu jika harus berhadapan dengan Haechan" gumamnya pelan kembali menundukkan pandangan.
"Haechan sendiri yang meminta mu untuk membantunya bangkit, jangan bicara seperti itu karena kau memang tidak salah" jelas Renjun membuat Jaemin menerima apa yang telah terjadi.
"Sepertinya aku tidak bisa membantunya bangkit" cicit Jaemin enggan menatap Renjun, semoga saja keputusannya benar.
"Apa maksud mu?" tanya Renjun tidak mengerti.
"Untuk menopang diri ku sendiri pun aku tidak bisa" lirih Jaemin mengingat kenyataan akan hidupnya "Aku tidak bisa" lirihnya kembali bersamaan dengan jatuhnya air mata dari mata yang biasa memancarkan binar keceriaan.
"Jangan berpikiran buruk" peringat Renjun mendekati tempat duduk Jaemin, ia menggenggam kedua tangan lelaki itu "Jangan sampai ada pikiran buruk terlintas di kepala mu" Renjun berkata dengan menunjukan wajah khawatirnya.
Jaemin menatap Renjun dengan matanya yang berkaca-kaca, ia tidak pantas untuk menerima kebaikan orang-orang di sekitar Haechan. Sangat tidak pantas.
"Aku tidak tau, Renjun" gumam Jaemin pelan berusaha untuk tidak terlihat rapuh.
Kenyataan yang ia dapat akhir-akhir sangat membuatnya merasa terpuruk. Mulai dari ia tahu perasaan Jeno hanya untuk Renjun, perasaan bersalah karena peristiwa yang menimpa Haechan, ibunya yang menjadi jahat dan harus mati sia-sia karena perselingkuhan ayahnya, dan yang terakhir ayah angkatnya yang ternyata adalah ayah kandungnya. Dia merasa jika hidupnya sedang dipermainkan.
"Apa maksud mu tidak tau, Jaemin?" Renjun tidak terima dan sedikit meninggikan suaranya "Kau tidak sendiri, ada aku dan Jeno"
"Cukup Renjun aku tidak bisa" air mata Jaemin semakin deras membasahi wajah cantiknya,
"Biarkan cintaku bertepuk sebelah tangan, aku tidak ingin menjadi penghalang hubungan kalian" kalimat Jaemin terdengar begitu putus asa di telinga Renjun.
"Harus berapa kali aku bilang pada mu, Jaemin jika aku dan Jeno tidak mungkin bersama. Hubungan kami tidak mungkin melebihi sebatas teman. Dan aku masih mempunyai Kun hyung dan kau harus ingat itu" ucap Renjun frustasi.
"Kau dan Jeno saling mencintai" balas Jaemin pelan.
"Kata siapa?" sarkas Renjun "Tidak, dan aku sudah menolaknya" Renjun kembali mempertegas kalimatnya.
"Kau tidak benar-benar bahagia dengan Kun hyung, Renjun. Jangan membohongi perasaan mu sendiri" Jaemin terus berusaha membuat Renjun menyadari perasaannya sendiri pada Jeno.
"Aku bahagia dengan Kun hyung" Renjun kembali bersuara.
"Kau tidak" Jaemin berkata dengan tegas dan penuh keyakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BOOK II ] Perfect? Imperfect || Markhyuck || [Completed]
Fiksi PenggemarBOOK 2 DARI MY BODYGUARD AND I Tidak ada manusia yang sempurna, hakikatnya saling menyempurnakan satu sama lain. "Bagaimana jika aku tidak sempurna seperti yang kau lihat selama ini?" - Haechan "Aku mencintaimu apa adanya. Jika kau merasa tidak semp...