10.5K 960 13
                                    

Haechan sedang duduk di depan meja rias, ia mempersiapkan diri untuk penampilannya. Ia hanya menjadi bintang tamu di acara musik lokal. Dan lagi jadwalnya tidak sesibuk dulu, karena Mark membatasi kegiatannya.

Bukan membatasi sebenarnya, lebih tepatnya memberinya banyak waktu istirahat. Haechan juga tidak keberatan, toh dirinya juga sudah menjadi seorang istri. Dengan ini dirinya mampu membagi waktu antara bekerja dan mengurus rumah.

Haechan mengamati Renjun yang duduk tidak jauh dari tempatnya. Lelaki yang menjadi manager nya selama ini, sedang fokus pada ponselnya. Haechan mengamati setiap perubahan raut wajah Renjun. Di mana terkadang ia tersenyum, tak jarang pula dahi managernya itu menampil kan suatu kerutan yang menunjukan suatu ketidak yakinan. Tak jarang pula raut khawatir Renjun tampilkan. Dan itu semua tidak luput dari pandangan Haechan.

"Renjun" panggil Haechan, namun Renjun sepetinya tidak mendengar.

"Renjun" panggil Haechan sekali lagi dengan meninggikan suaranya, dan Renjun masih tidak menghiraukan panggilannya.

"HEI HUANG RENJUN!!" panggil Haechan lebih berteriak. Dan sekali lagi Renjun tidak mendengar panggilannya.

Haechan memejamkan mata untuk meredam rasa kesalnya. Di meja depannya ada sisir menganggur, dengan segera Haechan melempar sisir di depannya. Dan tentu saja dengan menggunakan sekuat tenaga.

PLETAK!!

"AKHH!!"  pekik Renjun hingga ponselnya jatuh, untung saja jatuhnya hanya diatas pangkuannya. Ia mengambil ponselnya dengan memperhatikan sekitar.

"Siapa yang melakukannya?" teriak Renjun kesal tidak tahu siapa yang melemparnya. Karena semua mata tertuju padanya.

"Aku tanya sekali lagi siapa yang melakukannya?" Renjun berkata dengan bangkit dari duduknya. Ia memperhatikan sekeliling, di mana orang-orang memperhatikannya serta Haechan secara bergantian.

Renjun pun menatap Haechan tajam, ia melangkah mendekati orang yang kemungkinan besar telah melempar sisir ke kepalanya. Tepat mengenai dahinya, dan sepertinya meninggalkan bekas. Karena terasa perih.

Haechan diam menunggu Renjun mendekat ke arahnya. Ia menatap menantang Renjun, argumen apa yang akan dikatakan orang ini, batin Haechan.

"Kau yang melempar nya Haechan?" tanya Renjun memastikan, tentu saja dengan perasaan kesalnya.

"Kalau iya, apa yang akan kau lakukan?" kata Haechan dengan mata melotot serta wajah yang terlihat menyebalkan di mata Renjun.

Renjun meniup rambutnya yang menutupi dahinya, dan berdecak kesal "YA!! KAU PIKIR TIDAK SAKIT" marah Renjun dengan meletakan sisir yang ia bawa dengan keras di atas meja depan Haechan hingga menimbulkan suara benturan yang keras.

"TIDAK BISAKAH KAU MEMANGGIL KU DENGAN MULUT MU. KENAPA HARUS PAKAI KEKERASAN" ucap Renjun tidak terima dengan suara kerasnya.

Tidak terima Haechan pun berdiri dengan mendorong kursi yang ia duduki, menghilangkan penghalang antara mereka, Haechan membusung kan dada "Salah ku meneriakan nama mu 3 kali, tapi kau sama sekali tidak menjawab?" ucap Haechan tak kalah kesalnya.

"Salah ku kalau kau terlalu fokus pada ponsel mu, Salah ku jika aku menggunakan ini untuk membuat mu tersadar, Huang Renjun" gerutu Haechan dengan menggebu-gebu. Enak saja dirinya di salahkan.

Renjun menatap Haechan tidak percaya, benarkah dirinya seasik itu dengan ponselnya.

"Apa?? Sekarang kau menyadari kesalahan mu" tantang Haechan tidak mendapat jawaban dari Renjun.

"Tapi bisakan tidak perlu melempar itu, sakit tau?" kata Renjun menurunkan suaranya, dengan menggembungkan kedua pipinya serta mengusap dahinya.

"Kalau pun aku mendatangi mu kau akan sama terkejutnya, dan berakhir seperti ini juga. Lebih baik aku melempar mu dengan ini, sedikit memberi ku keuntungan" ucap Haechan dengan memelan di akhir kalimatnya. Mengingat Renjun yang mudah sekali terkejut.

[ BOOK II ] Perfect? Imperfect || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang