Mark dan Haechan memperhatikan sikap Chenle setelah perginya Jisung dari rumah mereka. Dapat mereka lihat jika Chenle terlihat murung dan sifat pendiamnya semakin terlihat, entah itu karena kepergian Jisung atau takut dengan orang tuanya.
Mark menunggu Chenle untuk mengatakannya sendiri, selain itu dia juga memberi waktu putranya supaya jauh lebih tenang. Namun tidak ada tanda-tanda bagi Chenle untuk bercerita.
Anak itu benar-benar salinan dari Lee Haechan, tidak akan bercerita jika tidak dipancing terlebih dulu, dan lebih memilih memendamnya sendirian. Ah tidak, Chenle adalah salinan kedua orang tuanya, yang lebih memilih memendam masalahnya dan menyelesaikannya sendirian.
Mark sudah mengira jika akan seperti ini jadinya, selama ini dia mencoba untuk berpikiran positif mengenai Jisung dan Chenle, menganggap jika kepedulian serta sifat protektif Jisung hanya sikap yang di tunjukan sesama saudara pada umumnya.
Namun anggapan Mark salah, Jisung menganggap Chenle melebihi saudara. Bahkan anak itu berani mencium putranya di saat usia mereka masih belum pantas mengetahui hal demikian. Mark tidak tau apa yang membuat dua remaja yang masih dibawah umur itu berani melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan?
Chenle lebih memilih menghabiskan waktu di kamarnya. Jika Jisung akan mengurung di kamarnya seharian, maka Chenle akan menghabiskan waktu di kamar. Chenle akan keluar kamar jika memang perlu.
Melakukan hal-hal yang dapat membuatnya merasa jauh lebih baik, entah itu bermain game seharian di kamar, belajar, atau pun bermain dengan Zoey dan Loey, apapun itu asal dia merasa lebih baik dan tentu saja menghindari kontak dengan orang tuanya.
Mark telah meminta persetujuan Haechan untuk bicara dengan Chenle, dan Haechan meminta jika Mark bicara dengan pelan dan tidak membuat Chenle ketakutan. Mark pun menyanggupi permintaan istrinya itu.
Keluarga Mark saat ini sedang makan malam, seperti sebelumnya Chenle akan makan lebih cepat, lalu beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kamarnya.
“Chenle, Dad mau bicara” kata Mark menghentikan langkah putra pertamanya.
Seakan mengerti remaja itu menghela nafas dan mengangguk atas teguran yang di ucapkan Daddynya.
Mark segera menyelesaikan apa yang sedang dia lakukan, sementara Chenle berjalan lebih dulu menuju taman belakang, hutan buatan mereka.
Setelah selesai dengan urusannya, Mark segera menuju hutan buatan mereka. Dapat dia lihat Chenle sedang melamun dengan menatap depannya tanpa berkedip.
“Hei, boy” sapa Mark mendudukan diri di sebelah Chenle sembari tersenyum.
“Daddy” Chenle membalas sapaan Mark pelan yang juga di sertai senyum tipis.
“Daddy mau membahas mengenai Jisung” sebuah pernyataan lemah keluar dari belah bibir Chenle, pandangannya pun menunduk.
“Kenapa tidak bicara dengan Dad atau Mom?” Mark bertanya lembut dengan menatap putranya yang menundukan pamdangan.
“Aku tidak mau Daddy memarahi Jisung seperti sebelumnya dan Mom membenci Jisung” gumam Chenle pelan.
“Dad akan lebih marah jika kalian berbohong dan melewati batas seperti sebelumnya” Mark menjawab dengan sorot mata kecewanya.
Chenle yang mendengar suara Daddynya memelan pun mengalihkan perhatiannya “Maafkan aku, Dad. Aku yang salah” sesal Chenle merasa bersalah.
Mark pun menatap anaknya, meskipun ada sorot kecewa dari tatapannya, Mark menunjukan senyumannya “Baguslah jika kau menyadarinya” ucap Mark di sertai tawa kecilnya.
“Jika Chenle merasa bersalah, maka Daddy merasa gagal. Gagal karena tidak bisa menjaga Chenle” ucap Mark sembari menerawang jauh di depannya.
Chenle pun menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Mark, dan mendekap lengannya cukup erat “Daddy jangan bicara seperti itu, Maafkan aku Dad, maafkan aku” Chenle berkata dengan lebih menyesal dari sebelumnya, bahkan suaranya pun mulai bergetar
.
“Hei, tidak apa-apa, boy. Don’t cry” Mark mengusap tangan Chenle yang memeluk lengannya “Daddy jadi merasa bersalah karena telah membuat mu menangis” ujarnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BOOK II ] Perfect? Imperfect || Markhyuck || [Completed]
FanfictionBOOK 2 DARI MY BODYGUARD AND I Tidak ada manusia yang sempurna, hakikatnya saling menyempurnakan satu sama lain. "Bagaimana jika aku tidak sempurna seperti yang kau lihat selama ini?" - Haechan "Aku mencintaimu apa adanya. Jika kau merasa tidak semp...