Di tempat entah di mana, suara orang yang terdengar samar menyapa indra pendengarannya. Matanya masih berat untuk terbuka.
"Apa yang ingin Tuan lakukan padanya?"
"Menyiksanya"
Haechan yang mendengar sebagian pembicaraan itu pun membuka mata secara perlahan. Pertama yang menyapa penglihatannya adalah cahaya lampu yang sangat terang menyilaukan matanya.
"Bagaimana istirahat mu, anak manis?" sapanya terdengar sangat ramah sekali.
Haechan mengerjapkan matanya menyesuaikan penglihatannya di tempatnya saat ini. Setelah matanya mampu melihat secara normal, Haechan melihat beberapa orang dengan pakaian rumah sakit. Dan cahaya terang yang menyilaukan adalah cahaya lampu yang biasa di gunakan saat operasi.
"Dimana ini, dan siapa kalian?" tanya Haechan pelan dan terdengar agak panik.
Seorang lelaki mengelus rambutnya lembut, serta menunjukan senyumnya "Bukankah kau ingin melakukan pemeriksaan?" tanyanya.
Haechan hanya mengangguk ragu sebagai jawaban, ia sangat takut dengan apa yang ia alami saat ini.
Tangan lelaki itu kini beralih pada perutnya, kemudian mengelusnya tak kalah lembutnya "Dan terdapat nyawa di sini" katanya menggeram marah bersamaan dengan meremas perut Haechan yang masih rata cukup kuat.
Haechan meringis saat perutnya di remas, dan berusaha menyingkirkan tangan orang itu dari perutnya. Namun tangan dan tubuhnya di tahan dari berbagai sisi.
"Le-lepas ini .. ini sakit sekali" rintih Haechan terdengar lebih memohon.
"Kenapa? Ini belum seberapa anak manis?" lelaki itu berkata dengan tangan yang semakin kuat memberi remasan pada perut rata Haechan.
"AAKHH!!" pekik Haechan keras, sungguh perutnya terasa sangat sakit "Jangan .. kumohon jangan lakukan .. ku mohon hentikan" pinta Haechan dengan wajah pucat serta keringat dingin yang membasahi wajahnya.
"Orang tua macam apa kau ini, tidak menyadari keberadaan janin dalam tubuh mu"
Haechan ingin memohon untuk melepas remasan di perutnya, hanya saja rasa sakit lebih menguasainya. Tak hanya perutnya, hatinya juga tertohok setelah mendengar perkataan lelaki itu. Orang tua macam apa dirinya hingga tidak menyadari tanda-tanda jika dirinya hamil?
"Hiks .. hiks .. ku mohon jangan .. le-lepaskan. Ini .. i-ni sakit sekali" rintih Haechan. Nafasnya juga memburu selama lelaki itu meremas perutnya.
"Kau tidak pantas menjadi orang tua" katanya terdengar merendahkan.
"Ku – mohon. Jangan .. jangan menyakitinya .. le-lepas" pinta Haechan dengan wajah kian memucat.
"Tuan dia bisa keguguran" kata seseorang berpakaian dokter, mengingatkan.
"Benarkah? Memang itu yang aku inginkan" jawab lelaki yang di panggil Tuan dengan perasaan marah.
Tubuh Haechan menegang, tangannya meremas seprei tempatnya di baringkan. Matanya mulai berkunang-kunang. Keringat dingin semakin banyak membasahi wajahnya.
"Gara-gara orang tua kalian, aku kehilangan istri dan calon anak ku. Johny dan Jaehyun, Bajingan!!"
"Kalian bisa hidup bahagia sementara aku harus kehilangan keluarga ku"
Haechan tidak mampu menjawab lagi, ia hanya mencoba mempertahankan kesadarannya. Mencerna apa yang di katakan lelaki di depannya.
"Di saat aku berjuang untuk memenangkan tender, ayah mu dan Jaehyun menipuku. Mereka berjanji akan membantu istriku, nyatanya istri ku berjuang sendiri untuk melahirkan anak kami. Bukankah mereka pengkhianat yang sesungguhnya?" ucapnya dengan suara terdengar begitu menyedihkan, namun matanya memancarkan amarah dengan sangat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BOOK II ] Perfect? Imperfect || Markhyuck || [Completed]
Hayran KurguBOOK 2 DARI MY BODYGUARD AND I Tidak ada manusia yang sempurna, hakikatnya saling menyempurnakan satu sama lain. "Bagaimana jika aku tidak sempurna seperti yang kau lihat selama ini?" - Haechan "Aku mencintaimu apa adanya. Jika kau merasa tidak semp...