WAR II

201 39 2
                                    

"Uhukk uhukk uhukk."

Ten terus terbatuk begitupun dengan Taeil, Sungchan, Hendery dan Chenle. Mereka berempat segera keluar dari kamar Taeil.

"Hyung, masih lemas?." tanya Sungchan pada Taeil.

"Sudah mendingan, tapi kentut siyapa inyi bau seykali." gerutu Taeil sambil menutup hidungnya.

"Entah milik siapa yang pasti bunyi peringatan dan kabut ini, benar-benar sang mimpi buruk pelakunya." Jelas Chenle.

"Tapi kekuatan kabut itu milik Yangyang." sahut Hendery.

Ten nampak berfikir hingga sebuah akar pohon menjalar datang melilit jemarinya.

"Kalian, ikuti akar ini. Berjalanlah sampai ke tempat perlidungan. Aku akan mencari siswa yang lain. Mereka pasti kesulitan mencari jalan." jelas Ten.

"Baik Hyung." jawab Hendery, hingga Ten menghilang dibalik kabut.

"JISUNG!." teriak Chenle cukup keras, membuat siapa saja yang mendengarnya  menutup telinga.

"Jangan berteriak. Kita tidak tahu yang terjadi pada yang lain. Tetap waspada, sampai kita sampai ke tempat perlindungan." sahut Taeil.

"Tapi Hyung, aku mengkhawatirkan yang lain." sahut Chenle.

"Aku tahu, tapi kita tidak boleh gegabah." bantah Taeil.

"Siapa disana?!." teriak Ten saat mendengar langkah kaki dibalik kabut, cahaya lampu hanya mampu menerangi beberapa meter saja.

"Aku, Johnny." sahutnya setelah berpapasan langsung dengan Ten. Dibelakangnya Renjun dan Leya yang tengah bergandengan tangan.

"Ternyata kau Hyung. Ahh iyaa, ikuti akar ini. Nanti kalian akan sampai ke tempat perlindungan." jelas Ten.

"Baiklah, lalu kau?." tanya Johnny.

"Aku harus mencari siswa lain. Taeil Hyung, Hendery, Sungchan dan Chenle menuju kesana. Andai ada Jungwoo mungkin kabut ini bisa hilang." jelas Ten.

"Mungkin aku bisa Hyung." sahut Renjun.

"Tapi badai pasir mungkin saja bisa mencelakai orang lain, injun." sahut Leya.

"Lalu bagaimana? Menunggu Jungwoo Hyung kembali, masih besok pagi." bantah Renjun.

"Tenanglah kalian, saat ini yang terpenting kita aman dulu. Jangan sampai kejadian kemarin terulang lagi." seru Johnny.

"Betul Hyung, kalian hati-hati." sahut Ten. Mereka bertiga segera mengikuti akar yang telah diberikan Ten. Ten kembali masuk ke dalam kabut, semakin lama bau membuatnya semakin sesak nafas.

Namun ia tetap berusaha menemukan yang lain. Ia mendengar keributan di salah satu dalam ruangan. Ia ingin memastikan itu, hingga seseorang kembali datang dihadapannya.

"Lucas?."

"Hyung sendiri?."

"Iyaa. Oh shit... Kau termasuk pemburu kekuatan?."

💪




Kepulan kabut merambat melalui celah jendela maupun pintu.

Ruangan kepala sekolah yang rapi, kini berubah layaknya kapal pecah. Semenjak Winwin datang Yuta terdiam bersandar pada dinding, sambil memegangi perutnya akibat tusukan patahan kaki kursi, tentu saja ulah Jaehyun.

Jaehyun dengan sorot mata yang sangat berbeda dari biasanya masih terpaku tajam menatap Winwin yang berdiri di depannya.

Seulas senyum menyunging muncul dari bibir pria berdimple itu.

Stronger [NCT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang