Datang

1K 166 7
                                    

Seminggu kemudian, Ara sudah terbiasa dengan peraturan disini. Ia hanya mengikuti kelas biasa, tidak seperti yang lainnya ada kelas tambahan untuk mengasah kekuatan yang mereka miliki.

Ara kini tengah menunggu Hana yang masih ada kelas meditasi. Ara mengintip dari balik jendela, bagaimana sehun songsaenim memberikan arahan untuk duduk bersila sambil memejamkan matanya, dan berkonsentrasi penuh. Murid-murid di dalam sana adalah para pemuda terbaik dan Hana.

"Pastikan, kalian berkonsentrasi. Hal ini dapat meningkatkan energi kalian." jelas Sehun.

Para murid, memulai apa yang diperintahkan sehun. Sedari tadi pandangan Ara tidak lepas dari Taeyong, karena rambut pendek barunya yang sangat pantas untuknya.

"Ahh tidak-tidak." tepis Ara, tapi karena dalam meditasinya hanya Taeyong yang tampak begitu gelisah, keringat dingin juga keluar dari dahi laki-laki itu.

Taeyong terus mencoba berkonsentrasi tapi bayangan kematian Aranya terus melintas di otaknya, suara rintihan dan kesakitan saat terakhir Ara terus mengema di telingganya.

Taeyong masih merasa bersalah akan kematian kekasihnya itu, ia tidak mampu melindungi gadis itu.

"Ara." gumamnya ia membuka matanya, nafasnya memburu.

Sehun yang melihatnya segera menghampiri Taeyong.

"Itu lagi?." tanya sehun.

"Nde, Songsaenim." jawab Taeyong.

"Sepertinya kau harus, mendapat kelas tambahan untuk ini." imbuh Sehun.

Taeyong berdiri dan membungkuk hormat pada sehun, "Maaf songsaenim, saya undur diri lebih dulu. Saya perlu istirahat." pamit Taeyong.

"Baik, istirahatlah." jawab Sehun.

Ara yang melihat Taeyong keluar dari kelas, segera berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya agar tidak ketahuan.

Taeyong yang melihatnya hanya tersenyum dan melengos pergi. Ara masih penasaran dengan Taeyong mengapa tadi, Taeyong mengumamkan namanya ketika membuka mata.

Gadis itu membuntuti Taeyong hingga sampai di depan kamar Taeyong.

Ara seperti mendengar isak tangis dari dalam kamar taeyong, ia terus menempelkan telinganya pada pintu. 

"Aaaakkhh,, kaget!." teriak Ara saat pintu itu tiba-tiba terbuka, membuat Ara hampir tersungkur jika tidak tertahan dengan perut Taeyong.

"Kenapa kau kemari?." tanya Taeyong, Ara mendongak sambil meringis menatap mata Taeyong yang sedikit sembab, membuatnya menahan tawa.

"Ingin." jawab Ara hendak melengos pergi namun ditahan oleh Taeyong.

Laki-laki itu mengunci Ara diantara ke dua lengannya.

"Minggir." ucap Ara tapi Taeyong sama sekali tidak bergeming.

"Aku menyukaimu?." ucap Taeyong.

"Ha?." tanya Ara.

"Aku menyukaimu." ucap Taeyong lagi.

"Aku tidak." jawab Ara.

"Kenapa?." tanya Taeyong.

"Kau menyebalkan, selain itu aku menyukai seseorang." jawab Ara.

"Siapa?." tanya Taeyong.

"Itu bukan urusanmu." Jawab Ara.

Taeyong mencoba menatap gadis itu yang terus menunduk, tidak mau menatap matanya, bisa saja Ara berbohong.

"Wahhhh,, Taeyong hyung. Akhirnya aku melihat secara live." seru Haechan, entah sudah berapa lama makhuk astral itu berdiri di samping mereka.

Stronger [NCT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang