IV

197 40 2
                                    

Menahan mata untuk tetap terbuka melawan rasa kantuk akibat mabuk berat, memaksa Doyoung untuk bangkit dari kursinya tidak mungkin ia harus bermalam di rooftop.

Pertengkaran siapa yang akan menggendong Heegii berakhir tetap di tempat dan melanjutkan untuk minum.

Doyoung tidak habis pikir kenapa Taeyong mempercayakan kekuatan sebesar itu untuk adiknya. Ia menatap sekeliling begitu sepi ia melirik jam tangannya betapa terkejutnya jarum jam itu berhenti.

"Akhh kenapa mati?." gumamnya dan beralih pada ponselnya, tetap hidup namun sinyal dan jamnya masih sama terakhir kali ia melihatnya, hingga berubah seperti tv rusak dan mati.

"Yahh... Yahhhh.... Kenapa aneh? Apa aku bermimpi. Bulannya berwarna merah?." gumam Doyoung, melirik Jungwoo yang tertidur berpangku satu tangan di atas meja dan satu tangannya lagi merangkul bahu Heegii yang tengah tertidur juga.

"Aasshhh jangan sentuh adikku!."

Plakkk.

Tamparan keras dipipi Jungwoo mendarat begitu mulus bersamaan teriakan Jungwoo yang terbangun dari tidurnya.

"HYUNG!." seru Jungwoo sambil mengelus pipi kanannya yang memerah.

"Panas... berarti aku tidak bermimpi." gumam Doyoung tanpa peduli ocehan Jungwoo.

"Doyoung Hyung kenapa kau menamparku? Punya salah apa aku padamu? Sakit sekali, biasa-bisa gigiku rontok karena ulahmu."

"Brisik, apa kau tidak merasakan sesuatu yang aneh?." tanya Doyoung.

"Hyung yang aneh." gerutu Jungwoo.

Doyoung memilih menampik apa yang ia lihat, rasa lelahnya lebih mendominasi.

"Huh... Ya sudah ayo kita masuk, bisa sakit jika bermalam disini. Aku yang akan gendong Heegii." ucap Doyoung, beralih pada air mineral di sampingnya meneguk botol itu hingga tenggorokannya lega.

Doyoung sedikit terhuyung saat menggendong Heegii, "Aku saja Hyung." seru Jungwoo, namun Doyoung tetap bersikeras menggendong adiknya, berakhir pada sofa panjang di ruang tengah. Doyoung tak kuasa menahan kantuk setelah menidurkan Heegii pada sofa dan ikut tertidur di karpet.

"Menyusahkan." gerutu Jungwoo, masuk kedalam kamarnya untuk mengambil bantal dan selimut.

Tanpa mereka sadari, burung merpati putih berusaha masuk ke dalam rumah.

Terus mengetuk kaca dan mencari celah untuk masuk membawa pesan dari Winwin.

💪

"Kabut yang cukup kuat ternyata. Mampu bertahan selama ini." gumam Ara masih setia ditempatnya berdiri di depan tubuh Haechan dan Minji.

Jaehyun sudah bersiap dengan pengawalnya hendak mencari korban lagi. Ia melirik Ara yang tak kunjung bergerak dari tempatnya.

"Yakk Ara, sampai kapan kau akan di sana? Apa kau lupa dengan tugasmu?." tanya Jaehyun.

"Tidak."

"Lalu? Kau akan berdiam diri saja?." tanya Jaehyun.

"Yaa, aku yakin mereka pasti akan kemari sendiri. Apa lagi tiga anak ini sudah di bawah kuasaku." jawab Ara terus melihat cat kuku merahnya yang begitu mengkilap, setiap kekuatan pengendalinya muncul entah mengapa kukunya menjadi seperti ini. Begitu juga kecantikannya semakin terpancar, urat hitam yang ada ditubuhnya juga menghilang.

"Baiklah aku akan menangkap mereka dengan caraku sendiri. Dan ingat jika aku yang paling banyak mengumpulkan kekuatan dibandingkan dirimu... Maka kau akan menjadi wanitaku.. Ahh tidak, tapi budakku lebih pantas untuk makhluk yang pernah berkhianat sepertimu." ucap Jaehyun sambil melangkah mendekati Ara.

"Sungguh?." tanya Ara dengan tatapan seksinya.

Jaehyun tertawa pelan, "Sudah lama, aku menunggu sisi menggoda dari dirimu. Kau selalu menjadi cupu ketika bersama Taeyong."

"Berhenti mengodaku, beri aku pembuktianmu."

"Dengan senang hati. Wanita memang susah ditebak." jawab Jaehyun hendak melangkah pergi, namun ia berhenti. Benar kata Ara mereka yang akan kemari.

Jaehyun tersenyum samar, merentangkan kedua tangannya, "Selamat datang Taeil Hyung, Johnny Hyung, Kun Hyung dan kau The 7th sense."

"Cihh... aku tidak butuh ucapan selamat darimu." sahut Johnny.

"Kenapa Hyung? Bisa jadi ini salam terakhir kita."

"Tutup mulutmu!." seru Johnny berlari menghampiri Jaehyun namun langkahnya dihadang oleh makhluk hitam, tak tanggung-tanggung jumlah mereka 1:1000, Taeil, Kun juga tak tinggal diam. Mulai ikut membantai mereka dengan kekuatan yang mereka punya. Tidak ada bekas darah dari makhluk yang tumbang itu namun sebaliknya hantaman kekuatan dari mereka sangatlah kuat.

"Tidak adil." geram Johnny.

Posisi para makhluk di sisi kanan kiri dan tengah semakin berkurang, sebentar lagi mencapai Jaehyun dan Ara.

"Apa kau akan tetap diam?." tanya Jaehyun.

"TIDAK!." seru Ara bersamaan menangkis Winwin yang menyerangnya dari arah belakang.

Sang mimpi buruk hanya diam, menyaksikan mereka yang bertarung tanpa henti.

Belum saatnya untuk dirinya bergerak, ia juga ingin melihat pertunjukan yang hampir beratus-ratus tahun lalu terjadi kembali. Ia melihat kecekatan The 7th sense masih sama seperti dulu, saat perang pertama Jaehyun adalah sang pengendali yang membantu Winwin.

Tapi kini sang pengendali ada di tangannya, gadis cantik yang penuh dengan tipu muslihat mampu ia kendalikan.

Walaupun ia pernah salah sangka jika Jaehyun adalah sang pengendali berikutnya. Ia tidak pernah menyesal menyuruh pemburu kakuatan membesarkan anak itu. 

TBC💚

Stronger [NCT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang