VIII

158 28 4
                                    

"Akkk- hemmm."

Heegii yang masih terpejam, mendadak terbangun karena haus. Ia melangkah menuju kulkas, meminum susu dari kotaknya.

"Akhhh." begitu menyegarkan setelah mabuk semalaman.

"Tunggu semalaman? Kenapa masih malam?." ucapnya setelah mengusap sisa susu di bibirnya.

"Aneh sekali. Cahaya merah ini." gumamnya saat melihat suasana malam mirip saat ia menemukan Ara yang tengah terkapar di dalam hutan. Ia buru-buru berlari menuju pintu balkon, ia terpaku melihat bulan berwarna merah menyala tepat di tenggah langit.

"Oppa? Uwuu?." tanyanya saat menyadari mereka sudah tidak ada di rumah. Hingga bunyi kepakan sayap burung merpati di dekat jendela mampu menyita perhatiannya.

Terdapat gulungan kertas kecil di kaki burung merpati itu, dengan perlahan ia melepas tali yang mengikat surat itu pada kaki mungil. Ia sedikit termundur karena sedikit takut, membuka gulungan kecil itu dan membacanya.

"Kembali ke sekolah, kami butuh bantuanmu. Sang mimpi buruk telah bangkit. The 7th sense.... Apa!." seru Heegii membulatkan matanya, dengan langkah terburu ia kembali ke dalam rumah memakai jaket dan ransel besar miliknya.

Dengan langkah berlari sambil mengucir rambut pendeknya menuju ke Season School, ia mengikuti arah burung merpati yang terbang.

Sesekali ia melihat keadaan kota yang begitu sepi, banyak orang yang tergeletak begitu saja dimana-mana.

"Aneh? Kenapa mereka tidur di jalan?." gumamnya kembali fokus pada langkahnya.

.

.

Heegii menenggak botol air yang dibawanya, mengintip dari balik benteng. Bulu kuduk berdiri, panas dingin ketika melihat apa yang telah terjadi.

"Menakutkan... tapi mereka butuh bantuan, tapi aku takut. Tapi bagaimana? Akhh kebanyakan tapi. Apa aku harus lapor 199, polisi, FBI... akhhh mana mungkin." gerutunya berbalik badan, betapa terkejutnya saat ini sejumlah pasukan makhluk  menghadangnya.

Heegii hanya mampu membulatkan matanya, terus terpojok pada dinding benteng yang dingin. Langkahnya sudah terkepung oleh mereka semua.

"Andweeee!!!." teriak Heegii sambil menutup matanya, ketika mereka hendak menyergap tubuh gadis itu.

"Hah?." gumamnya sambil membuka matanya perlahan, melihat para makhluk itu kelimpungan di atas tanah dengan tubuh terbakar bercampur dengan sengatan listrik.

Ketika pasukan lain datang Heegii kembali mengayunkan tangannya, nasib mereka sama seperti makhluk hitam tadi.

"Wahhh? Apa aku punya kekuatan sekarang?." gumamnya buru-buru berlari mencari tempat yang aman kembali mengintip keadaan sekolah.

"Ara eonni? Akhh aku menyesal telah menyelamatkannya." geram Heegii hendak maju menolong murid season school. Namun ia ragu, kekuatannya saja masih amatiran. Sedangkan mereka yang sudah bertahun-tahun sekolah disini, sudah ada digengaman Sang Mimpi buruk. Apa lagi dirinya.

"Doyoung Oppa tidak ada disana, berarti masih ada kemungkinan Doyoung Oppa dan Jungwoo masih kabur. Aku harus mencari mereka dulu." gumamnya bergegas pergi dengan mengendap-endap.

.

.

Suara gagak yang terdengar setiap malam, sampai masuk ke dalam mimpi. Selalu diam seolah tidak mengerti apapun, mencoba berusaha sendiri ternyata tidak seperti yang diinginkan.

Taeyong merasa dirinya begitu bodoh. Ia tahu jika alasan Ara tidak ingin kembali ke Season School walaupun tengah sekarat karena Jaehyun.

Ciuman saat di padang rumput itu, membuka semua masa lalu yang tengah dialami Ara. Taeyong merasa begitu lemah, hanya air mata yang mampu keluar. Semenjak itu Taeyong berjanji untuk melepas semua ketakutan Ara.

Stronger [NCT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang