Rumit

475 80 15
                                    

Taeyong masuk ke dalam kelas seperti tidak ada sesuatu yang dia sembunyikan. Duduk di belakang paling pojok, tanpa peduli teman-temannya yang riuh, entah membicarakan apa. Diam adalah pilihan untuk lebih peka dengan sekitarnya.

Ia sungguh ingin tahu, dari mereka sang pemuda terbaik. Siapa yang sudah mencekik dan mengetahui datangnya Ara.

Ia menoleh saat Jaehyun dan Hana masuk ke dalam kelas. Sekilas Hana menatapnya dan duduk di tempat biasanya.

"Jae, menurutmu jika ada penghianat lagi seperti dulu. Apa yang akan kau lakukan?." tanya Hana sambil menoleh ke arah Taeyong.

"Penghianat?."

"Iyaa." jawab Hana.

"Apa kau mencurigai anak baru?." tanya Jaehyun.

"Tidak. Tapi aku yang sekarang tidak akan mudah mempercayai orang lain. Terlebih orang baru, bahkan orang yang sudah lama kenalpun. Sekarang aku tidak bisa mengenalinya lagi." ucap Hana.

Taeyong yang mendengarnya, terus terdiam hingga Winwin datang duduk di sampingnya.

"Taeyong, apa kau bisa menaikan suhu disini. Rasanya dingin sekali?." tanya Winwin.

"Heh Winwin... Kau mau kelas ini dibakar olehnya?." tanya Johnny.

"Pegang tanganku." ucap Taeyong, memberikan telapak tangannya yang kurus dan berurat itu.

"Untuk ap- Akhhh panas!." teriak Winwin, hampir saja tangannya matang ditangan Taeyong.

"Hahaha polos sekali." sahut Ten.

"Hana.. Apa maksudmu? Mana ada penghianat lagi di sekolah ini. Sekolah ini pasti sudah dijaga seribu kali lipat lebih aman dari kemarin." sahut Jaehyun.

"Tapi mungkin saja kau salah Jae." Bantah Hana.

"Apa kau melihat sesuatu?." tanya Doyoung yang ternyata terus mendengar percakapan mereka tepat dibelakang Hana.

"Bagaimana yaa... Aku juga tidak paham dengan yang ku lihat." jawab Hana.

"Kau sudah bicara dengan kepala sekolah? Siapa tahu, kepala sekolah mengerti." tanya Jaehyun.

"Entahlah." Sahut Hana.

"Kembali ke kursi kalian!." seru Kai songsaenim, membuat mereka segera duduk.

💪

.

.

Ara masih menatap kosong pantulannya di cermin pada lemari Taeyong. Separuh wajahnya masih sama, pengaruh kekuatan itu sama sekali tidak hilang dari tubuhnya.

Duduk sambil menunggu Taeyong kembali, "Seharusnya aku tidak meminta Heegii untuk mengawasi Taeyong. Aku hanya jadi beban hidupnya sekarang." gumam Ara.

Ia haus hendak meraih gelas diatas nakas. Dengan kekuatan yang ia punya, Ara terus berusaha mengeser tubuhnya meraih gelas itu dan satu tangannya ia gunakan untuk menahan tubuhnya.

Prang.

"Akhh." rintih Ara terjatuh dari ranjang dan gelas itu juga pecah.

"Aku sungguh tidak berguna. Aku tidak mau hidup seperti ini." Ucap Ara kembali menangis, ia menatap pecahan gelas didepannya.

Meraih benda tajam itu dan mulai menyayat pergelangan tangannya.

"Ini jalan terbaik untukku. Maafkan aku Taeyong." ucap Ara saat darah berwarna hitam itu mulai keluar.

Stronger [NCT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang