Yeah

296 43 15
                                    

"Apa aku harus mengambilmu sekarang juga?." gumam Ara mulai memejamkan matanya hingga tubuhnya keluar bayangan hitam berubah wujud menyerupai dirinya.

Ara tersenyum melihat bayangan cantiknya, dan kembali fokus pada kotak meumwonbong ia mengucap mantra yang seharusnya ia ucapkan dari dulu.

Membuka segel kotak kaca itu dan mengambil meumwonbong dan menyerahkannya pada bayangannya.

"Jaga dengan baik, sampai waktu itu tiba." ucap Ara pada bayangannya dan menghilang bersamaan saat pintu besi bawah tanah itu terus di dobrak.

.

.

"Ara cepat keluar, ada masalah!." seru Doyoung sambil mengentuk pintu kamar mandi hingga Ara buru-buru mematikan air kran, membuka pintu dan mengikuti langkah kaki Doyoung.

"Akhhh sakit sekali."

"Akhhh! Cepat Hyung." rintih Taro sambil memegangi dadanya yang begitu nyeri begitupun dengan Minji.

Taeyong terus berusaha melelehkan pintu besi saat tahu jika si kembar sakit karena segel meumwonbong telah dibuka.

"Tunggu sebentar." ucap Taeyong sedikit lagi mematahkan pegangan pintu besi.

"Taeyong!." seru Ara dari tangga bersama Doyoung. Sedangkan Jungwoo dan Heegii masih setia memegangi Minji dan Taro agar tidak tersungkur ke tanah.

Taeyong hanya menoleh sebentar, "Mundur." ucap Taeyong.

"Doyoung."

"Baiklah." jawab Doyoung, mereka berdua segera berancang-ancang menendang pintu besi itu hingga terbuka.

"Tidak ada siapapun." ucap Doyoung saat memasuki ruangan penuh buku dan barang antik.

Minji dan Taro segera melangkah terburu-buru melihat keadaan kotak kaca meumwonbong.

"Aneh, meumwonbong masih tersimpan. Kenapa dadaku sesak sekali?." tanya Minji sambil menatap Taro yang sama bingungnya dengan Minji.

"Mungkin kekuatan kalian bereaksi. Letakan tangan kalian diatas tanganku." seru Ara sambil tersenyum pada mereka.

Minji dan Taro menurut saat Heegii mengangguk, hingga sakit di dada mereka berangsur sembuh.

"Uhukk." Ara terbatuk setelah selesai mengobati mereka terus menunduk. Taeyong meraih bahu mungil itu,

"Kau baik-baik saja?." tanya Taeyong. Ara mengusap darah hitam yang keluar dari sudut bibirnya.

"Aku tak apa." ucap Ara mendongak sambil tersenyum pada Taeyong.

"Syukurlah." ucap Taeyong membalas senyuman manis itu.

"Apa sebaiknya kalian ikut kami saja ke sekolah?." tanya Doyoung.

"Tapi Hyung?." tanya Taro.

"Jika kalian hanya disini dan menunggu The 7 sence untuk menyerahkan benda itu, bukannya hal itu lebih membahayakan jiwa kalian seperti tadi. Kalau kalian ikut bersama kami mungkin masalah ini bisa kita bicarakan pada kepala sekolah. Aku tahu kalian tidak mudah percaya pada orang lain, tapi untuk masalah ini kepala sekolah bukanlah orang jahat." jelas Doyoung.

"Wahh Oppa tumben bijak sekali." seru Heegii, membuat Doyoung tersenyum remeh.

"Bagaimana Minji?." tanya Taro.

"Kami akan membantu." seru Taeyong.

Minji menatap mereka satu persatu, senyum serta anggukan mereka membuatnya yakin untuk bergabung.

Stronger [NCT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang