chapter 6

20 10 0
                                    

Berbeda suasana saat sarapan di rumah, hari ini Bulan sarapan ditemani oleh Ratuna. Setelah menyelesaikan sarapan, di kamar Ratuna, mereka membereskan buku dan bersiap-siap menuju sekolah.

Karena sudah semalaman menginap di rumah Ratuna, rencananya sehabis pulang sekolah, ia langsung menuju rumah, karena Bulan hanya membawa sedikit barang ketika menginap. Tak lupa juga bahwa hari ini akan ada rapat osis untuk membahas project yang diadakan oleh kepala sekolah.

Istirahat kali ini tidak ditemani oleh Ratuna, karena Ratuna sendiri sudah punya janji untuk latihan ekskulnya itu. Bulan memesan nasi uduk kesukaan Bulan, lalu menepati kursi kosong.

Setelah makan, ketika ingin mengembalikan piring, ia melihat Kaila sedang menaruh mangkuk kuah. Namun bukannya menaruh, alih-alih Kaila mendekati Bulan, dengan sengaja kuah itu ditumpahkan ke baju seragam Bulan.

"Ups, semangat caper ke Kak Radit ya gadis annoying." ketus Kaila.

Dengan perasaan malu, Bulan segera menuju ke toilet lalu membersihkan noda-noda kuah dan menutupinya dengan cardigan. Bulan memendamkan emosinya, dengan begitu, Bulan semakin yakin untuk bisa mendapatkan hatinya Kak Radit.

Keluar dari toilet, ia berbelok ke arah perpustakaan sekolah. Bulan mencari buku pantun-puisi sesuai intruksi guru Bahasa Indonesia, untuk ia pelajari di sana.

Karena rak buku itu tinggi, Bulan berusaha menggapainya. Baru saja mendapatkan buku tersebut, Bulan tertahan dengan sesosok laki-laki tinggi. Dia berhasil merebutkan buku tersebut dari genggaman Bulan. Mencoba berbalik badan, ternyata laki-laki yang dimaksud ialah Kak Radit.

"E-eh Kak Radit, ngapain Kak?" pertanyaan Bulan

"Y-ya baca buku, lu sendiri?" gugup Kak Radit

“Nugas, eh bangku itu kosong, duduk yu,” ajak Bulan.

Mereka mendapatkan bangku kosong. Tak lama Bulan sibuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia, sehingga ia lupa bahwa di sampinya terdapat Kak Radit yang sedang memperhatikan diam-diam.

"...Inti dari puisi tersebut ialah.." gumam Bulan sendiri

"Jawabannya A, jelas banget," sahut Kak Radit

"Hehe terimakasih," balasnya

"Justru gua deh yang terimakasih sama lu," ucap Kak Radit

"Buat?" Tanya Bulan

"Kemarin, gua belum sempet bilang, hehe," jawab Kak Radit, Bulan mengangguk.

Sehabis mengerjakan tugas, melewati koridor kelas, terlihat Kaila sedang membawa plastik hitam yang mencurigakan. Tapi akhirnya Bulan memilih untuk menghiraukan dibanding ia berurusan dengan Kaila.

Ruang osis, tempat dimana Bulan melaksanakan rapat bersama. Para anggota osis tengah melaksanakan suatu project yang diberi nama "school of frienship". Project tersebut nantinya akan berisikan penampilan dari berbagai eskul di sekolah. Acara ini mulai diselenggarakan 10 hari lagi.

Di sini, Bulan mendapatkan tugas yaitu sebagai team backstage, dibantu juga oleh Kak Radit sendiri. Team backstage ini juga gunanya untuk mengarahkan peserta perwakilan ekskul, agar mengetahui kapan mereka harus tampil, lalu mengurus bagian check sound, dan lain sebagainya.

Selesai rapat, Ratuna mengantarkan Bulan menuju Restoran Ramen, kesukaan Bintang untuk mengajaknya ngobrol secara 4 mata. Membahas orang tua mereka.

"Lo tau siapa dia?" Bintang membuka percakapan

"Jawab dulu, lo sebenernya tau kan kalo Papa selingkuh?" timbal Bulan

"Ya mana gua tau—" omongannya terputus

"Bintang Ranjani Diasta." Bulan memanggilnya dengan nada tegas.

Sesaat Bintang menghela nafas, lalu ia mencoba untuk menjelaskan kepada Bulan tentang apa yang terjadi sebenarnya. Terdiam beberapa saat, akhirnya Bulan buka suara. Ia tak percaya dengan keluarganya sendiri.

"Kenapa lo ga bilang? Gua tuh Kakak lo, apa bukan si—" omongannya terputus

"Mereka ga mau lo kecewa kak, gua juga ga tega ngomong gini," ucap Bintang

"Mama bilang, lo tuh anak kesayangan Papa, lo yang paling deket sama Papa. Mama tau lo pasti marah denger papa kesayangan lo selingkuh kak," tambah Bintang.

Bulan meneteskan air mata, peka terhadap kakaknya yang sedang menangis, Bintang mengambil selembar tissue lalu diberikan ke Bulan. Tak lama, Bulan sudah sedikit tenang. Perasaannya sangat kecewa sekali dengan Papa-nya.

"Kak, Mama minta lu pulang, anggap aja lu gatau di depan Mama," ujarnya

"Makasih ya Dek," sepatah kata dari Bulan

"Tenang Kak, maafin Bintang juga udah cuek sama kakak," ucap Bintang

"Mau cari tau ga siapa orangnya?" sambung Bulan

"Awalnya gua gamau tau, cuma karena udah begini ya.. harus cari itu siapa," jawab Bintang.

Sampai di rumah, Bulan masih terlalu kaku untuk berbicara dengan Mama-nya sendiri. Disaat dirinya sedang melamun, Kak Radit datang menelepon Bulan.

Kak Raditya
Is calling you

"Halo? Hai Kak, kenapa?" sapa Bulan

"Wkwk bener kan ini nomor Bulan? Btw kok tau ini gua?"

"Iyalahh secara suara Kakak kan emang khas banget," Bulan tertawa kecil

"Yeeee dasar emang khasnya gimana tuh? Kok udah kenal aja sih suaranya?"

"Bisa ga to the point aja?" Bulan terlihat kesal

"Ga kangen apa? Eh,"

"Kak... Sebenernya ada apa?" Bulan bertanya lagi

"Iya-iya, ini dari Kepala Organisasi, katanya besok mau adain rapat pagi-pagi sebelum dia pergi. Lo bisa ga?"

"Hah? Besok? Kan libur—" omongan Bulan terputus

"Gaada kata libur bagi osis ya. Udah besok dateng ajaa, oh ya! Jangan lupa buat bawa buku kecil soalnya ntar nyatet hehe"

"Hmm oke, btw ini Kakak ingetin yang lain juga kan? Maaf aja nihh takutnya kegee—" lagi-lagi omongan Bulan terputus

"Iya, cuma lo doang. Ga deng hahaha, udah tidur sana, good night cantik!"

sambungan telepon terputus

Mendengar bahwa besok pagi ia harus segera ke sekolah, meluncur Bulan ke meja belajar. Membereskan buku-buku serta menyiapkan peralatan untuk besok dibawa ke sekolah.

Saat mencuci wajah sebelum memakai masker, Bulan tersenyum-senyum sambil mengingat ucapan Kak Radit diakhir telepon itu, "good night cantik!", ingin rasanya Bulan terbang ke atas langit. Ia tak sabar ingin bertemu Kak Radit besok hari.

Haiii jangan lupa untuk selalu vote dan comment yaa terimakasih!!

KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang