chapter 28

3 1 0
                                    

"Bintang udah siap belom?" tanya seorang Kakak

"Iyaa tunggu sebentar," jawab Bintang.

Hari ini mereka sedang berencana mengunjungi taman dan cafe terbaru di kota. Tak hanya mereka berdua, ada Ratuna, Kak Aldo, serta Rayhan menemani mereka berdua bersantai ria. Setengah jam kemudian tibalah teman-temannya itu.

Jarak tempuh dari rumah menuju taman tidaklah begitu jauh, memakan waktu kisaran 30 menit. Mereka pergi dengan menggunakan kendaraan mobil milik Kak Aldo. Singkat cerita sampai mereka disana. Bulan dibuat kagum oleh suasana taman tersebut. Langsung saja ia beserta sahabatnya memesan, lalu menduduki bean bag di sekitar area taman.

Sengaja mereka datang sore hari,  baginya sore hari bisa menenangkan hati, dan mereka ingin melihat langit sunset yang sangat indah. Sebenarnya taman ini cocok untuk orang yang berpasangan, tetapi ia tidak memerdulikan hal itu, ia membutuhkan sekali tempat healing, sejak kemarin dirinya ditimpa banyak sekali ujian menyebabkan ia stres terus menerus.

Melonjorkan tubuh di atas bean bag, menghela nafas, dan melihat sisi baik apa yang ia dapatkan. Ia sadar, ketika ada saja orang ingin menjatuhkan dirinya, jika kita balas dengan rasa sabar dan ikhlas, pastinya tak lama ada hal baik bermunculan. Oleh karena itu alasan mengapa ia tak membalas perbuatan Kaila, ia ingin bermain secara halus bukan kekerasan.

Ia bangga dengan dirinya sendiri, sudah bisa bertahan kuat sampai saat ini. Meskipun memang menyakitkan, namun ia terima kesakitan itu dengan lapang dada. Ia tahu, jika ia membalas kembali maka bukannya masalah itu selesai, justru semakin memburuk. Ia tidak mau membuat keluarganya semakin sedih, sebab Mama serta adiknya saja sudah sedih sejak kehilangan sosok Ayah, sebagai Kakak, ia harus membahagiakan keluarganya, bukan?

"Kak.." panggil adiknya

"Hm? Kenapa?" jawabnya

Bintang meneguk minuman lalu berkata, "Sampai sekarang lu gatau siapa selingkuhannya?"

Mendengar ucapan adiknya secara tiba-tiba membuat ia tersedak, "Ehmm giman-" ucapannya dipotong oleh Rayhan

"Bintang, beliin Abang es krim gih, nih duitnya kalau kamu mau pesen aja," ujarnya, Bintang hanya menganggukan kepala saja selagi pergi menuju tempat order makanan.

"Thanks, kalo aja ga lu jegat mungkin ini mulut bakalan kelepas sih," kata Bulan

"Anytime Lan," jawabnya.

Langit-langit jingga sudah memasuki perkotaan, pandangan dari taman sangatlah indah. Dimulai dari banyak gedung-gedung tinggi, suara berisik dari kendaraan, mendengar burung sedang berkicauan serta hembusan angin sepoi-sepoi.

Ia masih belum puas melihat suasana taman ini, begitu senang saat berada di taman bersama sahabat-sahabatnya. Lega rasanya jika kita menenangkan diri, semua beban yang terpendam dalam hati perlahan-lahan mulai menghilang. Diam-diam Rayhan memperhatikan Bulan, ia ikut tersenyum melihat temannya mulai sedikit tenang dibandingkan kemarin.

Panjang sekali cerita-cerita bagaimana ia diperlakukan semena-mena oleh Kaila, sempat ada fikiran kalau saja ia tidak mendekati Kak Radit mungkin jalan ceritanya akan berbeda. Tahu kalau Kaila terlalu fanatik dengan Kak Radit sudah seharusnya ia menjauh, bukan nekat mendekatinya bahkan sempat hampir berpacaran. Tetapi, andaikata ia menjauh kemungkinan besar terjadi ialah Kak Radit masuk ke dalam "circle toxic".

Kejadian dimana ia dijatuhkan pun sesakit dan separah itu. Dimulai dengan membuat kerusuhan di sekolah, waktu ia diculik, berhantam-hantaman sampai tangannya tambah sakit, difitnah terus-terusan, masih banyak lagi kejadian ia ditindas abis-abisan olehnya.

Semua kejadian itu ia yakin akan ada saatnya pembalasan, ia juga percaya karma baik selalu datang kepada orang tersakiti. Berkat kejadian ini pun membuat dirinya semakin kuat, ia tidak takut karena dia tidak membuat kesalahan, ia jadikan pelajaran juga bahwa jangan pernah balas orang yang berbuat jahat padamu, justru berbaiklah kepadanya hingga kamu melihat sisi lemah dari orang tersebut. Orang tuanya juga berpesan untuk jangan terlalu gegabah membalas sesuatu, karena jika dilakukan dengan terburu-buru maka akan merugikan diri sendiri.

Terlalu lama merenung, tak sadar langit senja meninggalkannya diganti dengan langit malam. Sudah puas memandangi area taman, mereka memutuskan pergi pulang. Kak Aldo mengantar Ranjani bersaudara dan Rayhan sampai halte bus berada.

Saat memasuki gang perumahan, mereka berdua melihat bayangan atau siluet perempuan. Ia yakini itu adalah Kaila, ia tahu persis tinggi serta gelagatnya. Dengan perasaan yang campur aduk, perlahan ia memberanikan diri untuk mendekatinya. Kaila sadar akan kehadirannya seketika menoleh kearah Bulan. Bedanya, kali ini Kaila tidak ditemani lingkaran pertemanannya, ia pun menjadi sangat yakin bisa mengalahkan musuhnya dengan mudah.

Tanpa basa-basi Kaila bertanya dengan suara lantangnya, "Maksud lo apa kemaren nuduh-nuduh gua? Mau bales dendam jangan gini lah monyet,"

Kesal atas ucapan Kaila, ia menjawab, "Nuduh? Buktinya udah jelas kok dibilang nuduh? Bukannya lo sendiri yang nuduh bahkan fitnah gua? Coba deh lo ngaca jelas-jelas biar tau siapa yang monyet di sini. Jelas?"

"Cewe brengsek," ucapnya nyaring.

5 kali pukulan tepat mengenai perut Bulan, sang adik tidak terima Kakaknya dipukuli seketika maju lalu melawan musuh. Belum sempat pukulan itu melayang, Bulan dapat menahannya, alhasil Kaila kembali mengangkat tubuh dirinya dan dilempar begitu saja. Disitu ia menahan tangisannya, ia tak mau terlihat lemah di depan adiknya.

"Bin-tang l-lari, jan-ngan deket, per-gi sek-karang," ucapnya terbata-bata akibat rasa sakit ia rasakan

"Ayo Kak pergi, tinggalin dia," desak sang Adik seraya menarik tangan Kakaknya, Dilepas genggaman itu, ia berkata dalam nafasnya terengah-engah, "Ting-galin gua, gua ga-papa,".

Beberapa saat Adiknya melihat wajah Bulan dengan tangisan air mata. Tidak lama Bintang berlari menuju luar gang, berharap ada seseorang bisa dapat membantunya. Di sudut lain, Rayhan yang tak jauh dari sana, melihat dirinya sedang menangis kebingungan. Timbul rasa panik ia datang menghampiri. Setelah dia bercerita, sekejap ia berlari menyusul Bulan.

"Berapa kali gua bilang, jangan ganggu cewe gua. Masih belom takut lo ya sama ancaman gua kemarin?" seru Rayhan sembari merogoh handphone di sakunya, "Lo mending pergi, sebelum gua nelfon Paman gua," tambahnya.

Mendengus kesal, ia segera pergi meninggalkan mereka bertiga. Dalam keadaan tubuhnya yang sakit itu ia segera bangkit dari jatuhnya. Badannya gemetar, ia tidak bisa menyeimbangkan badan kecilnya, perlahan pandangannya sedikit buram hingga gelap, tak sadar dirinya jatuh pingsan. Mereka berdua terlihat panik, dan segera membawa Bulan masuk dalam rumah.

Di dalam rumah, ia diobati berbagai macam salep. Dirinya belum kunjung siuman, adiknya cemas melihat kondisi Kakaknya, masih menjadi sebuah pertanyaan, apa yang telah terjadi? Adakah rahasia antara sang Kakak dengan Rayhan? Cerita mana lagi belum ia sampaikan?

-

Holaa setelah sekian lama ga aktif ya, sekarang aku udah mulai publish nihh 1 part ehe. Menurut kalian gimana chapter kali ini? Nantikan chapter berikutnya yaa byee!















KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang