chapter 17

10 1 6
                                    

Beberapa minggu lagi menjelang ujian kenaikan kelas, biasanya anggota osis disibukkan dengan satu program acara. Seperti pada hari ini, setelah jam makan istirahat, Bulan izin kepada guru mata pelajaran, lalu segera pergi menuju ruang osis.

Bisa dibilang ini adalah rapat besar. Dilihat dari banyaknya anak osis bersedia mengikuti rapat hari ini. Kemudian, Kak Radit menjelaskan tentang persiapan program acara. Ia menambahkan bahwa kemungkinan ini adalah project terakhir bersama anggota angkatan Kak Radit. Setelahnya angkatan Bulan lah menghandle kegiatan nantinya. Bulan sedikit memahami apa dikatakan Kak Radit, namun melihat mimik mulutnya mengingat kejadian di villa waktu itu.

"Astaga Lan, lo mikir apaan?!" Gumamnya sendiri

"Ga—gua gaboleh inget," tambahnya

"....Tapi gabisa astaga," sambungnya sendiri.

Tak sadar ia melamun, Kak Radit memberikan kode agar bisa fokus kedalam materinya. Sayangnya kode tersebut tak tersampaikan padanya. Tetap saja ia terus-terusan melamun serta mengalihkan pandangannya ke sudut lapangan sekolah.

Selesai rapat, semua murid meninggalkan ruangan osis, menyisakan Bulan dan Kak Radit. Badannya mematung, suhu di sini pun mulai terasa dingin bagaikan di kutub utara. Ia takut Kak Radit marah karena tidak memperhatikan penjelasannya tadi.

"Ehm, Lan.. Apa yang bikin lu ga fokus?" satu pertanyaan dilontarkan Kak Radit

"M-maaf Kak, tadi kepikiran Drama Korea, maaf sekali lagi," jawabnya bohong

"Yaudah, masuk gih, udah telat," ujarnya

"Ah ya, nanti siang ada acara? Temen-temen pada mau main, gapapa kan?" tambahnya

"Ya... Boleh lah, nanti gua izin ke nyokap dulu ya," sambung Bulan.

Selamat dari kejamnya Kak Radit, segera Bulan berlari menuju kelas. Tak dipungkiri fikirannya membuat semua menjadi kacau. Ia menanyakan tentang project kali ini ke temannya, Ratuna.

Setelah mengetahuinya, project kali ini berbeda dari sebelumnya. Yaitu memperkenalkan budaya Indonesia. Dimana masing-masing kelas berlomba-lomba menghias kelas sesuai dengan pulau dari kepuluan Indonesia yang mereka pilih. Tak hanya menghias, para murid juga disuruhkan mengenakan pakaian adat, serta memperkenalkan adatnya ke kelas lain, dimulai dari mainan, makanan, minuman, dan masih banyak lagi.

Acaranya berlangsung seminggu hari lagi, sangat mendesak, karena 2 minggu setelahnya kelas 10 dan 11 melaksanakan ulangan kenaikan kelas. Segera kepala sekolah memberitahukan seluruh sekolah agar bisa cepat mempersiapkan segala bentuk dekor kelasnya. Hadiahnya begitu besar, membuat seluruh isi sekolah tampak kegirangan serta semangat mengikuti rangkaian lomba kali ini.

Kelasnya Bulan tampak antusias, mereka sudah merancang untuk apa saja yang perlu disiapkan. Meskipun Bulan adalah anggota osis, tentu saja ia tak mengetahui penilaian para juri, dirinya cuma mengikuti arahan ketua osis. Intinya tidak ada seorang pun tahu penilaiannya termasuk ketua osis sekalipun, cukup menampilkan hasilnya yang terbaik. Dirinya memastikan tak ada kecurangan pada lomba kali ini.

Diluar itu semua, tanpa sepengetahuan Bulan serta teman-teman sekelasnya, seseorang sedang menyadap semua informasi tentang lomba kali ini, siapa lagi kalau bukan Kaila. Ia mempunyai niat buruk terhadapnya, ia pastikan tak ada yang bisa mengacaukan rencananya. 

"Bulan! Nanti pulang sekolah ga ada acara kan?" tanya Ratuna

"Ada, Kak Radit sama temennya main, mau ikut?" balasnya

"PASTI ADA KAK ALDO KAN? OKE IKUT" teriak Ratuna

"Jangan bucin, tolol" kesalnya

"Ya namanya jadian, g-gimana sih ah" cakapnya.

Sesuai janji, satu persatu teman-temannya mulai berdatangan. Hari ini ketambahan satu lagi temannya datang ke rumah Bulan, Silvia. Menurut rumor sekolah, Silvia kini berdekatan atau menjalani hubungan dengan Kak Jeffry. Lingkaran pertemanan ini mulai akrab sejak di Bandung waktu itu, mereka dekat sekali, jarang ada angin kencang yang menerpa mereka.

"I-ini kenapa jadi kaya triple date ya mohon maaf," ujar Bulan

"Double date. Di sini cuma lu berdua belom jadian," balas Silvia

"Iya nih kapan si jadian anjir," gerutu Ratuna

"Salah nih gua cari topik, ganti yuk," tukas Bulan

"Ini kita kesini ngapain wahai Bapak Radit sekalian," canda Aldo

"Ya makan, kangen sama bidadari di rumah ini," godanya

"Gombal lu Kak, bosen tau," ucapnya sembari melemparkan satu kacang ke Kak Radit

"Main apa ya enaknya?" ucap Jeffry.

Tak lama mereka bermain sebuah game berjenis kartu, yaitu Uno. Siapapun yang kalah akan mendapatkan hukuman yaitu memakan sebuah chicken wings super pedas level 5. Merasa tertantang dengan hukumannya, mereka memulai permainannya.

Round 1 dimenangkan oleh Aldo. Sisanya akan menyantap ayam pedas itu. Rasa pedasnya mulai terasa beberapa menit kemudian. Bulan kepedasan langsung segera mengambil susu coklat di kulkas. Wajahnya bercucuran keringat. Suhunya mendadak panas seketika.

Bagaikan sebuah comeback, Bulan memenangkan di round 2. Bahagia sekali tidak menyantap ayam pedas itu. Ia menikmati kemenangan game  ini sembari tertawa melihat teman-temannya kepedasan.  

Mereka memainkan game tersebut sampai sore hari. Selepas mereka bermain, waktunya beristirahat bersama-sama seraya menonton serial netflix. Hal inilah membuat Bulan bete, ia diam-diam cemburu melihat teman-temannya bermesraan, namun ia menghiraukan, dan fokus menonton series-nya.

Langit-langit senja sudah pudar bergantian dengan gelapnya langit. Satu persatu tamunya pulang menuju rumah. Menyisakan Kak Radit dan Bulan. Sebelum pamit, ia sempat mencium kening Bulan, kemudian dibalasnya dengan ciuman pipi.

KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang