chapter 14

13 4 13
                                    

Pagi sekali Bulan terbangun dari kasur. Tidak lupa bahwa hari ini anggota osis segera berangkat menuju Bandung. Ia sudah mempersiapkan semua peralatan untuk dibawa tanpa tertinggal satu pun. Awalnya ia ingin memakai koper, hadiah dari sepupunya itu. Tapi cukup merepotkan karena kopernya sangat berat, jadi dia ganti dengan tas ransel miliknya.

Isiannya sangat sederhana. Dimulai peralatan wajib seperti baju, celana. Peralatan elektronik seperti handphone, charger, airpods. Snack atau minuman untuk di perjalanan, hingga skincare wajah tak ia lupakan.

Selesai membersihkan diri, ia menuju ruang makan. Menu sarapan hari ini sederhana yaitu beberapa potong sosis, dengan segelas susu rasa coklat. Mama Bulan juga membuatkan bekal agar tidak kelaparan saat di jalan nanti. 

Disekolah, sudah banyak bus ternama terparkir di lapangan. Sebelum berangkat, akan ada absen terlebih dahulu agar tidak ada yang tertinggal. Tepat jam 7 pagi, setelah bel masuk, barulah bus berangkat menuju Bandung.

Selama perjalanan, ia duduk bersampingan dengan Ratuna. Hubungannya sangat dekat sehingga Bulan menganggap Ratuna sebagai saudaranya sendiri, begitu sebaliknya. Bagaimana tidak, mereka sudah kenal lama.

"Nih nasgor sosis buatan nyokap, pasti suka deh lu," tawar Bulan

"Emang ya, ga anak, ga emak, sama-sama jago masak hahaha oiya gua ada teh pucuk nih kalo mau," balasnya

"Asik banget, makan apa nih?" kata Kak Radit yang tengah berdiri di samping kursi mereka berdua

"Nasgor Kak, btw tiati nanti jatoh," tanggap Bulan

"Nyamuk lagi, nyamuk lagi. Kak sini duduk," ajaknya, Kak Radit menuruti

Bulan-Ratuna duduk di kursi sebelah kanan dengan kapasitas kursi terdapat 3 disetiap barisan. Karena kebetulan, masih ada satu tempat kosong, Kak Radit pun ikut gabung bersama Bulan-Ratuna.

"Nih kalian mau permen gak?" ucapnya

"Makasih Kak," balas Bulan-Ratuna

Ntah darimana Tio—salah satu anggota osis menghampiri mereka bertiga. "Hush Ratu, ganggu orang pdkt aje,"

Ia tertawa miris mendengar ucapan Tio. "Hahahaha iya nih, dalah gua pindah ya,"

Dengan cepat, ia mencegat Ratuna. "eh curut gausah kemana mana si ah."

5 jam perjalanan dari kotanya menuju Bandung, Jawa Barat. Tidak terasa, sampailah mereka di Kota Bandung. Kini mereka lanjut berangkat menuju salah satu museum terkenal dikalangan Bandung, Museum Konferensi Asia Afrika namanya.

Museum itu berisikan tentang peristiwa latar belakang lahirnya Konferensi Asia Afrika, dampak KAA bagi dunia internasional, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, di museum, menyajikan film dokumenter pada tahun 1950-an. Dari sini, banyak sekali ilmu atau pelajaran yang bisa Bulan ambil.

Lanjut sore harinya, para anggota osis melanjutkan perjalanannya menuju villa. Tentu saja, berkat sponsor, serta dukungan kepala sekolah, bisa memfasilitasi agar perjalanannya dibuat senyaman mungkin.

Sebelum memasuki kamar, Kak Radit sebagai ketua osis, membagikan daftar nama beserta nomor kamar. Sebagai informasi, pihak sekolah menyewa 2 villa, dikarenakan sekitar 30 anggota osis mengikuti acara ini. Tidak dari pihak fasilitator saja, para osis kerap ikut menyumbang agar dana yang dikeluarkan tidak begitu banyak.

Bulan menepati kamar nomor 1 di villa 2, bersama dengan Ratuna, Silvia, Kak Anggun, Kak Putri. Setelah disebutkan namanya, ia segera melangkah mencari kamarnya berada. Setelah itu ia membereskan isi koper, dan membersihkan badannya.

"Hai, kenalin Kak Anggun, yang ini Kak Putri, salam kenal," perkenalan hangat dari osis angkatan Kak Radit

"Iya Kak, kita dari 3 serumpun. Ini Ratuna, itu Silvia, aku sendiri Bulan," balasnya lembut

"Kalian di handphone, udah langganan netflix? Kalo belum, pake punya gua aja kita nobar hahahaha," ajak Kak Putri

"Boleh Kak hahaha asik nih," balas Ratuna.

Sore hari, tak sedikit anggota osis berenang di sana. Hampir saja Bulan menjatuhkan dirinya ke air, ia mengingat bahwa tangannya masih sakit, ia tak menyadari sedari tadi ia memakai gips disalah satu tangannya itu.

Kak Radit melihat Bulan sedang duduk diantara teman-temannya itu merasa kasihan, seandainya ia tidak mengalami kecelakaan waktu itu, pasti ia akan menyusul teman-temannya itu berenang.

Malam hari, seluruh anggota berkumpul di villa 1 untuk mengadakan pesta bakar-bakar. Terbagi menjadi beberapa team, ada yang membakar, menyiapkan bumbu-bumbu masakan, menyiapkan alat saji, mengadakan konser dadakan.

"Yuk semua, selamat makan! Inget pesan gua, jangan ada yang rusuh ya," pesan Kak Radit

"Siap, ayo genks mau request lagu apa?" tanya salah satu anggota

"SAMBALADO DARI AYU TING-TING KAK," teriak Ratuna tanpa rasa malu

"Oke! Semua nyanyi ya! Tu wa ga pat," senar gitar pun dibunyikan.

Bulan melihat tingkah laku anggota osis kali ini membuat ia tersenyum lebar. Ia tidak bisa melupakan moment-moment seharian ini. Baru pertama kalinya ia sebahagia itu. Ia berjalan menuju area tempat minum berada, diambilnya minuman bersoda. Tentu diikuti oleh Kak Radit secara diam-diam.

"Hai," sapanya

"Hai juga Kak," balasnya

"Ga ikut kesana? Jangan meleng sendirian," cakap Kak Radit

"Ngga Kak, makasih," sanggahnya

"Keluar villa yuk, duduk disitu, mau ga?" pinta Kak Radit, disetujui Bulan.

Diluar, banyak sekali jajanan gerobak berjejer didepan villa. Untungnya ada kursi kayu kosong yang agak jauh dari penjual kaki lima tersebut. Bulan membeli cilok serta cilung, begitu juga dengan Kak Radit. Mereka asyik menyantap ditemani oleh bintang-bintang.

"Seneng deh makan gini berdua sama lu," ucap Kak Radit tiba-tiba

"Hmm iya Kak," sahutnya malu-malu

"Gua mau tanya, sejak kapan sih lu suka sama gua?" tanya Kak Radit

"...Ga lama sih, pas lagi test wawancara, mungkin," jawabnya ragu.

Hening, tak ada seorang pun melihat kedua anak dewasa ini. Tak sengaja ia menatap Kak Radit, sehingga terjadinya kontak mata diantara mereka berdua. Tangannya menyentuh rambut Bulan. Anehnya cuaca disini sedang dingin, namun mendadak menjadi panas seketika.

Wajahnya semakin dekat. Matanya terpejam menghayati setiap inci bibir perempuan di depannya itu. Tak hanya ia saja menikmati ciuman kali ini, Bulan—yang kaget melihat bibirnya tersentuh, ikut merasakannya. First kiss kini direbut oleh laki-laki disukainya.

"Udah jam 9, balik yuk? Takutnya pada cariin," tawarnya sembari melihat jam ditangannya

"I-iya Kak," Bulan masih grogi terhadap first kiss tadi.

Sebenarnya, kissing adalah hal lazim di sekolah, asal tidak ketahuan guru, dan tidak begitu berlebihan. Pernah sesekali, beberapa pasangan di sekolah ketahuan berciuman diujung kelas saat kelas sepi, tetapi dibiarkan begitu saja oleh murid yang melihatnya.

Di kamarnya, ia masih terbayang-bayang wajahnya tadi. Ia tersenyum seakan-akan malam ini dunia milik mereka berdua. Teman-teman sekamarnya terheran dengan sifatnya malam ini.

CHAPTER 14 IS UP! HEHEHEHEHE SIAPA YANG PANAS DISINIIII? Jangan lupa vote n comment yaaa!

KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang