chapter 18

7 1 2
                                    

Hari Sabtu cerah ini Bulan tiba di sekolah. Harusnya ia tidak melakukan kegiatan apa-apa selama hari libur ini, namun perintah dari ketua kelas membuat dirinya hadir. Sekarang ia dan lainnya sedang mendekorasi seisi kelas dengan tema pulau Jawa. Sekelas dibagi menjadi 6 bagian berisikan provinsi pulau Jawa. Kebetulan Bulan mendapatkan provinsi Jawa Barat, jadi ia mengenakan baju pakaian adat Jawa Barat.

Disela-sela sedang mendekor, Bulan serta Ratuna berinisiatif membelikan minuman agar tidak kelelahan, tak hanya itu mereka dibantu oleh Olivia, teman sekelasnya. Di tengah jalan, ia melihat Kaila sedang memasuki ruang juri. Ketahuan oleh mereka rencana jahat Kaila, segera Bulan mengambil foto sebagai bukti bahwa ia melakukan pencurangan.

Sayangnya ia dan Ratuna tidak bisa membantu sepenuhnya, rapat osis kini memanggilnya. Tetapi mereka yakin dengan seluruh teman-teman kelasnya bisa menghasilkan karya terbaiknya. Rapat kali ini membahas pengurus lomba yang dilaksanakan nanti.

"Lan, gua mau besok lu jadi mc, bisa kan?" tawarnya

"Boleh, bisa Kak," terima Bulan.

Pulang sekolah ia menyempatkan untuk menuju tempat sewaan baju. Ia menyewa baju kebaya, selama ini ia tidak mempunyai baju kebaya, kalaupun ada pastinya punya Mama-nya, ukurannya pun melebihi badan kecilnya. Ia juga menyewa make up artist agar bisa menampilkan penampilannya yang terbaik.

Karena jalan tersebut searah dengan sekolah adiknya, jadi ia sekaligus menjemput adiknya pulang. Sekali-kali ia mengajaknya makan di McDonald's. Disana mereka menikmati makanannya, juga berbincang sedikit mengenai permasalahan keluarga

"Kak, mau tanya," panggilnya

"Kenapa? Butuh bantuan?" sahutnya

"Papa.. Gimana Kak?" tanyanya

"Jangan mikirin itu, udah Kakak urus, tenang aja," jawabnya

"Tapi gimana mau lupain, kepikiran terus, apalagi anaknya Tante itu," sontak matanya membuka lebar

"Kak? Kenapa?" lanjutnya

"G-ga, udah lupain aja oke? Nih makan," ia mengalihkan pembicaraannya.

Sampai saat ini adiknya belum mengetahui kebenarannya, ia sengaja merahasiakan ini dari keluarganya karena tak mau tambah suasananya menjadi kalut. Apalagi Ibu Kaila sudah kerap akrab sekali dengan Mama-nya, mereka berdua saling kenal saat pertama kali Bulan serta Kaila memasuki masa SMA.

Di rumah, sedang tak ada kegiatan apapun, Bulan membantu Mama-nya mengurus tanaman di halaman belakang. Oh ya, sejak beberapa hari belakangan ini, Mama Bulan menyukai kegiatan tanam-menanam. Alasannya sederhana, karena halaman belakang sudah kosong, sayang jika tidak digunakan kembali, oleh karenanya ia mulai menanam satu persatu jenis tanaman, ada yang berbunga, berbuah, dan lainnya.

Sore harinya, seorang dokter datang untuk mengecek keadaan Bulan. Mama Bulan sudah membuat janji temu dokter sekitar 2 hari yang lalu. Setelah diperiksa, dokter tersebut mengatakan bahwa kini ia sudah sembuh. Lalu dokter juga melepaskan alat gips yang menempel di tangan Bulan. Dokter menambahkan alasan mengapa ia terlalu lambat untuk sembuh ialah karena cedera disebabkan oleh Kaila dan teman-temannya kemarin.

Menuju malam, Bulan menuju taman sembari mencari angin malam. Dikala lagi melamunnya, seorang lelaki tua menghampirinya. Lelaki itu memberikan sebuah kalung yang sempat direbut oleh Kaila. Rupanya sosok tersebut adalah Papanya, wajahnya terkejut melihat Papa disamping. Jika boleh jujur, Bulan tidak suka akan kehadiran Papanya, bukan untuk menyenangi dirinya namun membuat dirinya semakin sakit hati.

"P-papa ngapain kesini?" ujar Bulan dengan raut cueknya

"Kamu.. apakabar? Mama gimana?" balasnya

"Pa, bisa gak sih, gausah ngusik Mama lagi?" ucapnya

"Kenapa Papa jahat sama Mama? Mama baik," sambungnya

"Lan.. K-kamu ga paham keadaan Papa," jawab Papanya

"Papa ga ada waktu untuk ngejelasinnya Lan," tambahnya

"Dari dulu Papa selalu aja ngomongin ini, Papa sayang ga sih sama Mama? Apa Papa ga mikirin perasaan seorang anak ditinggal Papanya begitu aja?" emosi Bulan semakin naik

"Teman Papa itu menjamin Papa sukses Lan, kita ga perlu tinggal di tempat seperti itu lagi, lihat, Papa udah ada mobil baru lagi," sanggahnya

"Duit aja terus Papa pikirin, sepenting itukah harta bagi Papa? Dibandingkan mental anak-anak?" ungkap Bulan

"Bulan kecewa sama Papa, Bulan muak sama Papa," bentaknya.

Dibalik pohon, Kak Radit memperhatikan Bulan diam-diam. Tak ingin suasana tambah keruh, ditambah Bulan yang semakin sedih, seketika Kak Radit datang menghampirinya. Berdiri di sampingnya seraya menopang tubuh Bulan.

"Papa pergi. Jangan pernah datang ke kehidupan Bulan lagi," jeritnya

"BULAN BENCI PAPA, AAAAA," jeritannya kini bertambah keras

"Lan, tenang, udah ya jangan nangis," Kak Radit menenangkan Bulan.

Tak lama setelah itu, Papanya pergi meninggalkannya. Bulan berada di pelukan Kak Radit memegang erat kalung pemberian Papa Bulan. Sesak sekali kehilangan sosok cinta pertamanya itu. Ia benar-benar kecewa sekali atas perilaku Papanya, tak bisa dibayangkan ketika yang punya harta banyak dikalahkan dengan yang sayang sekaligus setia padanya. Malam ini dimana harusnya ia mendapatkan ketenangan, di hancurkan oleh sosok Papa Bulan. 

Merasa sudah baikan, diajak Kak Radit untuk makan di tempat makan kaki lima dekat taman tersebut. Ia memesan nasi goreng pedas kesukaannya, juga es teh manis sebagai pelengkap. Sambil menunggu, Kak Radit memasangkan wajah imutnya itu dihadapan Bulan, lalu dinyanyikan lagu ottoke song dengan lucu nan menggemaskan. Alhasil cara itu berhasil membuat dirinya tersenyum kembali.

"Gimana? Gua gemes kan?" tanyanya

"Engga ah, kurang itu hahaha," jawabnya

"Ohh yaudah, oke nih liat—" omongannya terputus

"Gak, Kak gausah aneh-aneh ih, malu," sambungnya.

Untungnya nasi goreng siap disantap sebelum Kak Radit bertingkah aneh kembali. Bersama-sama mereka menyantap dengan lahap. Perlahan-lahan ia sudah melupakan kejadian dengan Papanya malam ini. Ia merasa bahagia jika sudah dekat dengan Kak Radit. Berharap jika dirinya tidak pergi kuliah di luar negeri. 

Selesai makan, sebelum malam semakin larut, mereka memutuskan untuk pulang. Dirumah, sengaja ia tidak menceritakan apa-apa yang terjadi malam ini. Sekarang ia hanya perlu beristirahat di atas kasur empuk ini.

KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang