chapter 15

8 2 0
                                    

Seduh teh hangat saat pagi hari dapat menenangkan hatinya. Selain itu, teh hangat bisa menghangatkan tubuhnya itu, suhu di Bandung hari ini saat dingin. Ia menyeduh di ruang tamu sembari menunggu teman-temannya bangun. Tak lama, dari kamar sebelah muncul Kak Radit menghampiri dirinya.

"Sendiri aja, ngapain?" ucapnya

"Nonton televisi, kenapa?" jawabnya

"Wkwk gapapa, kangen," manjanya

"Kak.. Masih pagi lohh sana mandi," tangkasnya

"Ihh maunya dimandiin," godanya disusul cubitan maut dari Bulan.

Terlihat jelas wajah kusut dari temannya itu. Sehabis bergantian mandi, tak lupa ia membersihkan wajahnya menggunakan skin care miliknya. Selang beberapa menit kemudian, terdapat seseorang menuju villa 2 untuk mengantarkan makanan sarapan.

Agenda hari ini yaitu rencananya sehabis sarapan, akan kumpul menuju parkiran, lalu pergi ke tempat rekreasi terkenal di Bandung. Menurut Bulan, hari ini menjadi jauh lebih seru dibanding kemarin, apalagi osis angkatan Bulan sudah mulai akrab dengan angkatan Kak Radit.

Seperti biasa, sebelum berangkat perwakilan masing-masing bus mengabsen anggota-anggotanya. Hal ini bertujuan supaya tidak ada yang terlambat atau tertinggal sendiri di villa.

Tibalah mereka di Saung Angklung Udjo. Tempat rekreasi ini menawarkan bermacam-macam objek wisata budaya, serta performing art. Seperti namanya, para anggota osis lebih mengenal sejarah dan seni musik angklung. Tempat wisata ini sangat menarik, hingga Bulan terkagum-kagum melihatnya.

Rasanya belum lengkap, jika berpergian suatu tempat wisata tanpa membeli oleh-oleh. Kak Radit mengizinkan untuk berkeliling-keliling mencari oleh-oleh. Saking ramainya, Bulan menjadi pusing. Ia seperti kehilangan arah.

"Lan, ngapain bengong?" ucapnya

"K-kak gua pusing," balasnya dengan memegang bagian kepala yang sakit

"Mau ke bus? Yuk gua anter," tawarnya disetujui Bulan

"Nih minum ya obatnya," ujar Kak Radit di bus

"M-makasih ya Kak," sambungnya.

Setelah diminum, ia merasa pusingnya sudah hilang, namun tak mau balik lagi karena ramainya pengunjung mendatangi tempat wisata itu. Ia memilih untuk tidur atau memakan sedikit snacknya. Tapi pada akhirnya ia tertidur pulas.

Tidak tega meninggalkan Bulan sendiri, Kak Radit menempatkan dirinya di samping Bulan. Ia melepaskan jaket putihnya lalu dipasangkan ke Bulan sebagai selimut. Tak sadar, kini Bulan menyenderkan kepalanya itu menyentuh pundak Kak Radit.

Bus segera pergi meninggalkan Saung Angklung Udjo. Secara sadar, Bulan terbangun. Ia melihat kearah samping terdapat Ratuna sedang minum air mineral. Bulan yang terlihat haus memintanya.

"Rat, ini jaket punya lu?" ucapnya seraya menunjukan jaket putih

"Hah? Ngga, punya lu kali Lan kebawa, simpen aja nanti juga kalo punya orang, dicariin kan?" balasnya dengan tenang.

Sampailah mereka di destinasi terakhir mereka sebelum pulang kembali ke kotanya. Trans Studio Bandung, namanya. Salah satu mall iconic di Bandung ini ramai sekali dikunjungi pengunjung wisata.

Sebelum bermain wahana permainan, mereka mengantri untuk dipasangkan tiket. Setelah itu Kak Radit membebaskan anggotanya bermain apa saja. Namun tepat pukul 5 sore mereka sudah wajib berkumpul di area kasir tiket. Tak lama para anggota sudah berpencar dan bermain wahana sebebasnya.

Sejak awal, mata Bulan tertuju salah satu wahana. Menarik bagi Bulan untuk mencoba masuk ke wahana Trans Science Center. Seperti pada namanya, Bulan banyak belajar seputar science, seperti membuat kue menjadi mengembang, proses terjadinya angin tornado, dan masing banyak lainnya.

Lanjut bersama Ratuna, mereka kini mencari wahana ekstrem untuk dimainkan. Setelah di cari mereka menemukan wahana Giant Swing. Awalnya Bulan ragu karena kepalanya masih pusing, namun menurut rekomendasi dari temannya, menjadi tertarik dimainkan.

Keluar dari wahana Giant Swing, ditengah jalan mereka berpas-pasan bertemu Kak Radit. Kak Radit dan 2 kawannya itu mengajak 2 serangkai bermain di wahana terseram. Apalagi kalau bukan wahana Dunia Lain atau Rumah Hantu.

"Rat, bareng gua sini," ucap Aldo—anggota osis yang sempat naksir dengan Ratuna

"Iya gih biar gua sendiri, kalian berpasang-pasangan," sindir Jeffry terhadap 2 pasangan sejoli di sekolah

"Kak, serius ajak gua main... Ini?" ucap Bulan dengan ragu

"Kamu kenapa? Gapapa Lan, ada Kakak disini, cailah," balasnya disuguhi cubitan maut dari Bulan

"Kakk gila serem banget, mau kabur," ujar Bulan

"Pegang tangan gua, kita masuk bareng bareng," tukas Kak Radit.

Benar saja, baru masuk ke wahana Dunia Lain, mereka sudah teriak heboh. Perasaan Bulan sudah tidak enak, dalam hatinya ia melantunkan doa-doa. Hantu pertama sudah muncul mengagetkan semua orang. Bulan yang ketakutan itu memeluk badan Kak Radit. Teman-temannya tertawa melihat tingkah laku Bulan.

Tetap saja, karma itu benar adanya. Setelah mereka tertawa, mereka dikejutkan lagi dengan hantu-hantu Belanda. Bulan hampir menangis sejadi-jadinya, ia tahan air mata itu melihat cahaya terang didepan sana. Permainan wahana Dunia Lain pun selesai.

"Mau main wahana apa lagi nih?" tanya Jeffry

"Bawa baju ganti?" tanya Kak Radit tiba-tiba

"Ga bawa, kenapa?" jawab Bulan dan yang lainnya

Kak Radit tertawa kecil. "Main di wahana Jelajah kuy? Tuh ada di sana,".

Dengan percaya dirinya, mereka menaiki wahana tersebut. Awalnya ada tanjakan kecil yang mengagetkan mereka. Tak lama setelahnya tanjakan dengan ketinggian sekitar 13 meter menghampiri mereka. Reflek Bulan menutupkan matanya itu, dan berteriak sekencang-kencangnya.

Masih shock terhadap wahana Jelajah, mereka menyempatkan istirahat, membeli minuman dingin serta popcorn atas saran dari Bulan. Kini Bulan sadar, ketakutan darinya bisa hilang sekejap jika diiringi oleh teman-temannya. Ia senang bisa membuat moment-moment kecil untuk diingat kemudian hari.

"Hahaha liat, lucu banget," Ratuna menunjukkan foto Aldo sedang menutup wajahnya

"Lebih serem dia deh daripada hantunya," Jeffry tak kalah menunjuk foto Bulan saat di wahana Dunia Lain

"Terus aja nistain gua bangsat," emosinya

"Kamu lucu ay," Kak Radit bersikap imut di depannya

"Ga lucu Kak, dah ah," gerutunya

"Bang Radit, udah jam 5, anak-anak angkatan gua pada nyariin," jelas Ratuna

"Yaudah yuk, kita susul," balasnya

Malam hari, anak-anak anggota osis berkumpul di ruang tamu villa 2. Acara malam ini yaitu persembahan dari sponsor, makan malam bersama, dan tukar kado. Setelah itu masing-masing dari mereka duduk berbentuk lingkaran. Acara kado bermula dari setiap anggota osis mengambil nomor, lalu diambilnya kado tersebut berdasarkan nomornya.

Sesuai aba-aba, Bulan membukakan kadonya. Anehnya, ia tampak asing dengan kado itu. Mengingat kembali, rupanya itu adalah kado dari Kak Radit. Selama ini Kak Radit membohongi dirinya kalau barang tersebut bukanlah untuk sebuah kado.

"Bisa-bisanya ya dia, dasar," gumamnya.

Selesai sudah acara hari ini, Bulan balik menuju villa 1, membereskan kamarnya itu dikarenakan besok kemungkinan pagi hari ia sudah berangkat menuju kotanya. Suasana villa 1 terlihat ramai sekali perkara isi dari kado itu. Namun Bulan hiraukan dan kembali membereskan tas ranselnya.

Wuii anak Bandung mana suaranya! Fyi, kalo ada inform yang salah, tolong koreksinya ya! Jangan lupa untuk vote n comment! See ya

KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang