chapter 25

9 1 4
                                    

Panggung-panggung besar beserta dekorasi dari anak osis membuat acaranya menjadi lebih meriah dari sebelumnya. Semua anggota osis mewajibkan ikut menampilkan bakat mereka, Bulan tentu akan bernyanyi di sana. Tentu acara ini banyak sekali murid-murid tampak bersemangat dan tidak sabar untuk memulai acaranya.

Acara di mulai saat pembawa acara sudah memasuki area panggung. Selesai memperkenalkan dirinya, sang pembawa acara membacakan susunan acara hari ini. Dan sebelum dimulai, diharapkan dengan membaca doa agar acara ini bisa dilancarkan tanpa gangguan.

Penampilan yang pertama yakni sambutan oleh Kepala Sekolah lalu dilanjut dengan sambutan Wakil Kepala Sekolah. Selanjutnya adalah drama kolosal dengan tema "Menghadapi Globalisasi", dilanjut dengan penampilan tari saman diikuti oleh murid ekskul tari saman. Pada pertengahan acara, osis membuat usulan yaitu memotong tumpeng nasi kuning. 

Lalu lanjut ke penampilan berikutnya yaitu sebuah mini games. Game pertama adalah ular tangga, disiapkan sebuah karpet besar ular tangga, masing-masing jalan sesuai angka dadu diberikan, siapa cepat memasuki garis finish maka ia memenangkan game-nya. Game kedua ada estafet air,  yang mana jika sampai orang terakhir memegang air begitu banyak  maka ia dan kelompoknya memenangkan game tersebut. Dan game terakhir yaitu balap karung, cukup simple adalah dengan cara berlari secepat mungkin menggunakan karung goni.

Setelah rangkaian games, pembawa acara kini mempersilahkan para murid-murid beristirahat lalu disambung lagi dalam 30 menit lagi. Bulan sendiri pergi menyendiri menuju meja kosong, sembari menikmati alunan musik. Diam-diam ia berlatih menyanyi supaya ia tidak grogi bahkan gugup saat tampil di panggung nanti. 

Tak lama Kak Aldo menghampirinya, "Hai dek,"

"Hai Kak? By the way... Kok dateng sih? Bucin sama Ratuna ya lo Kak?" jawab sapanya dengan senyuman

menarikkan kursi seraya berkata, "Iya nih, mau nyamperin dia malah ke toilet hahaha,"

Dikarenakan hubungan Ratuna dengannya sangat dekat, ia menjadi lebih kenal juga dengan sosok Kak Aldo, ia menganggap Kak Aldo sebagai abang, begitu juga sebaliknya. Tak mau merusak hubungan dengan Ratuna, setelah ia bertemu Kak Aldo, selalu ia bercerita tentang bagaimana dan apa yang ia bicarakan, ia ceritakan semua agar tidak ada salah paham. Hal sama Ratuna lakukan saat ia masih dekat dengan Kak Radit.

Selain bucin dengan Ratuna, Kak Aldo mendapat kesempatan untuk menjadi speech diacara ulang tahun sekolah ini, ia menjadi perwakilan alumni angkatan sebelum Bulan. Kak Aldo ditemani oleh beberapa alumni lainnya kecuali Kak Raditya, ia berhalangan hadir tanpa tau sebabnya. Karena itu Bulan merasa khawatir pada dirinya.

"Kak Aldo, Kak Radit susah dihubungi ya? Hm.. Jadi kangen," ucapnya

Ia menghela kasar nafasnya, "Lan.. Gua tau ini berat buat lu, forget him please, gua takutnya semakin lu mikirin ini, lu makin stres lan, biarkan dia sama dirinya, gua yakin sometime dia bakal hubungin lu kok, okei?" nasihatnya kepada Bulan

Ekspresi wajahnya berubah, ia melekukkan bibirnya, dirinya lemas menghadapi kenyataan yang ada, Kak Aldo menyadarinya langsung memegang pundaknya, "Hey, jangan sedih, gua ga suka lu sedih, kalau mau curhat anytime lo bisa hubungin gua okei?".

Tak terasa waktu istirahat sudah habis, kini sang pembawa acara mulai memasuki kembali area panggung dan memanggil murid-murid agar bisa mengikuti lagi acara ini. Penampilan selanjutnya yaitu story telling serta stand up comedy. Berkat penampilan ini merubah perasaan Bulan, perlahan bibir tersebut bergerak, memperlihatkan senyuman.

Sudah selesai dengan penampilan tadi, lanjut ke penampilan menyanyi. Di sinilah nama Bulan disebutkan oleh pembawa acara. Ia merilekskan badannya itu, membuat badan senyaman mungkin. Ia tarik nafas panjang, menghembuskan, lalu dengan percaya dirinya ia memasuki area panggung. Ia membawakan lagu Hivi-pelangi.

Ku ingin cinta hadir untuk s'lamanya
Bukan hanyalah untuk sementara
Menyapa dan hilang
Terbit, tenggelam bagai pelangi

Yang indahnya hanya sesaat
'Tuk kulihat dia mewarnai hari

Tetaplah engkau di sini
Jangan datang lalu kau pergi
Jangan anggap hatiku
Jadi tempat persinggahanmu
Untuk cinta sesaat

Bait demi bait ia nyanyikan dengan teguh. Seluruh murid menjadi sendu akibat pembawaan Bulan hari ini, ia hanya bisa berharap dambaan hatinya dapat mendengarkan dan mengetahui ia bernyanyi untuk dirinya. Ia tersenyum lebar ketika memasuki bait terakhir, namun matanya tak bisa ia bohongi, tanpa sadar ia menangis di atas panggung.

Teman-temanya menghampiri setelah turun panggung. Mereka berpelukan, juga memberikan apresiasi atas penampilan tadi. Ia merasa lega karena sudah menampilkan yang terbaik, meskipun ada beberapa kekurangannya, ia tidak memperdulikan hal itu.

Acara siang ini diakhiri dengan ucapan ulang tahun dari alumni, murid, guru. Lalu dilanjut dengan pembacaan doa oleh perwakilan osis. Selesai acara, ia tidak pulang namun kembali menuju ruang osis untuk mempersiapkan acara nanti malam. Dia ditugaskan mendekor kembali, dan mengarahkan adik-adik kelas dalam menyusun proposal.

Jam menunjukkan pukul 6 petang. Murid-murid satu persatu berdatangan menggunakan pakaian terbaik mereka. Sinar senja itu sudah hilang, digantikan langit hitam ditemani oleh bintang-bintang. Tak lama acara akan segera dimulai, namun sebelum itu para guru sengaja tidak hadir pada acara malam, disebabkan Kepala Sekolah ingin ada acara yang membebaskan para murid melakukan sesuatu sesuka hati mereka.

Lampu-lampu berjejeran dinyalakan. Suasana malam hari ini sangatlah indah, ditambah furniture kayu dan pohon-pohon rindang disekelilingnya. Tentu saja acara ini banyak dihadiri oleh murid-murid, karena nuansanya cocok dikalangan anak muda. Selang beberapa menit kemudian, acara ini dimulai dengan pembukaan oleh pembawa acara.

Acara ini sangat singkat dibanding siang tadi, hanya ada 2 kegiatan saja. Yang pertama adalah menonton cuplikan bagaimana sekolah ini bertranformasi dari tahun ke tahun. Air mata yang tidak sengaja turun merupakan saksi bahwa mereka mengalami perubahan tersebut. Tak semudah itu bagi Bulan untuk mencapai dititik kelas 3 SMA.

Kegiatan terakhir adalah tukar kado. Masing-masing yang membawa kado mengambil nomor urut kado tersebut, lalu dibuka secara bersamaan. Bulan mendapatkan kado nomor urut 15, ia tidak tahu apa isi kado itu dan siapa pengirimnya. Sang pembawa acara memberikan aba-aba kepada mereka, lalu dibukalah isi kado tersebut. Ia mendapatkan kado sebuah buku notes bewarna biru beserta pulpen didalamnya.

Sampai pada puncak acara, para pembawa acara mempersilahkan murid-murid untuk menyantap makan malam. Tersedia banyak sekali pameran makanan berjejeran di sekolah. Diambilnya nasi goreng dan jus jeruk, lalu dibawakan ke meja kosong. Ia termenung sendiri, tak tahu memikirkan hal apa, hingga Rayhan tiba duduk disampingnya.

"Jangan bengong, ketempelan setan mau lu?" ucapnya

Ia pun terkejut akan kehadirannya, "Anjrit, sejak kapan lu disini Ray?"

Rayhan meresponnya dengan ketawa, "Dari tadi kalii, mikirin apa sih? Dia?" 

"Ngga, mikirin bagaimana cara ayam melahirkan," lantunnya dengan ekspresi bingung

"Hah? Gimana?" Rayhan menjadi ikut bingung akan perkataan Bulan

"Ih ayam mana bisa melahirkan, dia kan bertelur gimana sih," jawabnya dengan emosi disusul ketawa Rayhan

Acara pun selesai, semua murid balik menuju rumah masing-masing. Ia memesan taksi online, namun belum sempat memesan, Rayhan menghampirinya dan memberikan tumpangan mobil. Merasa tidak enak pada dirinya, ia pun terima tawaran itu. Selama perjalanan, ia menikmati pemandangan disekitarnya. Melihat gedung-gedung tinggi, lampu jalan yang menyala, ditemani dengan lagu Budi doremi-tolong. Ia sama sekali tidak tahu bahwa makna lagu ini adalah tentang seseorang meminta bantuan untuk menyatakan cinta.

-

HAI HAI HAI! Part 25 sudah publish nii bagaimana tanggapan kalian soal chapter 25 ini?? Tunggu next chap yaa siapa tau ship RayLan berkibar? Atau ia ketemu sama Kak Radit???



KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang