chapter 8

19 7 0
                                    

Matahari sedang memancarkan sinar pagi hari. Namun, masih saat ini Bulan tidak dapat keluar dari gedung gudang yang sepi. Ia terjebak di dalam bersama dengan body guard. Dia juga terlihat bingung untuk merealisasikan rencananya itu.

Terlihat body guard lainnya masih setengah sadar. Rayhan, orang yang semalam berbincang dengan Bulan, berfikir inilah kesempatannya sekarang untuk mengambil kunci. Ia perlahan menghampiri body guard di ujung pintu dan mengambil kunci yang ada di meja sebelah body guard itu.

Setelah kunci tersebut berada di tangan Bulan, dengan segera Bulan membuka borgol. Karena menghasilkan suara yang kencang ketika membuka, membuat para body guard sadar sepenuhnya dan menahan kembali Bulan.

Sebelum diborgol kembali, ingin membantu Bulan agar ia bebas dari gedung tersebut, Rayhan memukul keras body guard, alhasil terjadilah keributan. Untungnya, Rayhan menang melawan 4 body guard.

Tinggal tahap terakhir untuk bebas, sekarang mereka hanya membuka pintu gerbang. Namun, usaha mereka sia-sia. Tepat ketika selangkah keluar dari gedung, terlihat mobil Alphard kepunyaan Kaila, parkir di depan.

"Oh, mau kabur?" desak Kaila

"Kaila, stop Kaila," lirih Rayhan

"Loh, Ray, dibayar berapa lo buat bantuin si
cewe demek?" celetuk Kaila

"Cewe sialan." balas Bulan

"Bulan.. Bulan.. Harus berapa kali sih gue nyakitin lo, biar lo menjauh?" lontar Kaila dengan matanya sinis

"Sampai kapan ayah gua bakal pisah sama ibu lo?" timpal Bulan

"Brengsek. Inget ya Bulan, sekalipun ga akan gua biarkan lo deket sama Radit, paham?" cetus Kaila

"...karena sekarang, dia milik gua." tambahnya, sambil memperlihatkan sebuah video yang mana video tersebut berisikan kedekatan Kaila bersama Kak Radit di suatu kamar.

Kecewa terhadap perilaku Kak Radit, kini Bulan sudah mengetahui bahwa dirinya sedang dipermainkan oleh Kak Radit. Ia disakiti dengan 2 pria yang dia sayangi. Tidak lama setelah menyaksikan video itu, muncul lah Kak Radit dihadapan mereka bertiga. Tampak Kak Radit sangat khawatir dengan Bulan.

"B-bulan please dengerin gua, g-gua kalah taruhan Lan, makanya gua disuruh temen gua, please.." ungkap Kak Radit.

Terlanjur sakit hati, sembari menangis, ia menarik tangan Rayhan dan segera pergi dari gedung tersebut. Di jalan, Bulan masih berdiam diri, tak tau apa yang harus Bulan lakukan untuk sekarang.

"McDonald’s, Kfc, atau Burger King?" tawar Rayhan

"..gatau, terserah lo aja," sambung Bulan.

Sampailah mereka berdua di McDonald’s. Tanpa membuang waktu, Rayhan memesan makanan dan mencari tempat bangku yang kosong. Sambil menunggu pesanan, Rayhan mencoba berusaha untuk tidak membuat suasana canggung.

"Kota, kota apa yang isinya bapak-bapak?" ucap Rayhan

"..emangnya apa?" balasnya dengan lemas

"Purwo daddy" jawabnya dengan cepat

"Lo ngelawak?" tangkas Bulan, ia pun tertawa kecil melihat usaha Rayhan untuk menghibur Bulan

"Gitu dong, anyway, lo cantik kalo senyum gini, suer," Rayhan mengakui

"tsk gombal. Yuk makan," ajaknya

Selesai makan, saatnya untuk pulang kerumah. Untungnya, Rayhan mengenal area jalan perkampungan ini. Ternyata cukup jauh untuk sampai kerumah. Singkat cerita, Bulan sudah berada di halte bus, menandakan sudah dekat menuju rumah.

"Makasih ya Ray, gaada lo mungkin gaakan bisa sampai di sini gua," ucapnya

"Justru gua yang berterima kasih sama lo, udah bikin gua bebas dari cewe itu," sahut Rayhan

"Oiya, lo jadi bawa cewe itu ke polisi?" tambahnya

"Hm.. engga deh, gua udah mencoba ikhlas kok, gua serahkan ke Tuhan," ungkap Bulan

"Semangat! Yaudah, gua pamit duluan ya," pamit Rayhan

"Hati-hati ya! See you!" Balasnya.

Baru saja memasuki pintu rumah, orang-orang yang berada di rumah turut senang atas pulangnya Bulan setelah menghilang seharian. Masih mempunyai rasa simpati terhadap Kaila, ia pun merahasiakan atas semua kejadian yang menimpa selama ia menghilang.

Bulan menenangkan dirinya di kamar. Ia begitu ingin melupakan kejadian hari ini. Tak bisa menyangka seorang lelaki yang menjadi idaman para perempuan di sekolah itu, telah melakukan sesuatu tidak pantas untuk dilakukan oleh seorang murid sekolah. Tidak lah mudah bagi Bulan memaafkan seseorang seperti dia.

Yang membuat Bulan tersenyum kembali adalah baliknya Bibi Nai. Ternyata, semenjak ia menghilang, Bibi Nai pulang kembali ke rumah, setelah ia pergi ke kampung halamannya. Dengan tingkah laku dari Bibi Nai, membuat Bulan menjadi tersenyum.

Langit senja telah berubah warna menjadi gelap. Mama-nya Bulan memanggil Bulan untuk makan malam bersama. Tentu saja, masakan itu dibuat oleh Mama-nya bersama dengan Bibi Nai. Tak lama kemudian, ia pun keluar dari kamar, dan menuju tempat makan.

Lalu, tanpa disuruh, Bulan membantu Bibi Nai membersihkan meja makan, mencuci piring. Setelah semua itu dilakukan, ia kembali ke kamarnya.

Ratuna
is calling you

"Halo? Kenapa?" sapa Bulan

"Kangen HAHAHA,"

"Oke gua tutup ya—" omongannya terputus

"EEH JANGAN! Gaboleh kangen apa ya,"

"Ya.. abis, aneh banget njir," kesalnya

"Dasaaar, btw lo apa kabar? Sebenernya lo ilang kemana sih?"

"Panjang bahasannya, gua males di telepon gini," jawabnya dengan lemas

"Lan? Are you ok? Ga biasanya lo lemes gini,"

"...gapapa hehe," batin Bulan

"Suka begitu deh lo, cerita aja,"

"Benerann oiya, osis gimana itu?" Tanya Bulan

"Baru aja mau kasih tau wkwk, besok abis pulang sekolah jangan pulang dulu, kita rapat lagi, bisa kan?"

"Oh.. bisa kok, sampai ketemu besok ye curut," Bulan tertawa kecil

"Iya-iya siluman ular wkwk,"

sambungan telepon terputus

Mendengar bahwa besok berkumpul kembali, maka artinya dia akan bertemu dengan Kak Radit. Hal itu membuat Bulan berfikir bagaimana caranya dia berjarak jauh dari Kak Radit. Sementara ini ia tidak mau berhubungan lagi dengannya.

KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang