chapter 9

15 8 0
                                    

7 hari sudah berlalu, akhirnya acara sekolah yang ditunggu-tunggu akan segera dimulai. Banyak murid-murid berantusias untuk menyaksikan acara ini, begitu pula dengan anggota osis lainnya.

Bulan sejak dari tadi sudah berada di belakang panggung. Ia bertugas untuk memanggil para peserta untuk menampilkan bakatnya di panggung. Diketahui banyak sekali ekskul pilihan sekolah hadir untuk berpartisipasi dalam rangkaian acara ini.

Pembawa acara memasuki area panggung untuk memulai rangkaian acara. Sebelum mulai, ia memperkenalkan acara, sekaligus ikut meriahkan acara sekolah. Setelah itu, dia dan rekannya memanggilkan satu persatu ekskul yang nantinya ditampilkan ke panggung.

"Siap-siap ekskul pramuka," ucap Kak Radit dari kejauhan dengan menggunakan mic kecil khusus panita

"Ekskul pramuka ready." balas Bulan dengan nada jutek.

Bahkan tepat pada acara ini, Bulan masih saja membenci Kak Radit. Seperti pada janjinya, bahwa ia akan terus menerus untuk jaga jarak, tak peduli Kak Radit masih bersikap manis terhadapnya atau sudah melupakannya.

Selang beberapa jam, waktu istirahat sudah tiba. Banyak sekali macam-macam aneka jajanan sekolah. Masakan itupun dibuat oleh beberapa murid dari ekskul tata boga. Segera, ia mencari jajanan kesukannya.

Duduk sendirian sembari menikmati lagu-lagu indie. Ia menyicipi berbagai macam makanan, ada makaroni pedas, kentang goreng pedas, kue cubit, kue brownies kecil serta minuman es teh manis sebagai pelengkap citra rasa.

Sedang asyiknya makan, Kak Radit tiba di sampingnya. Belum menyampaikan sepatah kata, Kak Radit segera duduk di depan Bulan. Ingin rasanya berpindah tempat, namun tidak ada sedetik untuk berdiri, ia dihadang oleh Kak Radit supaya tidak kabur.

"Mau kemana? Temenin gua," ucapnya

"Paan sih Kak, gajelas," jawabnya

"Lo kenapa Lan?" ekspresi Kak Radit membuat Bulan merasa bersalah.

Langkah selanjutnya agar Bulan menghindar adalah berpura-pura ia sedang ditelepon seseorang. Sayangnya, Kak Radit sudah mengetahui kalau dia sedang berusaha untuk menjauh darinya.

"Bangsat," lirih Kak Radit dalam hati.

Waktu istirahat sudah selesai. Pembawa acara kini sudah memasuki panggung, begitu juga Bulan, ia sedari tadi sudah stand by di belakang panggung.

"Lan, siap-siap ekskul gitar. Sekalian alatnya dikeluarin," perintahnya

"Ready, alatnya udah stand by," jawabnya dengan nada jutek.

1 jam kemudian, selesailah rangkaian acara pada hari ini. Sekitar ada 15 ekskul tampil meriah dalam acara "school of friendship". Semua berjalan dengan baik tanpa halangan, bahkan Kepala Sekolah ikut bangga akan hasil kerja keras dari osis.

Sebelum pulang, Kepala Organisasi meminta semua anggota osis untuk berkumpul di area ruang osis. Di sana, mereka membahas acara ini, sekaligus mengevaluasi agar tidak mengulanginya lagi di acara selanjutnya.

"Saya cukup salut atas kerja sama kalian, sampai-sampai kita diapresiasikan oleh Kepala Sekolah," pembukaan dibuka oleh Kepala Organisasi

"Saya berterima kasih sekali lagi, dan minta maaf jikalau semenjak acara ini saya suka bentak kalian," tambahnya begitu jelas

"Evaluasinya yaitu kurang luas di area stage, sehingga tadi saya lihatnya cukup sempit kalau ada banyak orang. Sekiranya itu saja bisa saya sampaikan," tutupnya

"Kita sudahi pertemuan kali ini, pulang dengan selamat ya," akhir percakapan pada rapat hari ini.

Di depan gerbang sekolah, Bulan berencana menaiki ojek online, karena Ratuna sudah duluan meninggalkan, dan sialnya, kartu untuk menaiki bus sudah habis. Berpas-pasan ojek datang, Kak Radit tiba tepat di depannya.

"Daripada kelamaan nunggu, bareng aja gimana?" tawarnya

"Halo pak? Ohh iya saya menuju ke sana ya, tunggu sebentar," tolaknya sambil berjalan menghampiri supir ojek

"Ck mau minta maaf susah banget brengsek," lirihnya dalam hati.

Sore harinya, ia bersama adiknya menuju market. Sampainya di sana, mereka berdua cepat melangkah mengambil cemilan-cemilan, tak lupa juga dengan titipan belanja dari Mama-nya.

Saat menuju ke lorong sebelah, dirinya tertabrak oleh pria tinggi. Saat menoleh ke atas, didapati bahwa itu Kak Radit. Sudah ketiga kalinya ia bertemu secara tak sengaja. Lagi dan lagi Bulan berusaha menjauh.

"Lo sengaja ya jauh dari gua?" tanyanya

"Kak, mau lo apa sih? Gua gaada perasaan ke lo Kak, stop buat deketin gua." nadanya
bergetar, ia menahan air matanya

Adiknya, berusaha untuk meleraikan dan membawa Bulan untuk pergi, "Kak, jangan di sini, malu diliat orang,"

'Permisi ya Abang, kita duluan," ucap Adiknya begitu tulus.

Selesai dengan percek-cokan tadi, mereka berdua menuju ke kasir, membayarkan semua cemilan diambilnya itu. Mereka pun segera pulang ke rumah.

Hari yang cukup melelahkan bagi Bulan. Tak pernah menyangka Kak Radit masih saja nekat mendekati Bulan. Ia tidak paham kenapa Kak Radit bisa seperti itu, padahal dia sudah berusaha untuk melupakannya.

KETOS [ KETUA OSIS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang