20 [END]

298 21 36
                                    

Dino memperhatikan Bora yang tengah bersih-bersih apartemen dengan telaten. Dari pagi, gadis itu bangun lebih cepat dari biasanya untuk membersihkan debu di seluruh penjuru apartemen, lalu bekerja selama beberapa jam dan melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya. Mulai dari WC, Dapur, ruang tengah hingga kamarnya sendiri. Gadis itu bahkan tidak memperdulikan dirinya yang mengeluh karena dicuekkan daritadi.

Tapi memang Bora sudah mulai mencuekkannya sejak beberapa hari terakhir. Dino sadar dan ia tidak bisa melakukan apa-apa.

"Yaa!! Berdiri!" Seru Bora tiba-tiba.

Dino menaikkan kedua alis, menatap Bora tidak percaya. "Kau bicara padaku?"

"Memangnya kepada siapa lagi?" Keluh Bora sambil mengipas-ngipas tangannya, menyuruh Dino untuk berdiri. "Cepat berdiri!!"

"Kau tahu aku di situ daritadi?"

"Tahu. Sudah tidak bisa membantu, banyak nanya lagi. Memangnya kau kasat mata?" Cecar Bora membuat Dino tersenyum penuh. Pria itu menahan diri untuk tidak memeluk Bora dan mengikuti titahnya segera.

"Aku pikir kau melupakanku." Kata Dino sambil berdiri di samping Bora, memperhatikannya yang sedang menggerakkan penyedot debu di sekeliling tubuh sofa.

"Aku bilang aku tidak akan melupakanmu, kan? Sudah beberapa kali aku bilang." Rangut Bora menahan kesal.

"Takutnya."

Mendengar suara Dino melemah segera membuat Bora menghentikan kegiatannya. Ia mematikan penyedot debu, memandang Dino nyalang sambil berkacak pinggang. "Yaa! Kau bilang sendiri, kan? Kalau aku membutuhkanmu? Kau yang bilang kalau aku tidak bisa hidup tanpamu selama pandemi?"

"Betul." Jawab Dino sambil menyeringai.

"Ya sudah... kenapa harus mengkhawatirkan hal yang tidak perlu dikhawatirkan?"

"Iya..."

"Kau sendiri yang bilang padaku untuk tidak mengkhawatirkan hal yang tidak penting." Kata Bora gemas. Ia menggeleng-gelengkan kepala, berniat melanjutkan pekerjaannya tapi Dino malah menahan pergerakan tangannya.

"Ini beda, Bora."

Bora menepis tangan Dino. "Jangan khawatir. Kau tahu sendiri aku tidak bisa melepasmu begitu saja."

Bunyi penyedot debu kembali terdengar. Dino menghela napas panjang memperhatikan Bora yang kembali sibuk bekerja membersihkan debu di ruang tengah tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama. Meski senang dengan pernyataan Bora tadi, ia tetap tidak bisa tidak mengindahkan kekhawatiran yang melanda hatinya hari ini.

"Sebentar lagi Hyewon akan datang." Kata Bora mengembalikan kesadaran Dino ke dunia nyata.

"Hm..."

"Semoga saja dia betah di sini selama beberapa hari."

"Pasti betah." Kata Dino. "Kau selalu tahu cara membuat orang nyaman di dekatmu, Bora."

"Seperti dirimu, ya?" Goda Bora membuat Dino menyeringai.

Sebenarnya Dino berniat membalas godaan Bora tapi urung karena takut pekerjaan gadis itu akan terhenti dan malah kesal padanya. Memikirkannya saja sudah membuat Dino terkekeh, tapi kali ini ia harus menahan diri.

"Kenapa ketawa?" Bora mendecakkan lidah, melirik Dino sekilas.

"Nggak apa-apa." Jawab Dino masih dengan seringainya. Saat ia ingin mengatakan sesuatu, bunyi interkom berbunyi.

Hyewon datang.

Dino merasa sekujur tubuhnya menegang. Ia menatap Bora yang sudah berlari kecil menuju pintu depan, membuka pintu untuk sahabatnya.

Symptom [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang