Chapter 1

1.2K 89 1
                                    

Malam hari terlihat bulan bersinar terang dan bintang yang bergerlapan, suasana malam ini sangat indah. Namun tidak bagi Singto yang tampak sedang berlari masuk ke dalam rumah sakit dimana Krist dirawat.

"Permisi Khun, pasien bernama Krist Perawat yang tadi pagi mengalami kecelakaan dirawat diruang mana ya?" Tanya Singto kepada resepsionis dirumah sakit tersebut.

"Oh pasien atas nama tersebut sedang berada diruang operasi, dokter sedang menananginya Khun. Ruang operasinya berada di pojok sebelah kanan" Jawab resepsionis tersebut dengan ramah.

"Terima kasih" Ucap Singto sambil langsung berlari menuju ruang operasi sesuai dengan yang dikatakan oleh resepsionis tadi. Setelah sampai Singto sudah mendapati ibunya duduk di depan ruangan sambil menangis.

"Mae gimana keadaan Krist?" Singto bertanya pada ibunya, namun tidak ada jawaban dari wanita paru baya itu. Ibunya hanya memeluk pria tampan dan menangis hingga tersedu-sedu.

"Mae kenapa tidak menjawabku? apa yang terjadi? Kenapa Krist bisa mengalami kecelakaan Mae?" Singto melepaskan pelukannya pada wanita paruh baya dan terus bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Mae juga tidak tahu Sing hiks tiba-tiba
... rumah sakit menelpon mae... dan mengatakan bahwa Krist mengalami kecelakaan dan kondisinya cukup parah hiks hiks." Jelas wanita paruh baya itu sambil mencoba untuk meredam tangisnya.

Singto mengacak-acak rambutnya frustasi dan tanpa di sadari air matanya mulai menetes dan membasahi pipinya. Singto masih belum bisa untuk berpikir jernih, banyak pikiran bergelut didalam otaknya.

Setelah beberapa lama menunggu di depan ruang operasi, akhirnya dokter keluar dari ruangan. Dengan cepat Singto dan ibunya berdiri untuk menghampiri dokter tersebut. "Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Singto dengan ekpresi wajah yang penuh kekhawatiran.

"Syukurlah pasien sudah melewati masa kritisnya, benturan di kepalanya sangat keras sehingga terdapat cidera di kepala dan juga ada tulang yang patah di bagian kaki. Setelah ini perawat akan memindahkan pasian ke ruang rawat dan anda bisa menjenguknya. Saya permisi Khun" Ujar salah satu dokter yang menangani operasi Krist.

"Terima kasih dok" Ucap Singto sedikit bernapas lega setelah mengetahui kondisi Krist.

*****

Setelah beberapa saat perawat memindahkan Krist dari ruang operasi ke ruang rawat inap. Singto masuk ke dalam dan melihat Krist yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya yang pucat dan beberapa bagian tubuh yang terbalut dengan perban. Hatinya sangat sakit melihat itu. Andai saja ia tidak pergi ke China waktu itu, mungkin saja kecelaan ini tidak akan terjadi. Singto duduk di samping ranjang  sambil menggenggam tangan Krist dan menundukkan kepalanya kemudian menangis.

"Sing, kamu pulang dulu biar mae yang menjaga Krist. Kamu pasti capek habis pulang dari China, istirahatlah sebentar dirumah nak" Intrupsi ibu Singto sambil mengelus kepala anaknya.

"Tidak Mae, aku mau disini saja menjaga Krist aku takut nanti Krist bangun aku tidak ada disampingnya" Ucap Singto yang masih menggenggam tangan Krist.

"Ya sudah terserah kamu. Mae akan pulang ke rumah untuk mengambilkan baju ganti untukmu dan juga membawakanmu makanan" Ujar ibu Singto sembari berjalan untuk pergi meninggalkan Singto dan Krist.

"Iya, terima kasih mae" Ucap Singto yang dibalas anggukan oleh ibunya.

Setelah ibunya pergi, Singto menatap wajah Krist dan kanannya terulur untuk menyentuh pipi Krist. "Sayang kapan kamu akan bangun? Aku sangat merindukanmu."

*****

Ceklek..

Suara pintu terbuka, membuat Singto yang sedang duduk di dekat ranjang dan memandangi Krist itu menoleh kearah pintu. Terdapat dua orang tengah memasuki ruang rawat Krist. Mereka adalah sahabat Krist sejak sekolah menengah atas. Mereka adalah orang yang sangat dekat dengan Krist, bahkan Krist sudah menganggap mereka berdua seperti keluarganya sendiri.

"Phi Sing, bagaimana keadaan Krist?" Tanya pria mungil sambil berjalan menuju ranjang Krist dan menatap Krist dengan tatapan sendu.

"Ya seperti yang kau lihat Gun, Krist masih belum sadarkan diri" Singto menjawab pertanyaan pria mungil tersebut.

"Bagaimana Krist bisa mengalami kecelakaan seperri ini phi Sing?" Tanya pria yang berdiri disamping pria mungil.

"Aku juga belum tahu jelas penyebab kecelakaan Krist, karena aku sedang berada di China waktu itu dan Krist juga tidak mengabariku jika dia ingin pergi New" Ujar Singto. "Apa waktu itu Krist berbicara pada kalian dia ingin pergi kemana?" Tanya Singto kepada kedua sahabat istrinya tersebut.

"Tidak, Krist tidak memberitahuku" Ujar New.

"Krist juga tidak memberitahuku. Pagi harinya sih aku sempat menelponnya untuk mengajaknya pergi ke Mall tapi telponku tidak di angkat oleh Krist" Ujar Gun.

"Baiklah, kalau begitu terima kasih ya sudah repot-repot menjenguk Krist. Krist pasti senang kalian datang menjenguknya" Ucap Singto sambari tersenyum.

"Tidak perlu berterima kasih phi Sing, Krist adalah sahabat kami, kami juga sangat menghawatirkannya" Jawab Gun.

"Yasudah, bolehkah aku titip Krist sebentar? Aku ingin ke toilet untuk membersihkan diri" Ucap Singto pada Gun dan New.

"Iya phi Sing" Jawab Gun dan New bersamaan.

Singto melangkahkan kakinya ke toilet, untuk mandi dan membersihkan diri. Sesungguhnya ia sangat lelah karena setalah pulang dari China ia tidak istirahat sama sekali. Singto sangat khawatir dengan Krist, sampai-sampai Singto tidak memperdulikan rasa lelahnya.

Setelah selesai membersihkan diri, Singto kembali ke ruangan Krist dan mendapati kedua sahabat Krist masih berada di dalam ruangan.

"Kalian pulanglah, ini sudah larut kalian juga pasti lelah kan" Ujar singto pada kedua sahabat Krist tersebut.

"Baiklah phi Sing kita pergi dulu, besok kita akan menjenguk Krist lagi. Jika ada apa-apa tolong hubungi kami ya" Ucap New pada Singto sembari mengajak Gun untuk pulang.

"Selamat malam phi Sing"

"Selamat malam"

Singto berjalan kearah Krist dan duduk di sebelah ranjang kemudian merebahkan kepalanya di ranjang Krist, tak lupa menggenggam tangan Krist dengan erat. Singto memejamkan matanya dan tak lama ia pun terlelap.

*****

Keesokan hari saat matahari sudah terbit tinggi, Singto mulai terbangun akibat Krist yang mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya dari Singto. Singto langsung membuka matanya dan melihat kearah Krist dengan tatapan mata bahagia. "Sayang kamu sudah bangun? Sebentar aku akan panggilkan dokter" Ujar singto sambil berjalan untuk memanggil dokter.

Kemudian Singto datang bersama dokter dan dokter tersebut memeriksa keaadan Krist. "Bagaimana keadaan anda Khun Krist?" Tanya dokter tersebut kepada Krist.

"Krist? Siapa Krist? Kenapa bisa aku ada dirumah sakit? Dan.. kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?"

*****

TBC

Kira-kira Krist kenapa ya?

Next?

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mampir.
Happy reading:)


26 Juli 2021

Mistake [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang