Chapter 2

1K 76 0
                                    

"Bagaimana keadaan anda Khun Krist?" Tanya dokter tersebut kepada Krist.

"Krist? Siapa Krist? Kenapa aku ada dirumah sakit? Dan.. kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?" Tanya Krist yang sedang bingung dan menatap orang di sekitarnya yang tidak Krist kenal.

"Dok ada apa dengan Krist? Kenapa sepertinya dia tidak mengingat apa-apa?" Tanya Singto sangat khawatit dengan keaadan Krist.

"Sepertinya cidera di kepalanya mengakibatkan Khun Krist keahilangan ingatannya" Jelas dokter.

"Apa?" Singto sangat terkejut dengan ucapan dokter, tubuhnya lemas seketika. "Lalu apakah Krist bisa mengingat kembali dok?" Tanya Singto.

"Jika melihat dari hasil pemeriksaan, amnesianya hanya bersifat sementara, mungkin Khun Krist akan mengingat dalam kurun waktu beberapa bulan, itu tergantung dari usaha Khun Krist untuk mengingat dan juga bisa dilakukan beberapa terapi. Namun jangan terlalu dipaksakan karena itu akan merusak jaringan otak yang akan berakibat fatal" Penjelasan dokter kepada Singto.

"Ah begitu? Baiklah, terima kasih" Ucap Singto dengan tidak bersemangat.

"Sama-sama Khun. Jika tidak ada yang di tanyakan lagi, saya permisi" Ucap dokter sambil memberikan wai dan Singto membalas wai tersebut.

Singto kemudian menatap Krist dengan tatap mata sendu. "Krist" Panggil Singto namun Krist masih bergeming dan menatap langit-langit ruangannya.

"Krist" Panggil Singto lagi dengan sedikit mengguncangkan pundak Krist. Krist menoleh dan menatap Singto dengan tatapan bingung.

"Kau siapa? Apa aku mengenalmu?" Tanya Krist yang masih menatap Singto dengan bingung.

"Namamu Krist, Krist Perawat. Aku mengenalmu, sangat mengenalmu. Aku bahkan sangat mencintaimu, karena kamu adalah istriku" Ucap Singto dengan nada suara yang sedikit bergetar karena menahan tangisnya, tangan Sinto mengusap rambut Krist dengan sayang.

Krist dengan segera menjauhkan kepalanya yang disentuh oleh Singto karena merasa tidak nyaman. "A-apa? Istri? Aku sudah menikah? Dan... a-aku menikah dengan laki-laki?" Krist nampak sangat bingung dengan perkataan Singto, pasalnya ia seorang laki-laki mana mungkin ia menikah dengan laki-laki. "Apa aku gay?" Batin Krist. Krist mencoba untuk mengingat-ingat namun ia tetap saja tidak mengingat apapun.

Singto kaget dengan perilaku Krist yang menjauhkan kepalanya saat Singto mengusapnya, karena biasanya Kristnya sangat suka jika Singto melakukan itu. Singto menatap sendu bahkan mata Singto mulai berkaca-kaca, bagaimana mungkin Krist tidak mengingat Singto, suaminya.

"Krist apa kamu benar-benar tidak mengingatku?" Tanya Singto dengan suara yang bergetar dan mata yang berkaca-kaca.

Krist tidak menjawab Singto, Ia hanya mengangukkan kepalanya saja.

"Baiklah, sebaiknya kamu istirahat saja agar segera pulih. Aku akan keluar sebentar" Ucap Singto sambil berjalan meninggalkan ranjang Krist dan keluar ruangan.

Setelah menutup pintu ruang Krist, badan Singto langsung merosot begitu saja, kakinya sangat lemas dan hatinya sangat sakit mendengar bahwa Krist tidak mengingatnya. Singto tidak bisa menahan air matanya yang keluar begitu saja, ia tidak ingin membuat Krist sedih sehingga Singto keluar ruangan Krist untuk meluapkan semua emosinya.

"Sing, kamu kenapa Nak? Apa Krist baik-baik saja?" Wanita paruh baya tiba-tiba datang menghampiri Singto yang tengah menangis di depan ruangan dan berbicara dengan suara yang terdengar khawatir.

"Mae Krist tidak mengingatku, mae" Ucap Singto sambil memeluk ibunya dengan erat dan tangisnya semakin menjadi-jadi.

"Tidak mengingat? Apa maksudmu Sing?" Tanya ibu Singto sambil membalas pelukan anaknya itu.

Mistake [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang