Kedelapan🍒

5.6K 697 66
                                    

Happy reading-!

"Kalian ngapain?"

Lele icung yangyang sama taro yang lagi gali gali tanah langsung lihat siapa yang berani tanya tanya apa yang mereka lakuin. Padahal kan bisa liat sendiri.

"Ish kirain siapa taunya kok jun" ujar lele yang kesal melihat kokonya itu. Entahlah dari semalam ia kesal sekali melihat baba dan kakaknya itu. Rasanya lele ingin memukul mereka, tapi ga bisa. Tiap kali lele mukul lucas, pasti nanti diketekin. Semalam aja bela di hukum lucas. Lele kan ga mau.

"Kotor ih main begituan. Bilang mama nih" ancam Renjun.

Para bocil sih Bodo amat. Di sodorin belalang pasti kabur tuh.

"Udah ih koko. Ntar icung kasi belalang nangis"

Renjun terkejut atas hinaan yang di lontarkan icung. Baru saja ingin membalas, Renjun mendengar suara tawa nyaring yang amat ia kenal.

"AHAHAHAH UCHAN STOP NANA GELI"

Renjun lihat nana yang lagi di ayunan dan di belakangnya ada uchan si bucin yang dorongin nana.

"Koko kun ih udah tua dorongnya nda kuat"

Renjun tertawa melihat wajah dongkol kun yang lagi lagi di hina oleh echan. Ingin rasanya membuang echan ke komplek sebelah yang namanya 17, tapi mengingat bapaknya echan seraaaam. Kun mengurungkan niatnya. Nanti kun yang di deportasi.

"Eh njun ngapain kesini?"

"Mau belanja, taunya koko di sini"

"Kalau gitu bantuin dong jaga mereka. Nih emaknya lagi pada arisan"

Seketika sinyal bahaya langsung muncul di kepala Renjun. Perlahan ia mengambil langkah sebelum berlari secepat kilat menuju rumahnya. Biarlah ia menemani babanya menjaga bela.

"Aish anak itu. EH EH ICUNG JANGAN DI MAKAN HEH TANAHNYA!!"

Kun langsung berlari ke arah icung yang hampir memasukkan tanah ke mulutnya. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang.

...

Kun dan nana bersaudara sedang jalan menuju rumah nana. Tempat arisan ibu ibu di adakan. Mereka adalah bocah terakhir yang di antar oleh kun. Rumah nana kini tampak agak ramai karena ada beberapa ibu ibu dari komplek tetangga dan anak anaknya.

"Hai nana" sapa didin. Anaknya pak eskup, kebetulan didin kakak kelasnya nana di sekolah. Jadi dia kenal sama nana.

"Hai kak didin" setelah nana membalas sapaan didin. Nana langsung di sembunyikan oleh taro dan icung. Lalu icung berlagak akan memotong leher didin sambil memelototinya.

Didin sih maklum aja. Karena di sekolah nana memang di kawal oleh adik dan kembarannya. Toh didin tidak salah. Hanya menyapa saja. Didin kan baik, tidak seperti kakaknya yang galak, kalau ga salah namanya uji.

Setelah didin, kini nana harus bertemu dengan haje, felix dan ayen. Ugh icung rasanya mau mengusir mereka semua. Pasti mereka akan mendekati nana. Membuat kerja icung 1jt kali lebih berat. Tapi karena icung anaknya pintar.....

"Misi misi dek nananya mau masuk" icung berlagak seperti seorang pengawal dan meminta mereka memberikan jalan untuk nana

Setelah masuk dengan selamat. Winwin yang sedang berjalan menuju ruang tamu terkena serangan jantung. Ini bukan karena baju mereka yang penuh kotoran. Tapi lebam pada lengan nana.

"Astaga baby jatuh dimana hm?" Tanya winwin pada nana.

Nana yang memang dasarnya tidak tau ada lebam pada tangannya hanya meringis saat Winwin tak sengaja menyentuh lebam itu.

Cerita Nana [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang