keduapuluhempat🍒

2.3K 366 14
                                    

Happy reading–!

Setelah menghabiskan waktu liburan di Swiss, nana dan keluarga akhirnya pulang dan melanjutkan aktifitas mereka seperti biasa. Hari ini nana masuk sekolah setelah libur, namun ia mendapati hal aneh di sekolahnya.

Nono datang dengan sepeda biru miliknya. Sepertinya itu baru saja dibeli sebab sebelum nana berangkat ke Swiss, nana belum pernah melihat sepeda itu.

"Nono pakai ini kesekolah?" Tanya nana sambil mengelilingi sepeda milik nono yang terparkir di depan kelasnya.

"Iya! Nono pakai ini karena Daddy ga bisa antar nono"

Nana mengangguk dan mencoba manaiki sepeda milik nono, namun karena belum bisa menyeimbangkan sepeda roda dua tanpa roda bantu, nana hampir terjatuh. Untungnya nono dengan sigap menahan sepeda agar seimbang.

"Nana ga pandai naik sepeda nono. Ini juga tinggi kaki nana pendek"

Nono tertawa dan membantu sahabat manisnya itu turun. "Gimana nanti pulang sama nono? Mau ya?"

Nana berpikir sebentar, sebenarnya nana lebih suka di jemput menggunakan mobil ayah yang jelas-jelas tertutup dan dingin. Bisa melindunginya dari hawa panas meskipun jarak rumah dan sekolahnya dekat. Tapi jika menolak ajakan nono ia akan kehilangan kesempatan di bonceng menggunakan sepeda. Sebuah hal baru baginya mengingat tidak ada sepeda dirumahnya.

"Boleh! Nanti kita pulang bersama ya"

Keduanya kembali masuk dan melanjutkan aktivitas belajar. Sepanjang pelajaran nana tidak fokus sebab terlalu senang akan naik sepeda dengan nono nantinya.

Icung menatap kesal nana yang sedang melompat kecil. Yuta dengan senyumnya memberi helm pink milik nana yang tadi winwin berikan padanya. Katanya itu dari nono dan diantar oleh Mommynya tadi.

Mereka sudah menduga nana akan pulang bersama nono, makanya membeli satu lagi helm kecil untuk nana.

"Ini helmnya, hati-hati ya nono bawa sepedanya! Have fun!" Ujar Yuta setelah memasangkan helm pada nana dan mengambil tas sekolah anaknya.

Ada perasaan sedih sebab sekarang nana mulai dekat sekali dengan nono. Yuta takut anaknya itu tidak bergantung lagi padanya suatu saat nanti. Sepertinya ia harus berdiskusi dengan Winwin nanti. Begitupun dengan icung, dia kesal karena nana memilih pulang dengan nono. Malam nanti ia bertekad akan meminta sepeda pada ayah!

"Dadah ayah, taro, icung!"

Nono mulai menjalankan sepedanya perlahan. Nana lumayan berat ternyata, tapi tidak apa. Ia senang bisa pulang dengan nana.

"Nana, besok minta sepeda sama ayah ya"

Nana menatap nono bingung, kenapa harus? Nana tidak pandai naik sepeda.

"Kenapaaaa? Nana nda pandai naik sepedaaaa! Nana mau sama nono"

"Biar kita bisa sepedahan sama-sama. Tapi gapapa deh, biar nono bonceng aja"

Nana mengangguk. Di jalan mereka bertemu koko kun. Dengan semangat nono membunyikan belnya menyapa kun. Sedangkan yang disapa tertawa gemas melihat keduanya dan memotret mereka. Siapa tahu bisa jadi kenangan nantinya.

"Terimakasih nono! Nana sukaa!"

Nono mengangguk, namun saat nana mau mengembalikan helmnya, nono menolak. "Jangan! Ini untuk nana. Biar bisa naik sepeda sama nono"

"Uwah! Thank you nono! Hehehe"

Akhirnya nana masuk setelah nono pergi dengan sepedanya. Baru saja masuk ia bertemu dengan icung yang menatapnya kesal.

"Kenapa icung?" Tanya nana pelan. Seingatnya tadi sebelum pulang icung masih baik-baik saja.

Icung mendecih dan masuk kedalam tanpa memperdulikan nana yang heran dengan tingkahnya.

Cerita Nana [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang