O9 ㅡ fisika

543 101 19
                                    

"aleeet~" jake seperti biasanya memunculkan kepalanya di jendela uks sebelum hendak masuk dan minta diobatin. padahal gak tau juga apa itu cuma alasan atau beneran.

"hmm?"

"gue masuk ya? boleh?" tanya jake sambil cengar-cengir.

"emang kenapa? kamu sakit? kalau enggak sana ke kelas!" usir aleta. saat ini dirinya tengah sibuk mengerjakan latihan soal fisika dari guru fisikanya. 

"ih, galak banget sih!" keluh jake.

aleta memijat pelipisnya, "ya terus aku harus gimana gitu?" tanyanya meski matanya fokus ke lembar latihan soal yang tipis namun cukup membuatnya frustasi. fisika adalah mata pelajar tersulit bagi aleta. sejak kelas sepuluh dulu nilainya gak pernah lebih dari delapan puluh alias pas-pasan banget.

"ya gimanaaa, kek. ini pangeranmu dateng tuh ya sambut kek, pake red carpet kek, ya minimal lah ya!" cerocos jake. 

"masuk atau enggak? kalau enggak mau dikunci aja pintunya," ucapan aleta membuat jake tersenyum lebar kemudian melepas sepatunya dan dengan semangat melangkah masuk uks yang sepi. siswa yang sempat istirahat disini karena sakit sudah dijemput orangtuanya. 

bagaimana jake tau? ya, matanya gak berhenti mengawasi uks dari jendela kelasnya. jake sengaja memilih bangku di dekat jendela. katanya sih supaya modusnya lebih lancar jaya.

"hehehe, makasih alet! jadi suka deh!" jake kembali lagi dengan cengiran centilnya. cengiran maut jake itu sering membuat siswi-siswi lain kejang-kejang saking lucu dan gemesinnya. tapi gak buat aleta, dia udah kebal sama jake yang bahkan lebih sering nyengir daripada kuda poninya pak maman, sang kepala sekolah.

"kamu ngapain kesini? kalau sakit, sana istirahat!"

"enggak, kok. gak sakit. cuma mau minta obatin aja sama alet."

"kenapa?"

"luka, gara-gara bantuan sunghoon nyukur bulu kucing tantenya kemarin sore," jake cemberut sambil menunjukkan punggung tangannya yang dilukis cakaran warna kemerahan.

"ck, manja. obatin sendiri aja," cibir aleta, lalu kembali sibuk dengan soal latihannya.

"eh, itu soal fisika?" tanya jake ceria.

aleta menoleh ke arah jake, menatapnya heran. "iya, kenapa? kamu suka fisika?" tanya aleta heran. pasalnya jake malah menunjukkan wajah cerah saat menyadari soal latihan itu merupakan soal latihan mata pelajaran fisika.

"banget! coba lihat!" 

jake kemudian membaca seluruh soal yang totalnya ada tiga lembar itu. dia terlihat mengangguk-angguk seolah paham sambil tersenyum gemas melihat kertas yang penuh coretan jawaban aleta. untung jake bisa menahan tawa karena semua jawaban aleta benar-benar salah total.

"kenapa? kok senyum-senyum?" tanya aleta lagi saat jake terlihat senyum-senyum sambil terus membolak-balik lembaran soal. 

jake tersenyum lebih lebar sambil kali ini menoleh sekaligus menatap manik mata milik aleta, membuat waktu seolah berhenti sesaat bagi aleta. itu mengejutkan. pesona jake sering muncul secara tiba-tiba. 

"jawaban lo salah semua, alet. tapi gak masalah. gue bisa bantu! tapi," jake menyentuh dagu aleta sambil tersenyum. 

"obatin gue dulu," lanjutnya dengan senyum yang lebih manis lagi.

glek!

ini bahaya bagi aleta.

...

"udah?" 

aleta mengangguk lalu menyerahkan lembaran soalnya kepada jake. pemuda itu memeriksa semua coretan jawaban yang mewarnai lembaran. tulisan aleta rapi banget, jake suka banget melihatnya berulang-ulang kali.

"kamu gak dicariin sama guru mapel emang daritadi disini?" 

jake menggeleng. "enggak. kan gue udah izin. izin mengurus masa depan. jadi pasti boleh lah."

jawaban santai jake itu mengejutkan aleta. sejauh ini jake gak pernah berbohong dan sangat jujur tentang hal-hal yang dia lakukan. bahkan kalau hal itu bukan hal baik, jake selalu cerita. awalnya aleta gak percaya. lagipula, zaman kayak gini apa masih ada yang jujur sepenuhnya? nyaris nihil. tapi entah kenapa hatinya merasa benar kalau jake gak pernah bohong. 

"kamu serius?" aleta berusaha meyakinkan ucapan yang baru saja keluar dari mulut jake tadi itu.

"ya iyalah. gue mana pernah bohong sama alet."

gak. gak mungkin. kayaknya itu terdengar gampang banget. gak mungkin jake keluar kelas cuma dengan izin asal begitu.

tapi keraguannya dengan cepat hilang sesaat setelah,

"JAKE SIM! PANGGILAN KEPADA JAKE SIM! KAMU TEMUI BAPAK DI KANTOR! JANGAN KABUR! GEGAYAAN AJA PAKE ALESAN NGURUSIN MASA DEPAN! SEKALI LAGI! PANGGILAN KEPADA JAKE SIM! BURU ATAU SAYA CUKUR JAMBUL KAMU! SEKIAN!"

itu suara dari meja piket. aleta kenal betul kalau itu suara pak bagus, guru sejarah di kelas jake. aleta menoleh kepada jake yang terlihat bangga. 

"kan? gue gak bohong, alet. hehe, gue pergi dulu ya. makasih udah diobatin!" jake segera membenarkan dasinya sambil berlari buru-buru keluar uks. tapi kemudian muncul lagi di jendela. 

"jawabannya udah bener semua. hebat! babai, alet! jangan kangen aku ya!" setelah itu jake benar-benar berlari ke kantor pak bagus. aleta bisa lihat itu dengan jelas dari jendela uks.

aleta masih syok. jake, seriusan aja?



kemudian perhatiannya berpindah ke lembaran soal yang tergeletak di lantai uks. ia segera meraihnya dan membolak-balikan soal. semua jawabannya sudah ditandai ceklis sama jake. bahkan di halaman paling belakang ada pesan yang ditulis dalam bahasa asing. 

"apaan ini?"

'Je vous souhaite d'être follement aimée, alet. from jake.
note: iya, jake nyolong quotesnya dari internet(╥﹏╥) hehe. semangat alet! jake loves you!'

aleta mengeluarkan ponselnya dari saku dan mencari arti kalimat itu di internet secepatnya, sebelum ada yang siapa pun yang lewat.

'i wish you to be loved madly, alet'

kacau, detak jantungnya lagi-lagi gak bisa normal. faktornya selalu sama, one and only, jake sim.

tbc. 

a/n: quotesnya saia nyontek gugel ya man teman, jadi mohon maap. saya gak kreatif kalo soal ginian huhuu( ˘ ³˘)♥

Band-aids | Jake [EN-]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang