Darel menyeret dua koper besar menuju garasi mobil. Natasya yang baru sampai rumah langsung turun dari motor dan berlari mendekat."Papa sama mama mau berangkat sekarang?" tanya Natasya memanyunkan bibir. Darel yang tengah membuka bagasi mobil langsung menoleh lalu mengangguk.
"Iya Nata, kamu jaga diri di rumah," jawabnya membuat Natasya tidak bergeming. Gadis itu sebenarnya tidak mau di tinggal sendirian.
Kesya yang juga sudah rapih mengenakan blouse disertai celana panjang berjalan mendekati suami dan anaknya itu di garasi.
"Nata, kok baru pulang? Kenapa nomor kamu nggak aktif?" tanya Kesya lembut.
"Lowbat ma," jawab Natasya singkat.
"Aduh kenapa anak mama ini kok cemberut?" tanya Kesya beralih merentangkan kedua tangannya bermaksud memeluk anak semata wayangnya itu.
"Nata pengin ikut," rengek Natasya seperti anak kecil.
"Mama sama papa cuma sebentar kok. Kalo kamu ikut nanti gimana sama sekolah kamu?" kata Kesya membuat Natasya melepas pelukan sepihak.
"Izin kan bisa."
"Mama sama papa cuma sebentar," sahut Darel setelah berhasil memasukkan koper ke dalam mobil.
"Tapi Nata nggak mau ya kalo mama sama papa pulang terus ujung-ujungnya bawa adik buat Nata," ujarnya cepat dengan satu tarikan napas.
"Heh ngomong apa si kamu." Kesya mencubit pipi Natasya dengan gemas. Gadis itu hanya menggembungkan pipinya sembari memanyunkan bibir. Seperti itulah penampakan manja seorang Natasya.
"Kalo kamu butuh apa-apa tinggal bilang aja ke bi Ati kalo nggak sama tante Airin," tutur Kesya kembali. Natasya hanya menjawab dengan cuek.
"Hm."
"Mama sama papa berangkat dulu ya, jaga diri di rumah." Kesya mengelus pipi Natasya dengan lembut.
"Iya ma, pa. Hati-hati di jalan. Kalo pulang jangan lupa bawa oleh-oleh."
Kesya mencium pipi Natasya sembari tersenyum. "Iya anak mama yang paling cantik."
Natasya menyalami kedua orang tuanya itu kemudian berlanjut memanyunkan bibirnya kembali. Padahal ini bukan pertama kali Natasya di tinggal ke luar kota. Namun entah mengapa kali ini ia merasa tidak mau di tinggal.
Kesya dan Darel masuk ke dalam mobil. Keduanya melaju meninggalkan Natasya yang masih berdiri di dekat garasi. Gadis itu melambai lalu masuk ke dalam rumah dengan malas.
Natasya merebahkan tubuhnya di atas kasur king size yang selama ini menjadi tempat ternyaman. Ia memandang langit-langit kamar, entah mengapa ia kembali mengingat tentang seseorang yang telah menolongnya waktu itu. Kenapa ia memiliki firasat kalau dia adalah salah satu dari geng black devil? Ah, tapi rasanya itu tidak mungkin. Kalaupun itu mungkin salah satu dari mereka, berarti orang itu juga sudah menghianati Galang dong? Natasya terus berpikir, tapi lama-lama ia pusing sendiri.
"Alah bodo amat," gumamnya sambil memeluk bantal lalu memejamkan mata dan berakhir tertidur pulas.
Cukup lama Natasya tertidur dengan masih mengenakan seragam sekolah. Ia baru terbangun saat Bi Ati mengetuk pintu berkali-kali menyuruh Natasya untuk makan malam. Gadis itu mengucak mata sembari melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Natasya melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai, ia keluar dari kamar. Bukannya menuju meja makan, gadis itu malah membuka kulkas yang berada di dekat dapur.
"Makanannya udah di meja makan non," ucap bi Ati yang tengah menonton TV saat melihat Natasya seperti sedang mencari sesuatu.
Jangan heran tentang Bi Ati. Kesya dan Darel memang membebaskan asisten rumah tangganya itu untuk menggunakan fasilitas rumah. Yang penting ketika semua pekerjaan sudah selesai. Terkadang juga Kesya ikut mengerjakan tugas rumah membantu bi Ati karena ia merasa senang melakukannya. Maka dari itu Bi Ati sudah seperti keluarga sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Teen FictionCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...