"Awas!" Natasya tiba-tiba menjauh beberapa langkah saat tubuhnya baru saja terjatuh menimpa dua laki-laki sekaligus.Galang dan Vano juga sama, keduanya menjauh dari Natasya dan pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Ngapain pada bengong? Kerja lagi yang bener!" sentak Galang saat melihat semua orang kini menatap ke arahnya. Galang mengatakan itu sedikit salah tingkah. Dibuktikan dengan tangannya yang menggaruk kepala meskipun tidak gatal.
Natasya melanjutkan kegiatannya dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Vano juga sama, ia terlihat cuek dan tidak mengatakan sepatah katapun.
Waktu terus berjalan, tidak terasa hari sudah semakin sore. Tidak terasa juga kalau kerja rodi telah berakhir. Padahal tujuan mereka datang ke base camp Galang adalah untuk latihan drama.
Namun jangan khawatir, mereka tetap latihan kok. Ya meskipun selalu di jahili oleh Altar dan Glen yang membuat mereka tidak fokus. Posisi mereka sekarang duduk melingkar seperti sedang menyaksikan pertunjukan.
"Lang, naik sini cepetan," kata Altar memegang kuda-kudaan milik Fito.
"Ogah!" tolak Galang cepat. Sekarang malah Altar yang duduk di atas kuda-kudaan itu.
Mereka terkekeh. Meskipun tidak berani menunjukkannya di depan Galang karena masih takut untuk mati muda.
"Jadi ceritanya nanti Puteri Aurora lagi jalan-jalan ke hutan, terus ketemu sama pangeran Philip yang lagi berkuda. Ayo Nat sini," kata Audi membuat Natasya berdiri lalu mendekati Audi yang kini berada di tengah-tengah.
Galang malah duduk di kursi dan terlihat tidak niat sama sekali.
"Lang, yang serius dong. Gue capek," ucap Natasya mendengus.
Galang berdiri dengan malas lalu maju beberapa langkah.
"Jadi nanti di hutan kaya ada adegan dansa gitu," jelas Audi kembali.
"Gue sama Galang?" tanya Natasya kaget. Audi mengangguk.
"Sekarang jangan dansa dulu gapapa. Pegangan tangan aja dulu biar menyesuaikan."
"Tapi-"
"Nat, plis. Demi kelompok kita. Lo harus profesional," ucap Zela yang mau terlihat bijak di depan Raka. Padahal Raka tidak menggubris sama sekali.
Natasya mendengus. Ia mengulurkan tangannya dengan malas. Tanpa di sangka-sangka, Galang langsung mendekat dan memegang tangan Natasya dengan lembut.
Natasya tersentak. Keduanya kini saling bertatapan. Sorot mata Galang kali terlihat tidak seperti biasanya. Kedua matanya fokus pada wajah Natasya.
Oke, mungkin Galang bersikap profesional sekarang. Kalau seperti itu, Natasya juga harus sama. Gadis itu menarik napas panjang dan mulai mengucapkan dialog sesuai dengan naskah yang telah dibuat agar latihan cepat selesai.
Semua yang berada di sana menyimak dengan serius dan tidak percaya bahwa Galang bisa akting seperti itu. Bahkan ada adegan dimana ia mengecup lembut tangan Natasya.
Benar-benar menakjubkan, penonton bertepuk tangan. Namun Altar yang paling heboh sekarang. Tidak menyangka kalau sang ketua bisa melakukan adegan seperti itu dengan seseorang yang sampai saat ini berstatus sebagai musuhnya.
"Anjir, tau Galang bisa akting gini mah gue daftarin jadi aktor aja dari dulu haha," celetuk Altar membuat Glen dan Firza tertawa puas. Tidak dengan Vano yang malah tiba-tiba berdiri dari posisinya.
"Mau kemana Van?" tanya Firza mendongak.
"Ada urusan," jawabnya singkat kemudian pergi meninggalkan base camp begitu saja. Glen, Firza dan Altar hanya mengangguk karena Vano memang sudah biasa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Ficção AdolescenteCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...