Suara riuh kini mendominasi kelas sebelas IPA tiga begitu bel istirahat menggema. Semua nampak bernapas lega seraya meregangkan otot dan otak setelah penat berurusan dengan mapel Fisika.Natasya juga terlihat memasukkan buku dan alat tulis ke dalam laci lalu mengambil ponsel dari dalam saku.
"Hape lo kenapa jadi kaya gini Nat? Perasaan kemarin baik-baik aja." Zela memperhatikan segala sisi ponsel di tangan Natasya yang kini nampak retak cukup parah.
"Jatuh kecengklak, ini juga masih untung bisa nyala lagi," jelas Natasya membuat Zela sedikit prihatin. Zela bisa menebak pasti sudah terjadi prahara baru lagi dengan papanya.
"Yaudah yuk ke kantin, laper nih gue," ajak Zela berdiri dari posisinya di susul oleh Natasya. Tapi tiba-tiba saja Zela menggoyangkan lengan sahabatnya itu dengan cepat sambil menatap ke arah pintu.
Terlihat lima cowok berpenampilan urakan berjalan masuk. Sontak semua pandangan penghuni kelas tertuju pada mereka. Apalagi aura mereka yang begitu berbeda dengan siswa lainnya. Meskipun terkenal nakal di sekolah, tapi perlu di akui juga kalau pesona mereka memang menawan. Seperti ada ciri khas tersendiri. Siapa lagi kalau bukan member Black devil.
Di pimpin oleh Galang yang berjalan di depan, langkah kaki mereka berhenti di bangku belakang. Ya, tepatnya di bangku Natasya.
"GUE MINTA YANG DI DALAM KELAS INI KELUAR SEKARANG JUGA!" titah Galang menaikkan atensi beberapa oktaf membuat semuanya menurut. Begitupun Zela yang hendak menarik Natasya untuk segera keluar dari sana tapi gadis itu menolak dan malah menyuruh Zela untuk keluar bersama yang lain.
"Nat, lo yakin?" tanya Zela panik tapi Natasya hanya mengangguk berusaha meyakinkan.
Kelas menjadi hening. Altar dan Glen segera menutup pintu membuat mereka semua semakin penasaran apa yang terjadi. Masalahnya di dalam sana hanya ada enam orang.
Di luar kelas terlihat cukup ramai. Banyak dari mereka yang mengintip dari jendela, sampai-sampai kelas yang lain juga ikut nimbrung dan semakin menimbulkan keriuhan.
Zela cukup khawatir meninggalkan Natasya begitu saja. Tapi dia juga paham watak sahabatnya itu seperti apa.
Natasya yang masih berada di bangkunya terlihat mengepalkan tangan. Rahangnya juga mengeras saat melihat batang hidung Galang. Apalagi saat mengingat kejadian kemarin yang benar-benar membuatnya ingin menonjok Galang saat ini juga.
Tangannya sudah terangkat tapi tiba-tiba galang menahan dan menatap Natasya dengan sorot mata elangnya yang begitu mencekam.
"Bagus lo ke sini, jadi gue nggak perlu capek-capek nyamperin lo ke kelas. Urusan kita belum selesai Lang, gue pastiin lo bakal menyesal karena udah berani macem-macem sama gue!" ucap Natasya menekan setiap kata-katanya.
Galang berdecih lalu menarik sudut bibirnya.
"Siapa orang yang udah bawa lo keluar dari apartemen gue?" tanya Galang to the point tanpa memperdulikan ucapan gadis di depannya itu.
"Kenapa lo tanya sama gue? Lo ngerasa kalah? Pantes sih sampai bonyok begini wajah lo, haha kasian!" Jawabnya penuh penekanan di akhiri dengan terkekeh membuat Galang menarik Natasya dan menghempaskannya ke tembok lalu mengunci pergerakan gadis itu dengan lengannya.
Natasya mengikuti permainan Galang. Ia hanya menarik sudut bibirnya lalu berdecih seolah meledek.
"Lo itu banci Lang, beraninya sama cewek. Di serang satu orang aja kalah kan kemarin? coba aja semua orang liat pasti bakal tertawa puas."
"Ngomong apa lo?" tanya Galang mendongakkan dagu Natasya ke atas.
"Lang, nggak ada sejarahnya laki-laki keren dan gagah itu menyakiti perempuan. Tidakan lo kemarin itu mencerminkan diri lo yang rendahan. Makanya punya otak tuh di pakai buat mikir. Lo pikir gue bakal tinggal diem aja gitu. Sorry lang, gue bukan seperti jalang-jalang yang lo mainin."
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Teen FictionCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...