Waktu terus berjalan. Natasya dan teman-temannya tentu saja sibuk dengan persiapan pagelaran drama. Mereka mempersiapkannya sebaik mungkin.
Akhir-akhir ini Galang dan Natasya juga sering bersama. Menghabiskan waktu untuk latihan di rooftop seperti biasa.
Tibalah hari ini. Hari dimana penilaian sekaligus acara pagelaran akan dilaksanakan. Acara pagelaran ini terbuka untuk umum. Siapapun yang akan menonton diperbolehkan karena dilangsungkan di aula. Sebenarnya niat awal dari penilaian ini untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia saja. Tapi karena menimbang beberapa hal akhirnya diadakanlah acara pagelaran ini di bantu oleh anggota osis yang menjadi panitia. Penilaian ini dilaksanakan oleh kelas sebelas yang mapel bahasa Indonesianya diampu oleh bu Adis.
"Lo udah hafal semua dialognya kan?" tanya Zela seraya mengaplikasikan bedak di wajah Natasya.
"Gue takut salah ngomong Zel, sumpah." Natasya menghela napas.
"Nggak. gue yakin lo bisa."
"Kalo gue nggak bisa gimana?" tanya Natasya hampir putus asa.
"Mati aja."
"Sialan!"
Zela terkekeh. Obrolan mereka terhenti saat Galang datang ke ruang kelas yang kini dijadikan ruang persiapan sebelum acara. Galang sudah mengenakan jubah ala pangeran. Tidak munafik kalau Galang memang tampan. Apalagi di dukung dengan tinggi badannya yang semampai.
"Tuh pangerannya datang," bisik Zela lirih.
"Pangeran gundulmu!" sentak Natasya dengan tatapan sinis.
Galang berjalan mendekat. Ia berdiri di dekat Natasya sembari mengunyah permen karet.
"Cantik," gumamnya lirih.
"Siapa?" sahut Natasya karena bisa mendengarnya dengan jelas.
"Gue," jawab Galang kemudian keluar dari ruang kelas.
Natasya dan Zela saling melirik. Emang Galang sekarang agak random. Jangan-jangan kena virusnya Darel. Eh nggak deng becanda.
Setelah semuanya siap. Mereka menuju aula yang ternyata sudah ramai. Banyak dari kelas lain yang sengaja datang. Pasti karena ada Galang sih.
"Galang, semangat!" teriak salah satu cewek dengan gayanya yang centil saat melihat Galang masuk ke ruangan. Dia adalah Angel. Cewek itu berlari mendekat dan langsung menggandeng tangan Galang tanpa permisi.
Galang menepis kasar. "Lepasin!"
"Semangat ya sayang, jangan lupa kalo sebentar lagi kita bakal tunangan," ucap Angel seraya membenarkan baju Galang tapi tatapan matanya melirik ke arah Natasya.
Zela menyemburkan tawa.
"Kenapa lo ngetawain gue?" tanya Angel cepat.
"Itu tadi ada cicak bisa kayang."
Galang tidak menanggapi Angel. Ia malah mengajak kelompoknya untuk masuk dan mempersiapkan di belakang panggung menunggu giliran untuk tampil.
Dekorasi di aula kini sudah seperti panggung teater yang megah.
"Kok gue mules ya," ucap Fito gugup.
"Kebanyakan dosa lo," sahut Natasya.
"Dimana-mana orang mules kebanyakan makan, bukan kebanyakan dosa," jawab Fito memegang perutnya.
Mereka terkekeh. Tidak dengan Galang yang sepertinya sibuk menunggu kedatangan seseorang. Berkali-kali ia melihat ke arah pintu aula dan beralih melihat ponselnya seperti menghubungi seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Fiksi RemajaCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...