Natasya, Kesya dan Raka kini telah sampai di rumah sakit. Ya, Kesya memaksa untuk ikut karena ia juga ingin melihat Galang untuk yang terakhir kalinya.Ketiganya langsung menghampiri Darel yang sedang berdiri di depan ruang jenazah. Darel meminta izin kepada pihak rumah sakit untuk melihat jenazah Galang yang sudah ditutup kain putih.
Natasya menguatkan diri untuk membuka kain itu dengan ragu. Dan benar saja, ia langsung terjatuh di lantai saat melihat wajah Galang dipenuhi luka. Galang mengalami patah tulang dan juga pendarahan saat kecelakaan sehingga ia langsung meninggal di lokasi.
Raka mengusap wajahnya kasar karena tidak percaya kalau Galang akan pergi dengan cara seperti ini.
Teman-teman Galang yang baru sampai di rumah sakit juga langsung terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
"Lang, lo lagi becanda kan?" Firza mendekat sambil terkekeh. "Lo pasti becanda kan?"
"Galang, lo lagi ngeprank kita semua kan?" tanya Altar dengan bibir yang sudah gemetar.
Glen juga mendekat. "Lo kalo becanda jangan begini dong bro, nggak kasian liat pacar lo nangis sampai kaya gitu?"
Natasya kini bangkit berusaha menguatkan dirinya. "Lang, kamu jadi ngajak aku nonton kan? Kita jadi pergi ke pantai juga kan? Kita jadi beli balon lagi kan?" Kesya memeluk Natasya dengan erat.
"Sabar sayang."
"Ma, Galang ma."
Kesya melepas pelukannya itu kemudian menghapus air mata yang membasahi pipi Natasya dengan lembut.
"Mama juga merasa kehilangan Galang. Apalagi sejak kecil, Galang sudah mama anggap seperti anak mama sendiri. Tapi ini semua takdir nak, kita nggak bisa berbuat apa-apa."
Kesya mengusap air matanya kemudian beralih menatap Galang.
"Kamu anak baik, nak. Semoga kamu tenang di sana."
Setelah mengatakan itu, Kesya kembali memeluk Natasya dengan erat. Kesya masih teringat sekali saat Galang kecil menangis tersedu-sedu karena dipukul oleh orang tuanya. Kesya juga masih ingat sekali Galang yang merasa bersalah karena kecelakaan yang menimpa Natasya saat itu.
Namun, setelah di pertemukan kembali justru tidak lama. Galang malah pergi meninggalkan mereka semua.
*****
Prosesi pemakaman Galang kini telah selesai. Natasya menaburkan bunga di atas gundukan tanah sembari sesekali mengusap air matanya."Katanya kamu mau ngasih bunga Lang, kenapa malah jadinya Aku yang naburin bunga di pemakan kamu?"
"Nata, lo yang sabar ya." Glen berjongkok ikut menaburkan bunga di sana. Termasuk Firza, Altar dan Raka yang kini juga ikut menaburkannya.
Kesya dan Darel cukup heran dengan ibu dan juga ayahnya Galang. Mereka sama sekali tidak terlihat sedih ataupun merasa kehilangan. Bahkan ibunya Galang terlihat langsung meninggalkan makam begitu saja sampai meninggalkan Adiwijaya di sana. Bahkan sejak tadi mereka berdiri juga jauh dari pemakaman. Mungkin hanya di awal saja, setelah orang-orang pulang, mereka berdua berdiri agak jauh.
Darel kini berjalan mendekat.
"Saya turut berdukacita atas kepergian anak anda," ucap Darel membuat Adiwijaya menoleh.
"Terimakasih."
"Uang, jabatan, kekuasaan terkadang bukan sepenuhnya sebagai sumber kebahagiaan. Tapi memiliki orang yang perduli dan ora yang kita sayangi jauh lebih membuat kita hidup bahagia dan ada artinya," ucap Darel dengan pandangan lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Ficção AdolescenteCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...