6. Tidak ada pilihan lain

1.5K 219 15
                                    

Maap jika banyak typo yang bertebaran.

Natasya masih berdiri di tempat. Sorot matanya masih tertuju pada gadis yang baru saja keluar dari toilet. Tiba-tiba Zela datang menghampiri dengan napasnya yang tersengal. Pasti dia berlari sekuat tenaga, karena perlu kalian tau bahwa Zela sedikit penakut.

"Udah selesai Nat?" tanyanya membuat Natasnya menoleh lalu menggeleng dan membuka suara.

"Zel, lo tadi papasan sama cewek yang baru keluar dari sini nggak?" tanya Natasya. Zela mengernyitkan dahi.

"Yang baru aja keluar? Yang bajunya kotor?" tanya Zela balik sambil menunjuk ke luar toilet. Natasya mengangguk.

"Kayaknya itu kelas 10 deh. Soalnya kata sepupu gue ada murid pindahan di kelasnya. Tapi dia tertutup dan pendiem banget. Kayaknya sih dia soalnya rambut di kepang kan? Sama kaya sepupu gue yang jelasin," jelas Zela panjang lebar.

"Kenapa Nat?" tanya Zela penasaran.

"Gapapa sih, gue cuma baru liat tuh anak dan heran aja kenapa nangis sendirian di toilet. Bajunya juga kotor banget."

"Mungkin ketumpahan bakso di kantin," kata Zela cuek tapi sebenarnya ia juga penasaran.

Natasya hanya manggut-manggut. Ia juga berpikir demikian dan tidak mau berasumsi hal lain. Gadis itu memilih masuk ke dalam toilet karena sudah menahan pipis sejak tadi.

Setelah selesai, Natasya dan Zela berjalan menuju parkiran melewati koridor. Keduanya melihat Raka sedang duduk di dekat ruang perpustakaan. Natasya dan Zela mendekat.

"Ngapain lo di sini? Nungguin gue? Gue kan bawa motor sendiri," kata Natasya dengan percaya diri.

Raka mendongak. "GEER banget si lo jadi orang," jawabnya membuat gadis itu kesal memanyunkan bibir.

"Terus ngapain lo di sini?"  tanyanya kembali.

"KEPO! Udah sana lo pulang nanti di marahin om Darel baru tau rasa," ucap Raka membuat Kesya menonyor kepala sepupunya itu dengan kasar. Raka langsung memegang kepalanya sambil meringis kesakitan.

"Ayo Zel pulang,"  ajak Natasya sedikit kesal menarik Zela yang malah masih berdiri dan enggan melangkah. Zela malah sibuk membenarkan rambut dan bertingkah sok imut di depan Raka.

"Ayo," Natasnya kembali menarik Zela membuat gadis itu memanyunkan bibir.

"Ah baru juga mau tebar pesona, malah gagal," gerutunya dengan pandangan sesekali menengok ke belakang menatap Raka yang masih berada di tempat.

"Lo suka sama Raka? Hiuh nggak banget deh. Cowok di luaran sana tuh masih banyak yang ganteng dan pinter."

"Raka juga ganteng," ujar Zela dengan bangganya.

"Kayaknya lo perlu periksa mata deh."

"Gue tuh masih normal ya, masih bisa liat cowok ganteng. Nggak kaya lo, wleee." Zela menjulurkan lidah meledek lalu berlari menghindari Natasya sambil tertawa puas.

"He sembarangan kalo ngomong ya, gue kelitikin baru tau rasa lo Zel." Natasya mengejarnya dari belakang sampai menuju ke parkiran. Raka hanya mendengus melihat keduanya yang seperti anak kecil.

****

Langit kini terlihat mengeluarkan semburat jingga pertanda hari semakin sore.

Sementara Natasya yang masih mengenakan seragam terlihat sedang tertidur cukup pulas di atas kasur sejak pulang sekolah tadi.

Tok..tok..tok

prickly flower (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang