21. Sisi Lain

1.1K 220 75
                                    


Galang terlihat melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Seluruh pandangan tertuju padanya. Begitu juga dengan pak Gani yang masih berada di sana sedang menjelaskan materi.

Pak Gani mendengus. Tadi Natasya yang ke toilet lama sekali, sekarang Galang. Ada apa dengan anak-anak ini, kenapa sepertinya sangat senang berada di luar kelas?

Namun pak Gani masih sabar karena sedang mengejar materi yang tertinggal dengan kelas lain juga. Ia mempersilakan Galang untuk duduk dan tidak menginterogasinya lebih jauh. Masih untung juga balik ke kelas dan tidak bolos.

"Habis dari mana lo?" tanya Natasya menoleh saat Galang duduk di sebelahnya.

"Belakang. Kenapa? Pengin ikut?" jawab Galang santai sembari membenarkan krah bajunya yang agak berantakan.

Natasya melirik sinis. "Cih! Amit-amit."

"Baik anak-anak, sekian untuk pertemuan hari ini, kita lanjutkan materi pada pertemuan berikutnya," ujar Pak Gani di depan sana membuat semuanya menghembuskan napas lega.

Tidak menunggu waktu lama, Pak Gani terlihat meninggalkan kelas. Natasya langsung menguap kemudian menangkupkan kepalanya di atas meja tapi tiba-tiba Audi mendekat.

"Nata," panggilnya lirih.

"Hm. Apa?" tanya Natasya mendongak.

"Drama kita waktunya udah mepet banget. Lo kan peran utama, jadi lo harus sering-sering latihan sendiri. Gapapa ya?" tanya Audi sesekali melirik ke arah Galang. Sebenarnya ia juga ingin mengatakan itu pada Galang tapi tidak berani.

Natasya hanya mengangguk. "Lo juga latihan!" sentak menatap Galang serius.

Galang mendekatkan wajahnya. "Bareng?" tanya Galang membuat Natasya memundurkan badannya.

"Latihan sendiri-sendiri!"

"Kayaknya bener deh Nat, mendingan kalian berdua latihannya bareng aja. Soalnya kan banyak tuh adegan yang cuma kalian berdua doang," sahut Audi membuat Natasya mendengus.

"Gue harap kelompok kita bisa menampilkan yang terbaik," lanjut Audi yang terlihat begitu antusias.

Natasya hanya manggut-manggut kemudian melirik sinis ke arah Galang. "Tumben lo nggak bolos?"

"Suka-suka gue lah," jawab Galang berdiri dari posisinya.

"Lo bisa latihan hari apa?" tanya Natasya kembali membuat Galang menoleh.

"Terserah," jawab Galang tanpa ragu. Natasya mengerutkan dahi. Begitu juga dengan Audi dan Zela yang mendengar.

"Gimana kalo pulang sekolah?"

Galang mengangguk kemudian pergi meninggalkan kelas. Mereka heran. Bisa-bisanya Galang nurut dengan begitu mudah.

****

Bel pulang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Natasya kini masih berada di dalam kelas menunggu kedatangan Galang yang sejak jam istirahat ke dua tadi bolos. Entah kemana Galang pergi, padahal baru ditanya kenapa nggak bolos, eh malah diimplementasikan secara langsung.

Natasya mulai berpikir. Mungkinkah Galang bolos bersama geng jamet?  Gadis itu melangkahkan kaki menuju kelas sebelas IPS lima. Sudah tidak ada siapapun di dalam sana. Kelas benar-benar sepi. Raka juga sudah pulang duluan.

Natasya kembali melanjutkan langkahnya menyusuri koridor sekolah yang kini juga sepi. Ia menghentikan langkah di depan ruang musik. Sepertinya di dalam sana ramai. Mungkinkah Galang di sana juga? Karena biasanya tempat itu ramai diisi oleh geng mereka.

prickly flower (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang