18. Debaran yang tak berarti.

1K 191 58
                                    


Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya ♥️
Happy reading!

"Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia. Karena setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri.
Raja dan Ratu mengundang dua peri untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja lahir itu." Audi terlihat begitu serius membaca kertas di tangannya dengan gaya seperti narator yang profesional.

"Zela, Bobi. Cepetan!" lanjut Audi menaikkan atensi membuat Zela dan Bobi mendekat. Sebelum itu, Bobi sempat protes.

"Gue beneran jadi peri nih ceritanya? Nggak ada peran lain gitu?" tanya Bobi yang terlihat sedikit mengeluh.

"Hm. Nggak ada pilihan lain. Kita kekurangan orang," jawab Zela langsung di angguki oleh Audi. "Bener tuh."

"Terus gue juga jadi peri?" tanya Fito yang juga nampak pasrah.

"Bukan kok. Tapi jadi penyihir jahat." jawab Audi tanpa ragu.

Mereka semua terkekeh. Tidak dengan Natasya yang kini malah tertawa sangat puas.

Galang yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala sembari bersedekap dada dan tidak sabar latihannya cepat selesai.

Ya, mereka semua memang sedang berada di ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat anak ekstrakulikuler mading. Karena hari ini tidak ada jadwal ekstrakulikuler mading, maka mereka menyewanya  sebentar untuk menyelenggarakan latihan perdana. Untung saja ruangan ini boleh di sewa untuk sementara waktu, yang penting tidak merusak barang-barang yang ada di dalam. Anak-anak mading memang terkenal baik hati.

Suatu keberuntungan juga bagi mereka, karena Galang akhirnya mau mengikuti latihan. Tidak ada yang tahu alasan Galang menyetujui untuk ikut, tapi apapun alasannya, mereka semua berterimakasih pada Natasya.

Natasya juga heran, padahal kemarin ia hanya berkata seperti itu pada Galang, masa ia langsung luluh? Tapi bodo amat sih yang penting drama ini berjalan lancar. Ada satu hal lagi yang sebenarnya masih mengganjal bagi Natasya, akhir-akhir ini Galang nampak tidak seperti biasa. Bahkan ia juga tidak bertanya-tanya lagi mengenai orang misterius yang menyelamatkan Natasya waktu itu. Hari ini juga Galang terlihat tidak terlalu menyebalkan. Bahkan ia mengembalikan barang belanjaan Natasya yang tertukar kemarin. Ada apa ini? Sangat mencurigakan.

"Hari ini kita latihan per-adegannya aja dulu gimana? Jadi nanti kita praktekin semuanya, terus baru deh pendalaman karakternya untuk latihan yang akan datang. Gimana, setuju?" tanya Audi antusias. Mereka semua mengangguk agar cepat selesai. Lagian sudah sore juga.

Melakukan dengan bermalas-malasan, mereka membaca script sesuai dialognya masing-masing.

"Ini bagian gue cuma tidur terus nanti bangun pas akhir kan?" tanya Natasya membuat Audi dan Zela mendengus.

"Hm. Bangunnya pas penonton sama bu Adis udah pergi," jawab Zela membuat Natasya mengangguk lalu merebahkan tubuhnya di atas lantai. Untung saja lantai di ruangan ekstrakulikuler mading sangat bersih karena tidak diperbolehkan juga masuk ke dalam sana saat masih memakai sepatu. Kecuali Galang yang susah di atur. Cowok berpakaian urakan itu malah sengaja tidak mencopot sepatunya. Prinsipnya seperti ini 'peraturan dibuat untuk dilanggar'. Sialan memang.

"Mau ngapain Nat?" tanya Zela bingung dengan kelakuan Natasya.

"Mendalami peran jadi putri tidur," jawabnya lalu menutup mata.

"Ikutan boleh?" tanya Zela mendekat sambil terkekeh. Audi pikir, Zela berbeda. Tapi ternyata sama juga.

"Sini-sini, mimi cucu dulu sama mama," kata Natasya menepuk lantai bermaksud Zela untuk mendekat.

prickly flower (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang