20. Pengakuan

1.1K 195 46
                                    


Beberapa menit sebelumnya...

Natasya terlihat menangkupkan kepalanya di atas meja. Tidak mendengarkan pak Gani yang sedang menjelaskan materi di depan kelas.

Menutup kepalanya dengan buku, gadis itu malah tertidur cukup pulas. Galang yang duduk disebelahnya menoleh saat mendengar Natasya sedikit mendengkur. Bukannya membangunkan, Galang justru malah ikut menangkupkan kepalanya di atas meja dengan posisi menghadap ke Natasya. Senyuman kecil tiba-tiba terbit di bibir Galang. Entah senyum itu menggambarkan apa, yang jelas Natasya terlihat lucu sekarang.

"Natasya, Galang. Perhatikan ke depan!" ucap Pak Gani yang sudah menyadari kedua muridnya yang sejak tadi tidak memperhatikan ke depan. Galang terlihat membenarkan pada posisi awal, bersandar pada badan kursi sembari memainkan bolpoin ditangan. Sementara Natasya masih tertidur dan tidak tau kalau Pak Gani memanggilnya.

Pak Gani berjalan mendekat. Guru berkacamata itu menepuk pundak Natasya dengan pelan. Namun Natasya malah menepisnya dengan kasar. "Apaan sih, jangan ganggu dih!"

"Natasya!" sentak Pak Gani membuat Natasya tergelonjat kaget.

Gadis itu gelagapan sembari mengusap wajahnya. Galang yang melihat itu malah terkekeh dan merasa puas.

"Silahkan ke belakang, cuci muka biar nggak tidur di kelas!" titah Pak Gani serius. Natasya mengangguk lalu berdiri dari posisinya sembari mengucak mata. Membuang sisa belek yang menempel.

"Ayo, gue temenin," bisik Zela yang juga hendak berdiri.

"Kalau mau ke belakang silahkan bergantian!" seru Pak Gani sukses membuat Zela mengurungkan niat. Zela kembali duduk di bangkunya sembari memanyunkan bibir.

Firasat Pak Gani nampaknya cukup kuat. Jika ia membiarkan Zela dan Natasya pergi meninggalkan jam pelajaran bersama, maka sudah dipastikan kembalinya lagi ke kelas saat jam pelajaran hampir selesai.

Natasya benar-benar menuju toilet sendirian. Ia berjalan santai sesekali menguap karena masih sangat mengantuk. Saat hendak melangkahkan kaki memasuki bilik toilet, tiba-tiba saja ia ditarik oleh dua orang yang membawanya ke gudang belakang. Di sana Angel sudah berdiri sembari bersedekap dada.

Natasya yang melihat itu langsung mendengus. Hingga disitulah terjadi pembullyan yang mengakibatkan sang pembully malah kena mental.

Disisi lain, Vano baru saja keluar dari toilet pria. Ia hampir saja ditabrak oleh Angel dan kedua temannya yang berlari cukup kencang sambil berteriak histeris. Vano hampir saja mengabaikan, tapi saat kedua teman Angel seperti meneriakkan nama 'Natasya' membuat Vano terdiam sejenak.

Vano memutuskan untuk putar balik menuju jalan ke gudang belakang. Sepertinya Angel dan dua temannya baru saja keluar dari sana. Pikir Vano.

Ternyata benar, Vano kini melihat Natasya sedang duduk berjongkok memainkan kerikil kecil yang berserakan dengan kondisi tubuhnya basah kuyup. Tanpa menunggu lama, Vano bergegas mendekat dan mencopot jaketnya lalu memindahkannya di tubuh Natasya.

Natasya tersentak. "Vano, ngapain di sini?" tanya Natasya berdiri dari posisinya. Keduanya saling bertatapan sebentar tanpa ada sepatah katapun yang keluar.

Namun tiba-tiba saja Vano membuka suara. "Ulah Angel?" tanyanya tiba-tiba membuat Natasya mengerutkan dahi lalu mengangguk.

"Kok lo bisa tau?" tanya Natasya balik.

"Nggak penting. Sekarang yang penting gimana caranya lo bisa ke kelas kalo basah kuyup begini," ucap Vano panjang lebar. Vano yang bisanya pendiam kenapa mendadak jadi cerewet seperti ini.

"Ya nggak usah ke kelas," jawab Natasya enteng dan terlihat tidak ambil pusing. Vano mendengus.

"Tunggu sebentar," tukas Vano yang tiba-tiba berlari meninggalkan Natasya di sana.

prickly flower (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang