Natasya baru saja sampai di kediaman rumah kakek dan neneknya setelah melewati drama cukup panjang. Gadis itu berlari ke dalam rumah bernuansa putih itu dengan gugup.Dan ternyata benar, di dalam sana semuanya terlihat sudah berkumpul. Menampakkan Fahmi yang sedang berada di atas kursi roda. Santi yang sedang duduk bersama Raka dan tengah asyik mengobrol. Kesya, Airin, Darel, dan Ares yang juga tengah mengobrol santai. Hampir ketinggalan satu, seorang anak laki-laki yang sedang sibuk memainkan game. Namanya Zico, adik kandung Raka yang kini sudah duduk di bangku SMP dan hidup seperti kulkas berjalan. Sangat dingin dan bisa dikatakan nolep karena terlalu kecanduan gadget.
Natasya yang baru masuk ke dalam sana bernapas lega. Untung saja mereka semua terlihat biasa saja dan seperti sedang tidak menunggu apapun. Natasya juga sadar diri kok, beban keluarga mana penting yekan haha.
Tidak seperti itu, sebenarnya mereka panik karena Natasya tak kunjung datang dan tidak bisa di hubungi. Hanya saja Kesya berpikir positif kalau anaknya itu pasti tidurnya kebablasan. Darel juga sempat mau pulang untuk memastikan keadaan anaknya itu, tapi mengurungkan niat karena ia juga berpikiran serupa dengan istrinya.
"Nata, kok baru ke sini?" tanya Airin yang pertama kali melihat Natasya datang. Kesya langsung menoleh. Sementara Natasya berjalan mendekat.
"Tadi anu...bangunnya kesiangan tan," ucapnya sembari menggaruk kepala.
"Tapi ini kan udah malem," kata Airin bingung.
"Iya maksudnya kemaleman hehe." Natasya menyalami Santi dan Fahmi secara bergantian lalu mendudukkan bokongnya di atas sofa.
"Katanya makan malam keluarga besar, kok cuma kita-kita doang," ucap Natasya mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Lah kan keluarga besar kakek memang cuma segini," sahut Raka melirik jahil.
"Makan dulu sayang," ucap Santi tersenyum simpul dengan wajah keriputnya yang tercetak jelas menyodorkan kue bolu.
Natasya mengambil satu bagian lalu melahapnya. "Kirain bakalan ada acara apa gitu, tiup lilin kek apa tiup obor," ucap Natasya dengan mulut penuh membuat Fahmi dan Santi terkekeh.
"Hehe becanda brader," ucap Natasnya mengangkat dua jarinya dengan lambang peace.
"Selamat ulang tahun ya kakek Fahami yang paling ganteng. Semoga panjang umur, sehat selalu dan makin sayang sama cucu-cucunya." Natasya memeluk Fahmi dengan erat. Lelaki tua tersebut tersenyum menunjukkan giginya yang sudah agak ompong sebagian.
"Iya, terimakasih cucu kakek yang paling cantik," balasnya dengan suara tidak jelas seperti kakek-kakek pada umumnya.
"Hadiahnya mana kek?" tanya Natasya tiba-tiba menjulurkan tangan.
"Goblok! Harusnya lo yang kasih kado!" sentak Raka membuat semuanya terkekeh.
Natasya hanya cengengesan. Fahmi mengelus rambut cucunya itu kemudian tertawa lepas.
Darel hanya menggeleng melihat kelakuan anaknya.
"Nata, apa kamu nggak dingin cuma pake kaos pendek begini?" tanya Kesya yang beralih duduk di sebelah Natasya.
Gadis itu menunduk memegang kaos yang sedang di kenakan. Dan ia baru ingat kalau sweaternya masih berada di rumah sakit. Sialan, kenapa bisa lupa.
"Enggak kok ma, nggak dingin. Panas banget malah," ucapnya pura-pura kepanasan dan mengipasi wajahnya.
Kesya hanya mengangguk. Tapi insting seorang ibu tidak bisa di bohongi. Kesya merasakan kalau anaknya itu seperti sedang menutupi sesuatu. Tapi ya sudahlah, Kesya paham kalau anaknya itu sudah beranjak remaja. Terlalu mengekang dan terlalu kepo juga tidak baik karena takutnya akan membuat Natasya merasa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Dla nastolatkówCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...