23. Rasa yang semakin nyata.

884 166 11
                                    

Halo yeorobun...
Entah berapa lamanya baru lanjutin cerita ini karena benar-benar stuck dan susah banget dapet feel 😭
Makanya buna mutusin buat berhenti dulu sambil mencari ide baru.

Tapi tenang aja, buna bakalan tetep lanjut cerita ini sampai selesai kalo kalian masih menunggu.

Happy reading!

*****

Vano turun dari motornya dengan cepat. Laki-laki itu langsung berlari masuk ke apartemen yang Galang tempati.

Beruntung sekali, ia langsung melihat keberadaan Galang yang hendak masuk ke dalam lift. Vano berlari mengejar dengan napas memburu.

"GALANG!" Panggilnya membuat Galang menoleh. Mendapati Vano di sana, Galang hanya tersenyum remeh dengan sangat santai.

"Di mana Natasya?" tanya Vano menaikkan atensi. Galang terkekeh dan tidak menanggapi. Ia malah masuk ke dalam lift saat pintu sudah terbuka.

Vano mencekal lengan Galang tapi langsung ditepis kasar. Tanpa menunggu waktu lama, Vano juga masuk ke dalam lift yang kini hanya berisi mereka berdua saja.

"Gue tanya sekali lagi, di mana Natasya?" tanya Vano mengulangi bersamaan dengan lift yang tertutup dan membawa mereka ke lantai yang Galang tuju.

"Kenapa? Apa urusannya sama lo?" Galang malah berbalik tanya. Vano beralih mencengkram kuat krah Galang.

"Jangan coba buat macem-macem sama Nata," ucapnya penuh penekanan.

Galang terkekeh menepis tangan Vano kemudian berbalik mencengkramnya dengan kuat.

"Kenapa? Kenapa lo terlalu perduli dengan Nata? Kenapa? Lo suka sama dia?" tanya Galang berulang membuat Vano bungkam. Vano menghela berat. Ia juga heran dengan dirinya sendiri, kenapa bisa begitu perduli dengan Natasya.

Seperti tadi, ia tiba-tiba khawatir saat Galang mengirimkan foto lewat WhatsApp yang menampakkan dirinya sedang bersama Natasya. Tiba-tiba Vano khawatir kalau Galang akan berbuat yang macam-macam pada gadis itu. Ya, meskipun Vano tau bahwa Natasya pasti bisa menjaga diri.

"Gue ingetin sekali lagi Lang, jangan macam-macam sama Natasya," ucap Vano lirih tapi penuh penekanan.

"Lo nggak berhak buat ngatur hidup gue!" jawab Galang remeh membuat Vano hanya terdiam.

Ting!

Pintu lift terbuka, Galang yang menyadari itu langsung menepuk pundak Vano dua kali sambil melontarkan senyuman licik lalu keluar dari sana.

Hanya dalam sekejap, ekspresi Galang berubah menjadi datar. Laki-laki itu masuk ke dalam kamar sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Firasat Galang mengatakan kalau Vano memang menyukai Natasya, dan entah mengapa kalau Galang tidak suka jika hal itu terjadi.

Galang tiba-tiba teringat sesuatu, ia merogoh saku bajunya. Mengeluarkan hansaplast dari dalam sana. Senyuman kecil tiba-tiba terbit di bibirnya saat mengingat siapa orang yang memberikan benda itu padanya.

Beberapa menit yang lalu...

Natasya terlihat membayar tanaman yang baru saja ia beli pada mang Dadang. Sementara Galang berjalan ke arah motornya. Laki-laki itu mengeluarkan ponsel dari dalam saku kemudian membuka kamera. Ia sengaja mengambil beberapa foto yang memperlihatkan Natasysa di sana.

Galang tersenyum, melihat foto Natasya candid dengan wajahnya yang memang agak sangar. Galang tiba-tiba terpikir sesuatu. Mencari kontak Vano dan mengirimkan foto itu tanpa pesan teks apapun. Tidak ada maksud selain Galang hanya ingin mengetahui respon Vano. Mengetes apakah Vano benar-benar memiliki perasaan pada Natasya. Galang hanya tidak ingin kalah dari sahabatnya itu.

prickly flower (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang