Suara tangisan Kesya kini sudah tak terbendung lagi. Wanita itu sudah kehilangan akal sehatnya saat melihat anak semata wayang yang ia sayangi tergeletak lemas di atas brankar.
Tubuh Kesya terkulai lemas. Raka buru-buru menahannya dan membawa tantenya itu untuk duduk di kursi panjang rumah sakit.
Dokter membawa Natasya ke ruang tindakan karena takut pendarahannya semakin parah dan akan melakukan operasi darurat untuk mencabut pisau yang masih tertancap.
"APA YANG TERJADI?" Darel yang baru tiba di rumah sakit terlihat cukup panik setelah tadi dikabari oleh Raka.
"Anak kita mas." Kesya menatap suaminya. Tidak tertahankan buliran air mata yang terus mengalir menerobos keluar.
Darel tidak menjawab apapun. Ia berlari mencari Natasya tapi dokter sudah menutup ruang operasi.
Darel menonjok tembok dengan kasar. Pikirannya sudah kalut. Ia takut terjadi apa-apa dengan anaknya itu.
Sementara Galang kini duduk di lantai dengan kondisi masih berlumur darah karena ia yang sedari tadi berada di samping Natasya. Bahkan Galang yang berusaha menguatkan gadis itu saat perjalanan ke rumah sakit.
Pikirannya kosong. Galang mendongakkan kepalanya ke atas. Membayangkan jika sesuatu hal buruk terjadi pada Natasya membuatnya semakin tidak karuan.
Sekedar informasi, Max yang tak lain pelaku yang menikam Natasya itu kini masih menjadi buronan polisi setelah tadi kabur. Sementara teman-temannya yang lain sudah berhasil diringkus. Setelah diselidiki, ternyata mereka semua juga menjadi pemakai obat terlarang.
Polisi masih menahan mereka semua di kantor polisi dan masih mencari keberadaan Max yang kini entah berada di mana.
"Apa yang kamu lakukan ke anak Saya?" Darel tiba-tiba menarik krah Galang. Membuatnya tersentak dan langsung berdiri dari posisinya.
Galang hanya terdiam. Ia bingung harus mengatakan apa karena secara tidak langsung ini memang kesalahannya.
"JAWAB SAYA!" bentak Darel dengan napas memburu mantap tajam. Galang masih menunduk. Ia pasrah. Benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Raka, Glen, Firza dan Altar langsung berlari mendekat. Memisahkan keduanya karena takut terjadi keributan.
Sementara Kesya kini malah terkulai lemas karena terlalu syok. Mereka akhirnya membawa Kesya ke IGD untuk diberikan pertolongan.
Disisi lain, Vano sedang berada di depan ruang IGD. Laki-laki itu juga masih sangat syok melihat kondisi Natasya yang seperti tadi. Bahkan ia sampai tidak berani masuk ke dalam sana karena merasa bersalah. Andai saja Vano tidak terlambat, pasti tidak akan terjadi hal seperti ini. Vano memukul kepalanya sendiri berulang kali.
*****
"Luka pada pasien tidak terlalu dalam. dan untung saja tidak melukai organ dalamnya. pendarahannya juga masih bisa dihentikan."
Ucapan sang dokter membuat semua yang berada di depan ruangan itu sedikit bernapas lega. Berbeda dengan Kesya yang masih tidak sadarkan diri. Ia ditemani oleh Airin di ruang IGD.
Kondisi Natasya tetaplah masih belum stabil. Dokter memindahkan gadis itu ke ruang ICU agar kondisinya bisa selalu terpantau.
Layar monitoring yang memperlihatkan grafik detak jantung pasien terlihat mulai normal. Mereka hanya bisa melihat itu dari kaca depan ruang ICU karena belum diperbolehkan untuk masuk dan berinteraksi langsung dengan pasien.
Natasya, gadis yang kuat. Selalu terlihat ceria kini harus tergeletak di atas brankar dengan kondisi yang seperti itu.
Galang berjalan mendekat ke ruang ICU. Ia berdiri di depan kaca. Seolah ingin menyentuh orang di dalam sana dari kejauhan. Pandangannya tidak terlepas pada Natasya. Buliran air mata turun. Benteng pertahanan Galang benar-benar runtuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Ficção AdolescenteCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...