Part ini lumayan panjang.
Maaf kalau banyak typo.Dua hari kemudian..
Parkiran sekolah nampak sudah penuh. Dengan terpaksa, Natasya dan Raka harus melajukan motornya menuju parkiran samping yang jaraknya lumayan jauh dari kelas mereka.
Setelah turun dari motor, gadis itu berjalan sambil terus menggerutu menyalahkan sepupunya karena menganggap Raka yang menjadi sumber penyebab tidak mendapat tempat parkir. Padahal Natasya yang bangunnya kesiangan. Hanya saja tadi ban motor raka memang sempat bocor di jalan, makanya mampir ke bengkel dulu sebentar. Namun Raka adalah tipe orang yang enggan mencari masalah, dia hanya fokus pada ponselnya di bandingkan mendengarkan ocehan Natasya yang semakin menjadi-jadi.
"Gini nih alesan gue males berangkat bareng sama lo, mesti nggak kebagian tempat parkir. Padahal beda motor juga tetep sial. Apalagi kalo tadi bareng coba," oceh Natasya hanya membuat Raka mendengus dan tidak memperdulikan. Entah punya dendam apa gadis itu pada Raka.
Raka malah bersenandung dan pura-pura tidak mendengarkan Natasya membuat gadis itu menghentakkan kaki kemudian berjalan lebih cepat mendahului.
Natasya berjalan melewati koridor kelas sepuluh. "Kak Nata," panggil seorang gadis di ambang pintu kelas sepuluh ipa satu membuat Natasya menghentikan langkah dan langsung menoleh.
Gadis yang masih berdiri di ambang pintu itu melambai sambil berlari mendekat membawa jaket di tangannya. Ya, dia Nabila. Natasya tersenyum ke arahnya.
"Makasih ya kak, ini jaketnya udah aku cuci, udah kering juga," ucap Nabila sembari menyodorkan jaket yang sudah sangat harum itu. Natasya mengambil alih dari tangan Nabila.
"Wangi banget, di cuci pake bunga tujuh rupa ya?" tanyanya sambil mendekatkan jaket itu ke hidungnya berkali-kali.
"Hehe enggak kok kak, ini pake pewangi biasa."
"Kirain, sebenarnya ini bukan punya gue hehe. Ini punya Ra-" Natasya menoleh ke belakang bermaksud memanggil Raka. Tapi ternyata sepupunya itu sudah tidak ada di sana.
"Kemana tuh bocah," gumam Natasya menengok kanan-kiri.
"Cari siapa kak?" tanya Nabila yang ikut menengok kanan-kiri bingung.
"Enggak, bukan siapa-siapa. Biasa orang gila," jawab Natasya sambil terkekeh membuat Nabila mengerutkan dahi lalu ikut terkekeh.
"Gue ke kelas dulu ya," tukas Natasya melangkahkan kaki bergegas pergi.
"Iya kak, sekali lagi terimakasih ya," ucap Nabila sambil tersenyum. Gadis itu benar-benar bersyukur bisa mengenal orang seperti Natasya. Ia merasa lebih aman sekarang dan merasa seperti ada yang melindungi.
Natasya melanjutkan langkah menuju kelas. Seperti biasa, keadaan di sana nampak hening.
Gadis itu berjalan menuju bangkunya menghampiri Zela yang tengah memakai kutek di jari kuku dengan sangat serius dan telaten.
"Idih tuan putri jam segini udah pake kutek segala. Ntar kalo ada sidak baru deh tau rasa," ucap Natasya mendudukkan dirinya di sebelah Zela.
"Cuma pake kutek doang kok bukan pake nark*ba," jawab Zela tak acuh tetap melanjutkan aktivitasnya.
Natasya hanya manggut-manggut lalu mendengus sembari menaruh tasnya di atas meja dan juga jaket Raka yang masih ia bawa.
"Zel, lo tadi liat Raka lewat di depan kelas nggak?" tanya Natasya membuka suara kembali.
Zela menoleh. "Raka? Enggak tuh, nggak liat maksudnya." Jawab Zela sambil menggeleng.
"Sialan tuh anak, gue belum berhenti ceramah udah main kabur aja," gumam Natasya menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
prickly flower (Tamat)
Fiksi RemajaCerita masa remaja dari seorang gadis bernama Natasya yang memiliki paras cantik tapi di anggap tidak menarik di mata laki-laki karena memiliki kadar galak dan jiwa barbar di atas rata-rata. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia mengalami sebuah...