Part 1

23.8K 749 3
                                    

Matahari mulai keluar dari persembunyiannya. Hujan yang tadinya deras telah berhenti dan meninggalkan titik-titik air yang sejuk .

Claire menaikan kerah jaketnya. Sambil mengamati situasi pagi hari itu. Dia membuka jendela flatnya.

"Syukur lah hujannya sudah reda"
Dia segera menghabiskan sarapan paginya.

Flat itu sempit tapi harga sewanya sangat terjangkau.

Kota Dily, sebuah kota cukup modern dan maju, ditambah biaya hidup yang murah tentu cukup bagus untuk memulai hidup baru.

Claire Irine, 29 tahun. Baru sebulan Claire tinggal di kota Dily. Dia pergi dari kota terdahulu karena Gheno, tunangannya berselingkuh dengan bos Claire sendiri!

Dulunya Claire seorang Akunting di sebuah kantor agen pajak. Dia seorang pekerja yang sebenarnya hidup berkecukupan. Dan sekarang dia memilih untuk mulai dari nol.

Setelah membersihkan meja makan, Claire segera bersiap ke tempat kerjanya, di sebuah Swalayan di Kota Dily. Dia bekerja dibagian stock gudang. Gajinya kecil, tapi dia cukup bersyukur bisa menyibukkan dirinya.

"Selamat pagi Claire"

Claire tersenyum membalas sapaan Paman Fadli. Penjaga tempat tinggalnya.

"Selamat pagi paman"

"Paman lihat Bus kamu belum datang"

"Ah syukur lah... Cuaca mendung biasanya sedikit telat... Saya pergi kerja dulu paman"

"Hati-hati nak"

Dengan santai Claire berpayung menuju Halte bus yang tidak jauh dari flatnya.

Pohon-pohon yang mulai berwarna kuning disekitarnya terkadang menjatuhkan daunnya karena angin. Cuaca kembali mendung dan hawa terasa lebih dingin. Di Jalan luas itu pun, tidak tampak kendaraan sama sekali. Claire memeluk kedua lengannya. Mengusap telapak tangannya sesekali.

Tiba-tiba matanya menangkap sosok yang sedari tadi sedang duduk disampingnya.

Laki-laki berpostur lebih besar darinya tampak menikmati rokoknya. Dengan Janggut dan kumisnya sangat lebat. Mukanya kelihatan kotor. Bajunya juga sangat lusuh. Tapi... yang menarik di mata Claire, Dia memakai jam tangan mahal.

Tak lama bus pun datang. Claire segera menutup payungnya dan menaiki bus tersebut. Segera dia menempelkan kartu sebelum duduk.

"Maaf pak, Kami tidak menggunakan uang cash"

Claire menoleh kebelakang. Pria tadi tidak memiliki kartu pembayaran Bus.

"... Saya tidak punya kartu, tapi saya perlu ke pusat kota" kata lelaki itu.

"Maaf sesuai ketentuan, Hanya kartu" jawab supir bus.

"Hei bisa kah busnya segera berangkat?" Penumpang ada yang protes.

Claire yang belum sempat duduk, segera memberikan kartunya.

"Biar saya yang bayar pak" Claire memberikan kartunya kepada supir bus.

"Baik sekali nona ini membantumu" supir bus sedikit ketus.

Misteri MiliknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang