Part 29

6.7K 403 0
                                    

"Jadi?"

James melempar kertas yang diberikan Seira. James masih mengompres memar di kelopak matanya sisa pukulan Leon.

"Kamu tidak mau membaca surat permohonan penangguhan dari pak William untuk Leon?"

"Kamu pikir, aku mau menerima penangguhan si sialan itu"

"Well, aku cuma memberikannya, bukan menyetujuinya"

"Kalau Jody tidak masuk ke gudang itu, mungkin isi kepalaku sudah berhamburan"

"Jadi?... " Seira memungut kertas di lantai.

"Hm, aku hanya fokus untuk kesehatanku dan pernikahanku saat ini, kasus ini aku serahkan ke kamu"

"Kamu yakin? Aku lebih jahat dari kamu loh kalau soal balas dendam"

James tahu itu.

"Memang kamu mau apa? Lagi pula perusahaan William bukan di Dily, hukumnya pasti berbeda"

"Aku tahu, yang pasti darah dibayar darah" Seira tersenyum.

James berdiri dan mengambil kertas yang dipegang Seira.

"Aku sudah mau menikah jangan bikin masalah seperti itu, lebih baik panggil pengacara terbaik urus kasusnya. Aku akan minta semua kolega blacklist semua yang berkaitan William Morris"

"Nah begitu" Seira tertawa.

"Kamu sama sekali tidak membantu!" James kesal.

"Aku mau bantu, tapi aku akan suruh orang menculik Leon dan melakukan hal yang sama"

James diam mengompres kembali memarnya.

"Aku tidak setuju, jangan sampai kita berbuat hal yang sama seperti dia" Dan nyeri di kepala James datang lagi. Tapi dipikirannya saat ini dia hanya ingin segera pulih, dia ingin menikah!

"Baiklah, aku menurutimu, aku yang mengurus kasus ini" Seira mengambil handphonenya.

James menghela napasnya.

"Kamu kesal?"

"Hm, aku kesal seperti katamu, baru saja pulih operasi, sekarang harus cidera lagi sedang pernikahanku sudah siap semua, tinggal menunggu tanggal"

"Namanya cobaan" jawab Seira. Sebenarnya dia juga sedih kondisi James seperti ini.

"Tapi cuma Leon yang berani menyentuh James Swordly yang ditakuti ini" sambung Seira, dia tertawa sambil menepuk pundak James.

"Kamu sepertinya senang aku menderita" muka James kembali terlihat kesal.

"Loh, Seira? Maaf aku baru sampai, makan dulu yuk" Claire baru masuk ke kamar James.

"Tidak usah Claire, tolong jaga saja adikku ini" Seira sengaja memencet luka di kepala James.

"Hei sakit!" James menepuk pundak Seira.

"kalian mau menikah malah ada aja masalahnya"

James tidak berkomentar, dia mengusap perbannya.

"Yang penting, dia sudah membaik" jawab Claire.

"Kalau begitu, aku pergi dulu... Nanti telpon aku kalau ada apa-apa" Seira mengambil tasnya.

===

"Apa kamu mau undur tanggal pernikahan kita?" Claire mengganti perban di kepala James.

"No"

"Kamu yakin"

James memeluk Claire.

"Aku sudah menunda terlalu lama"

Claire masih khawatir. Dia sedih melihat kondisi James.

"Aku benar-benar menyesal pergi kesana, dan semua ini hanya dikarenakan ambisiku untuk mendapatkan proyek besar itu"

"Sudah tidak apa-apa, sekarang kamu hanya perlu pemulihan, minum obat dan istirahat" Claire merapikan kotak obatnya.

"Terima kasih Claire"

"Aku ambil buah dulu di dapur"

James menyalakan tv-nya. Beberapa tayangan berita, James sedang malas menontonnya. Akhirnya pilihannya jatuh pada drama Korea.

"Masih nyeri?" Claire meletakan buah dan jus di meja.

"Kadang-kadang, tapi sudah tidak separah beberapa hari lalu" James mengelus punggung Claire.

Claire memandang wajah James, matanya sudah mulai membaik walau masih merah, memarnya juga memudar, tinggal luka di kepalanya, tapi luka itu tidak bernanah, artinya tidak ada infeksi.

"Kamu cantik kalau serius begitu"

Claire sadar, james juga menatapnya. Muka Claire memerah.

"Makan dulu buahnya" Claire tidak ingin terlihat salah tingkah karena pujian James.

James mendekatkan wajahnya.

"Hm, apa aku boleh melanggar lagi?" James menatap Claire dalam.

Mata Claire membesar.

"Sudah kamu istirahat saja" Claire menyodorkan piring buah kepada James.

James mengambil piring buah yang dipegang Claire dan menaruhnya di meja.

"Bolehkan?" James mengelus pipi Claire. James menggodanya dan mengecup bibir Claire.

James menarik Claire keatas tubuhnya.

"Hm, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Claire.

"Tentu saja, saat ini aku hanya ingin memikirkan kita" James mengelus paha di dalam Dressnya. Ciuman James semakin membuat Claire tidak bisa menolaknya.

"Kita tunggu kamu sehat..." Claire tersentak James mengelus vaginanya.

"No, ini sudah dibatas kesabaranku" James menyentuh payudara Claire, dan mengigit lembut puting di balik dressnya. Claire menatap James, tapi dia berusaha tidak kelepasan menyentuh bagian cidera James di kepala sebelah kirinya.

James menyelipkan jari di panties Claire. James tahu vagina itu sudah basah, jarinya mengelus bibir labia dan mencari bagian yang paling sensitif itu.

Claire menahan dirinya agak tidak mengeluarkan suara terlalu erotis.

"Kenapa ditahan?" James menemukan Klitoris Claire. Claire tanpa sadar mengerang. Jari James terus merangsangnya lagi. James mengecup dan mengisap puting Claire. Claire benar-benar merasa dibuat melayang.

James memeluk Claire. Dia merendahkan tubuh Claire. James menarik panties Claire dan mengelus penisnya yang sudah sangat tegang.

"I want you so bad" Bisik James. Dia mulai penetrasi di vagina Claire yang sudah sangat basah itu.

James menatap Claire yang bergerak di atas tubuhnya. James membiarkan dia tetap memakai Dressnya, payudaranya yang terlihat itu, tampak sangat menggodanya.

"Kamu sangat cantik, Claire"






Misteri MiliknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang