Part 22

6.2K 420 4
                                    

Bintang membuka kaca mobilnya saat Adelio mendekatinya. Adelio tersenyum dan masuk ke dalam mobilnya.

"Sudah puas jalan-jalannya?"

"Dily lumayan membosankan, untung ada kamu" Adelio mencium pipi Bintang.

"Hm, kan besok kamu pulang ke Parris, bisa ketemu wanita-wanita cantik?" ejek Bintang sambil mendorong wajah Adelio, dia menolah dicium.

"Seleraku lebih baik daripada kakak tiriku, James" Adelio tertawa, mengedipkan matanya kepada Bintang.

"Selera? Maksudmu sekretarisnya itu? Dia lumayan cantik kok"

"Tadi aku ketemu dan ngobrol dengan Claire di restoran. Menurutku kurang, untuk seorang James Swordly" Adelio menyalakan mobilnya.

"Hmm, tapi dia bisa sedekat itu dengan James Swordly, kalau bukan masalah fisik, kemungkinan attitude-nya bagus atau dia sangat pintar" Bintang menatap Adelio.

Adelio hanya tertawa.

"Aku sering dengar James bermasalah dengan kolega wanita, padahal wanita-wanita ini rata-rata berhubungan dengan orang hebat, tapi dia cukup sombong tidak memanfaatkan kondisi menguntungkan itu" Adelio menggelengkan kepalanya.

"Kalau ga salah, James pernah bilang sama salah satu vendor saat meeting, wanita vs bisnis tidak akan pernah benar"

"Kamu tahu Bintang, tidak ada orang yang bersih berbisnis... uang dan wanita selalu jadi entertainment kolega"

"Yah itu prinsip James, kenyataannya kamu tetap tidak bisa menyamai James juga" Bintang mengejek Adelio.

"Hm" dia tidak berkomentar lagi.

Dia ingat James kemarin pernah bilang bahwa Claire lebih baik daripada Ibunya, Hera. Kemungkinan itu salah satu sebabnya.

"Kenapa jadi diam?" Bintang melirik Adelio.

"Aku juga bertemu Seira tadi, kakak tiriku yang perempuan"

"Oh CEO Swordly Company? Bagaimana?"

"Dia lebih ramah daripada James"

"Apa menurutmu kamu bisa dekat dengan mereka?"

Adelio tidak langsung menjawab. Dia fokus menyetir saat mobilnya memasuki parkiran Hotel.

"Aku rasa tidak semudah itu, permasalahannya ada di Ibuku. Walaupun kejadian soal ibuku itu sudah sangat lama, tapi kelihatan mereka belum bisa menerima dan memberikan kesempatan aku memperbaikinya" Adelio menarik rem tangannya.

"Yah it is what is it" celetuk Bintang

Adelio tersenyum datar dan menarik napasnya.

"Sudah lah, apa jadwal kita sebelum aku pulang besok?"

"Dinner?"

Adelio menatap Bintang.

"Di kamar?" Adelio hampir mencium Bintang.

Bintang menepuk pipi bosnya itu.

"Dinner sama kolega!" Bintang sebenarnya kesal Adelio selalu bersikap genit.

"Kenapa si kamu jarang bersikap manis sama aku" Adelio tertawa sambil memegang pipinya.

Bintang menunjukan cincin di jari manis kirinya.

"Jangan lupa.. iam getting married soon" Bintang keluar dari mobilnya dan meninggalkan adilo.

"Bintang, aku cuma becanda!" Adelio hanya memandangi Bintang yang sepertinya marah kepadanya. Bintang tidak perduli. Dia tetap meninggalkannya masuk ke Hotel.

===

Claire menyusuri trotoar menuju kantornya. Sebenarnya hari itu dia senang bisa makan di tempat favoritnya dan keluar tanpa James.

"Hm, semoga sering-sering aku diberi ijin jalan-jalan sendirian" Claire berlari kecil dengan riang memasuki halaman kantor.

Mobil Seira pun melewatinya.

"Loh, aku kira kamu diantar supir, tahu gitu kita barengan" Seira turun dari mobilnya.

"Ah, saya sudah biasa naik bus atau jalan kaki"

"Tapi... Kok mobil James sudah ada di parkiran" Seira melirik ke mobil James.

Claire melihat handphonenya. James tidak mengabarinya. Claire bergegas menuju Lift.

"Sudah jangan takut, kita tidak telat datang"

"Iya tapi tidak biasanya dia tidak mengabari, aku takut hasil pemeriksaan dokter kurang baik" Claire memencet tombol Lift.

Seira mengetuk pintu James. James tidak menjawab. Seira membuka pintu secara perlahan.

"... James?" Seira dan Claire mengintip.

James menopang dagunya menatap Claire dan Seira. Dia sudah duduk di depan laptopnya. Wajahnya tidak ramah.

"Darimana saja kalian?" Mata James tajam menatap keduanya.

"Ahh, aku dari butik. Claire dari makan siang" Seira tertawa canggung sambil melirik Claire yang ngumpet di belakang Seira.

"Makan siang di mana? Lama sekali baru kembali?"

"Re.. restoran salad..." Claire menjawab pelan. Mood James kelihatan kembali tidak baik.

"Restoran di taman itu?" James menatap Claire.

Claire mengangguk.

Tentu saja James ingat restauran itu, Claire membelikan salad di hari pertama dirinya bertemu Claire. Saat itu penampilannya dia lebih mirip gembel atau pengemis.

"Enak sendirian? Naik bus?" Muka James tampak tidak senang. Claire jadi panik melihat ekspresi James. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Eh, dia tidak sendirian, kebetulan ketemu aku, aku kan mau ke butik ada meeting dengan orang dan Claire bersama Adelio tadi..."

"Adelio?"

Seira tidak meneruskan kata-katanya. Dia juga lupa kalau James pasti cemburu. Seira menyenggol tangan Claire. Sedang Claire menggelengkan kepalanya.

James hanya diam menopang dagunya.

"Kenapa Ada Adelio?"

"Di.. dia hanya lewat jadi aku sapa dia" jawab Claire

"Kamu baik-baik saja kan?" Seira bertanya dengan hati-hati

"Hmmmmmm"










Misteri MiliknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang